Bofet Rantau, Penyedia Street Food Khas Minang di Tanah Yogyakarta

Selain menjadi pilihan tempat makan, Bofet Rantau juga menyediakan tempat yang nyaman bagi pengunjungnya untuk bercengkerama. (11/9/19)

Oleh: Azzahra Maulia Risanda

Berlokasi di Jalan Gondang Raya No. 6, Condongcatur, Sleman, Bofet Rantau  hadir menawarkan cita rasa kuliner pinggir jalan khas Minang di Yogyakarta bagi perantau asal Sumatera dan siapa pun yang ingin menikmatinya.

Alih-alih menyajikan masakan Minang dalam bentuk nasi Padang serta lauk-pauknya, Bofet Rantau yang berdiri sejak Februari 2018 ini memilih untuk menonjolkan masakan yang biasa dinikmati di pinggir jalan, seperti sate padang, mienas (mie goreng dengan nasi goreng khas Minang), mie goreng, nasi goreng, teh telur, dan lain sebagainya.

Mienas, singkatan dari mie dan nasi, merupakan kuliner pinggir jalan khas Minang yang menjamur di daerah Sumatera. (11/9/19)

Fajar Pranata, salah satu pendiri Bofet Rantau, menyatakan bahwa sejarah dibukanya rumah makan ini bermula dari kerinduan para perantau asal Sumatera akan masakan dari daerah asalnya. Selain dimiliki oleh Fajar, rumah makan ini juga dimiliki oleh temannya, Ikhsan Al Fikri, yang mana keduanya sama-sama berasal dari Riau. “Menu makanan yang cenderung mengarah ke konsep street food ini belum banyak di Yogya, sementara konsep rumah makan nasi padang sudah menjamur,” ujar Fajar (6/9).

Rumah makan yang beroperasi pada pukul 16.00 hingga 24.00 ini memiliki enam orang pegawai yang terdiri atas 1 consultant chef dari Hotel 101, 1 kepala chef, 2 asisten chef, dan 2 kasir yang bekerja secara paruh waktu.

Muhammad Nur Afifi, akrab disapa Afi, merupakan kepala chef Bofet Rantau yang telah bekerja selama dua bulan. (11/9/19)

“Dari jam 1 siang sudah mulai melakukan persiapan. Sementara itu jam 4 sudah harus buka,” ungkap Afi, kepala chef Bofet Rantau (6/9).

Target pasar yang dimiliki oleh Bofet Rantau merupakan seluruh kalangan. Hanya saja, Bofet Rantau berusaha untuk menjaring konsumen dalam rentang umur 25 hingga 40 tahun, salah satunya dengan menyediakan meja dan kursi, alih-alih lesehan.

“Karena konsumen dengan kisaran umur itu biasanya cenderung royal, tidak begitu memikirkan biaya. Tapi tentu kami tidak melupakan mahasiswa, karena Yogya ‘kan kotanya mahasiswa,” ungkap Fajar.

Fajar juga mengungkapkan bahwa per hari rata-rata terjual 30 porsi makanan dengan omzet lebih-kurang Rp500.000,- per hari. Pelanggan setia Bofet Rantau kebanyakan merupakan perantau. “Disitu letak tantangannya, masih cukup sulit menjaring pasar mainstream atau konsumen luar Sumatera. Selain itu banyak tantangan juga dalam hal SDM, seperti karyawan yang masih beradaptasi mengikuti SOP. Ada juga yang berhenti secara tiba-tiba,” ungkap Fajar.

Untuk promosi, Bofet Rantau masih fokus dalam memberdayakan media sosialnya berupa akun Instagram dengan nama pengguna @bofetrantau. Bahasa yang digunakan di media sosial tersebut diusahakan agar dapat meraih audiens asal Sumatera maupun luar Sumatera. Selain itu, diadakan pula kerjasama dengan GO-JEK melalui layanan GO-FOOD. Fajar  menyatakan bahwa 20 persen pemasukan Bofet Rantau berasal dari GO-FOOD.

Potret Instagram Bofet Rantau. Sumber: instagram.com/bofetrantau

Untuk cita rasa, Afi selaku kepala chef Bofet Rantau menyatakan bahwa cita rasa masakan Bofet Rantau memang otentik dan disesuaikan dengan masakan Minang yang sebenarnya. Hal ini menjadi salah satu keunikan sekaligus tantangan untuk menjaring pasar yang lebih luas. Selain itu, Fajar berharap bahwa ke depannya Bofet Rantau dapat membuka cabang di lokasi lain.

Gabriella, salah satu konsumen Bofet Rantau yang berasal dari Riau, mengaku bahwa cita rasa masakan Bofet Rantau memang sesuai dengan yang ditemukannya di kampung halaman. “Memang pedas banget. Suasana tempatnya membuat enjoy, jadi saya suka,” ungkap Gabriella (6/9).