Kopi Kreatif: Produsen Aksesori Kopi yang Berdayakan Perempuan

 

Oleh: Dinda Hermiranti Putri

Di tengah menjamurnya usaha di bidang kopi, Koke hadir dengan pengolahan limbah kopi―biji kopi defect dan ampas kopi―menjadi barang bernilai ekonomi tinggi. Kini terdapat 10 jenis produk keluaran Koke meliputi gelang, tasbih, minyak aroma terapi (roll on), pewangi mobil dan helm, hingga kue kering.

Produk tasbih Koke berbahan dasar biji kopi defect. Sumber: akun Instagram @kopikreatif (23/8)

“Terlalu idealis jika teman-teman berpikir menikmati aroma kopi itu hanya dengan diminum saja, ada lho cara-cara lain,” kata Yudhi Prasetyo pendiri sekaligus CEO Kopi Kreatif.

Kopi kreatif pertama hadir pada November 2015 dengan nama Gelang Kopi. Kelahirannya didorong oleh semangat menyelesaikan masalah di lingkungan kerja Yudhi terdahulu.

“Dalam bisnis itu kita berbicara problem solving, masalah yang dihadapi di masyarakat itu apa,” kata Yudhi. Ia melihat rekan kerja yang menyukai aroma kopi namun tak dapat meminumnya, dari situlah tercetus ide membuat gelang kopi.

Saat kembali ke lingkungan tempat tinggalnya, Yudhi kembali melihat keluh kesah tetangga, utamanya kaum ibu. Mereka ingin mendapat penghasilan tambahan tanpa meninggalkan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Termasuk di dalamnya beberapa ibu yang terkena PHK pabrik. Di sini muncul konsep pemberdayaan dalam model bisnis Koke. Pemberdayaan dilakukan di Manisrenggo (Prambanan)  dan Pendowoharjo (Bantul).

Ibu-ibu pengrajin di Pendowoharjo berkumpul di satu tempat produksi Koke Pendowoharjo dan membuat pewangi, parfum, serta roll on. Sedikit berbeda, ibu-ibu di Manisrenggo memproduksi berbagai aksesori di rumah mereka masing-masing. Total terdapat 15 orang pegawai Kopi Kreatif yang 90% di antaranya adalah ibu-ibu.

Potret perempuan pengrajin dalam pemberdayaan Koke. Sumber: akun Instagram @kopikreatif (12/11)

Rindang Sekar (30) salah satu karyawan perempuan yang telah bekerja di Koke selama  kurang lebih satu tahun mengatakan bahwa suasana kerja di Koke santai namun penuh tangggung jawab. “Situasinya santai tapi bukan berarti seenaaknya, tetap harus sadar tanggung jawab yang dimiliki tiap divisi,” kata Rindang.

Kini Koke telah hadir dengan reseller tetap di 10 kota besar Indonesia. Mayoritas penjualan produk dilakukan secara daring. Toko Koke yang terletak di Gang Wuni, Manggung, Sleman diakui Yudhi tidak selalu ramai. “Yang datang ke toko kebanyakan sudah tahu dari penjualan daring lalu penasaran, kebanyakan yang datang pasti membeli,” kata Yudhi. Saat ditanya soal omzet, ia hanya mengatakan “Ya Alhamdullilah sudah bisa beli enam mobil Innova,” kelakar Yudhi.

Toko Koke yang menjajakan seluruh produk Koke secara luring termasuk produk kolaborasi dengan berbagai UMKM dan komunitas (29/10).

Muhammad Cyril Al Fibran (20), salah satu konsumen Koke, mengatakan pertama kali mengetahui produk Koke di kasir sebuah tempat relaksasi. “Ternyata ada pewangi mobil dari kopi, belum pernah sebelumnya dengar yang seperti itu,” kata Cyril. Menurutnya produk Koke sangat unik dan memiliki beragam varian aroma sehingga ia tertarik mencoba varian lain juga.

Sebagai pionir dalam industri aksesori kopi, Koke tertantang dengan tuntutan untuk terus berinovasi dan hadirnya banyak kompetitor baru. “Kami sebagai pionir punya taggung jawab berat, kalau kami nggak inovasi nanti industrinya mati,” kata Yudhi. Di sisi lain, Koke juga ingin merangkul berbagai usaha lain termasuk para kompetitor. Yudhi percaya bahwa sekarang adalah eranya kolaborasi bukan bersaing.

Yudhi memaparkan kiatnya dalam mengatasi tantangan tersebut dengan terus berinovasi dan konsisten. Ke depannya Koke akan segera merilis produk baru dan berkomitmen untuk terus menghadirkan lebih banyak turunan produk.