Indofishery, Bertahan Di Tengah Pandemi

Oleh: Nurul Azizah

Covid-19 memberikan dampak negatif pada keberlangsungan roda perekonomian Indonesia, namun Indofishery malah mendulang keberhasilan di tengah pandemi. Pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan ekonomi. Berbagai pelaku usaha mulai dari UMKM, start-up, hingga perusahaan besar perlahan-lahan mulai gulung tikar karena tidak bisa bertahan. Namun salah satu start-up yang melayani pengantaran ikan secara digital, Indofishery, melejit di masa pandemi.

Tampilan aplikasi digital Indofishery, inovasi dalam layanan.

Start-up Indofishery berangkat dari keresahan mengenai sulitnya akses ikan berkualitas prima dengan harga terjangkau bagi masyarakat. Di sisi lain, nelayan di pesisir tidak memiliki pasar alternatif untuk menjual hasil tangkapan mereka sehingga mau tidak mau ikan-ikan tersebut dijual ke tengkulak dengan harga lebih rendah. Abdul Khamid, CEO Indofishery, menyatakan bahwa Indofishery hadir sebagai penghubung antara masyarakat dan nelayan.

Abdul Khamid melihat bahwa banyak nelayan memiliki resource yang besar, ketiadaan pasar alternatif membuat kesejahteraan mereka kurang berkembang pula. Sedangkan di sisi lain, banyak ibu rumah tangga yang kesulitan mencari ikan yang bagus dan higienis dengan harga murah. “Makanya kami buatlah platform digital Indofishery, agar nelayan punya pasar alternatif dan ibu-ibu juga bisa membeli ikan dengan cara yang lebih mudah,” kata Abdul Khamid.

Start-up Indofishery pertama kali didirikan pada April 2019 dengan dukungan dari Inkubator Bisnis-KKIB UNDIP. Tiga pendiri Indofishery, Abdul Khamid (CEO), Fazlur Rahman Aziz (CMO) dan Bahtera Sebhastyan (CTO), memang jebolan Fakultas Perikanan UNDIP sehingga kampus menjadi pilihan pengenalan awal bisnis ini. Indofishery awalnya dikenalkan melalui berbagai kegiatan offline tingkat kampus seperti pameran-pameran juga promosi mouth to mouth kepada dosen-dosen UNDIP.

Indofishery terus berkembang dengan berpegang pada kritik dan saran dari pelanggan.  Saat awal berdiri di tahun 2019, layanan transaksi Indofishery belum menggunakan media aplikasi sendiri melainkan melalui customer service via WhatsApp. Hal ini dilakukan untuk memperkuat data user serta membangun kepercayaan pada pelanggan.  Setelah mulai muncul profit, barulah Indofishery mematangkan platform digital mandiri. Masukan dari pelanggan menjadi acuan untuk terus berbenah dan memperbaiki layanan yang tersedia.

Tiga pendiri Indofishery. Dari kiri ke kanan, Abdul Khamid (CEO), Fazlur Rahman Aziz (CMO), dan Bahtera Sebhastyan (CTO).Covid-1

Salah satu pelanggan loyal Indofishery, Ening (45), menyatakan bahwa Indofishery memang selalu mendengarkan kritik dan saran dari pelanggan. Mulai dari saran untuk memberikan produk ikan segar yang sudah bersih, hingga kritik mengenai iklan pada aplikasi yang terlalu banyak dan mengganggu. “Dulu bahkan owner-nya masih mengantar pesanan sendiri ke pelanggan. Katanya agar tahu betul keadaan di lapangan,” kata Ening.

Selama masa pandemi covid-19, laju ekonomi Indofishery turut terdampak namun kearah yang positif. Abdul Khamid menyatakan bahwa terdapat peningkatan hingga empat kali lipat pada sektor retail milik mereka. Bahkan, Indofishery sempat menutup layanan selama empat hari karena lonjakan pesanan di luar kemampuan yang biasa mereka tangani. Terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan agar Indofishery tetap bisa melayani seluruh pesanan, seperti penambahan kurir antar menjadi 6 orang setiap harinya hingga perubahan sistem di aplikasi.

Meski terdapat peningkatan yang signifikan pada bagian retail, sisi korporasi Indofishery mengalami penurunan sekitar 70%. Hal ini disebabkan aturan pemerintah seperti PSBB, juga karena banyak hotel dan resto yang menjadi mitra mereka tutup sementara sehingga supply ikan tidak dibutuhkan.

Melihat kondisi ini, Abdul Khamid dalam tiga bulan terakhir memusatkan fokus pada bagian retail yang sedang berkembang dan berencana untuk mematangkan sistem retail di kota lain dalam waktu dekat. Saat ini baru ada 3 kota yang sudah terhubung dengan layanan retail secara maksimal yaitu Semarang, Kudus, dan Kendal. Pada awal Oktober ini, Indofishery berencana untuk memperluas area layanan ke Yogyakarta.

Di masa mendatang, Abdul Khamid memiliki harapan besar dalam pengembangan Indofishery. Terutama agar pelanggan loyal terus meningkat dan kemitraan dengan nelayan semakin meluas. “Saat ini kami sudah memiliki 13 kelompok nelayan sebagai mitra, ke depannya kami berharap dapat mengakomodir nelayan di lingkup yang lebih besar. Khususnya di pulau jawa, agar dapat maju bersama dan berkembang bersama,” pungkas Abdul Khamid.

Catatan redaksi: Pada masa pandemi, banyak mahasiswa Dikom UGM yang menjadi jurnalis Warga Jogja tidak berada di Yogyakarta. Ini adalah salah satu liputan yang mengangkat cerita dari kota tempat mereka tinggal saat ini, daerah asal mereka.