Camilan Kiloan yang Disukai Mahasiswa

Oleh: Saufika Enggar Garini

Bisnis camilan kiloan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan, dengan target pasar utama adalah mahasiswa. Salah satunya karena mahasiswa sering mengadakan acara kampus yang butuh makanan dalam jumlah banyak. Selain itu, camilan kiloan juga menjadi pilihan mahasiswa sebagai konsumsi pribadi, dengan pertimbangan harga yang murah dan aneka variasi camilan yang tersedia.

“Camilan yang paling laku koko krunch dan makaroni, karena ringan dan murah. Biasanya konsumen menghubungi saya dulu kalau mau pesan banyak, nanti saya kasih diskon 15% per bal,” kata Lami Yuswani, pegawai toko Cemilan Kita.

Dalam seminggu, toko yang berbisnis camilan akan cenderung ramai di akhir pekan. Dalam hitungan pertahun, konsumen akan ramai saat masa penerimaan mahasiswa baru dan akan sepi saat bulan Ramadan serta saat liburan. Sehingga, jumlah pembeli camilan kiloan sangat fluktuatif, sesuai dengan agenda yang dilakukan mahasiswa.

Memudahkan konsumen membeli camilan adalah motivasi Witri Istiasih memulai bisnis Pojok Camilan (26/9)

Toko jajanan Cemilan Kita yang terletak di Jalan Agro sudah berdiri selama 10 tahun, dan saat ini telah memiliki tujuh cabang di Yogyakarta, yakni di daerah Kocoran, daerah Universitas Negeri Yogyakarta, di daerah UIN, di Nologaten, di Karang Malang, dan di daerah Kota Gede. Banyaknya cabang dibuka menunjukkan bahwa bisnis camilan kiloan sangat laku dengan mahasiswa sebagai target pasar utama.

Sementara itu, toko jajanan Pojok Camilan yang terletak di Jalan Flamboyan Perumnas Condongcatur, telah berbisnis sejak tahun 2004. Witri Istiasih pemilik Pojok Camilan, mengatakan bahwa saat ini sudah banyak bisnis camilan yang tersebar di mana-mana. Omzet yang diperoleh Pojok Camilan saat ini mencapai Rp.800.000,00 hingga Rp.1.000.000,00 per hari, padahal tahun-tahun sebelumnya omzet yang diperoleh jauh melebihi angka tersebut.

“Omzet per hari sangat berbeda-beda dan tidak menentu. Untuk cabang di sini biasanya kisaran omzet yang kami dapat saat ramai itu lebih dari Rp.500.000,00 dan kalau sedang sepi di bawah Rp.500.000,00,” kata Annisa, pegawai Cemilan Kita.

Dengan bergantung pada distributor, pemilik toko Camilan Kita sangat memerhatikan keamanan dan rasa makanan yang dijual. Setiap makanan yang masuk harus melalui tahap uji sampel makanan dan wawancara terlebih dahulu, khususnya bagi produksi rumah tangga.

“Camilan berasal dari pemasok yang beragam, dari pabrik besar sampai yang hanya hasil produksi rumahan. Seperti lanting, kami ambil dari Magelang, pisang keju dan talas keju itu dari Ciamis, singkong sama basreng itu dari Solo. Biasanya untuk yang menitip makanan akan memberi sampel dahulu dan nomor yang dapat dihubungi, baru nanti saya sampaikan ke bos,” jelas Lami.

Konsumen diperbolehkan mencicipi camilan sebelum membeli (21/9)

Sebagai mahasiswa, Khairunnisa Diltha (19) tidak terlalu sering membeli camilan untuk pribadi, namun Khairunnisa menganggap bahwa jualan camilan secara kiloan sangat dibutuhkan sebagai konsumsi saat mengadakan rapat, acara, dan kegiatan lainnya di kampus. Ini karena harganya yang terjangkau dan takaran yang dapat ditentukan sendiri, sehingga dapat menyesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.

Berbeda hal dengan Aulia Triandina (20), yang sering membeli camilan kiloan sebagai konsumsi pribadi, karena harganya yang terjangkau dan variasinya banyak.