Thrifting Paradise, Alternatif Belanja Murah bagi Anak Muda

Thrifting Paradise, gelaran pasar kolektif yang menjadi alternatif belanja murah dengan menawarkan berbagai barang bekas mulai dari pakaian, tas, sepatu, aksesoris, hingga kosmetik layak pakai.

Oleh: Erika Dyah

Diinisiasi oleh seorang perempuan muda, Thrifting Paradise merupakan gelaran jual-beli barang layak pakai yang bertujuan menjadi wadah anak muda belajar berbisnis.

Gelaran perdana Thrifting Paradise diadakan 14-15 Februari 2017 di Cono Gelateria, kedai gelato mungil di Jalan Bougenville, Caturtunggal. Berbagai barang bekas mulai dari baju, dress, tas, sepatu, aksesoris, serta kosmetik dijual dengan harga murah mulai kisaran harga Rp 10.000,- hingga Rp 100.000,-.

Thrifting Paradise lahir dari gagasan Siane Caroline (29). Ia memfasilitasi anak muda untuk belajar berbisnis dengan menjual barang-barang preloved (barang bekas) yang masih layak pakai dengan harga murah.

Siane menyadari anak muda memiliki semangat tinggi untuk berbisnis dan berkarya di usia produktifnya, hanya saja berbagai hambatan seperti keterbatasan modal dan minimnya dukungan dari lingkungan sekitar kerap menghentikan semangat tersebut.

Untuk mengurangi modal, Thrifting Paradise digelar di tempat-tempat yang bersedia menjadi mitra tanpa memungut biaya sewa. “Kalau harus bayar sewa bisa habis uang saku mahasiswa hanya untuk modal berbisnis,” ungkap Siane (15/02).

Pada gelaran perdananya, Thrifting Paradise melibatkan 12 penjual dari berbagai latar belakang. Para penjual mengatakan, keuntungan bukan menjadi motivasi utama mereka akan tetapi lebih pada kebersamaan dan proses belajar. “Kebetulan pada kali pertama ini yang terlibat semuanya perempuan, it’s such a sorority movement,” kata Siane.

Swastati (21), salah satu penjual, merupakan mahasiswa tingkat akhir yang juga kerap menjadi penata busana. Ia menjual beberapa pakaiannya dengan harga yang cukup murah seperti dress yang dihargainya rata seharga Rp40.000,- dan atasan yang berkisar Rp20.000-30.000,-.

“Beberapa adalah baju lamaku, lainnya milik ibu dan bude-ku yang sudah kukumpulkan dan memang tidak terpakai lagi,” kata Swastati. Ia membuat catatan daftar barang yang dijualnya namun tidak langsung menghitung jumlah transaksi yang dilakukan.

Interaksi antara penjual dan pembeli membantu pembeli dalam mix and match beragam barang bekas layak pakai ini

Pengunjung rata-rata mengaku mengetahui Thrifting Paradise melalui media sosial dan merasa diuntungkan oleh kegiatan ini. “Barang-barang yang dijual sangat murah, atmosfernya juga menyenangkan,” ungkap Dyan (20), salah seorang pengunjung.

Ketersediaan ruang ganti dan bantuan dari para penjual mengenai cara mix and match beragam pakaian bekas ini turut membantu pengunjung dalam menentukan pilihannya berbelanja.

Ke depannya, Thrifting Paradise berencana untuk merutinkan dan mengembangkan kegiatan ini dengan melibatkan lebih banyak partisipan di tempat yang dapat menampung lebih banyak orang. Barang yang dijual diproyeksikan tidak hanya berupa barang bekas, tapi juga berbagai produk industri kreatif. Mereka ingin mempertahankan semangat gerakan independen supaya siapa pun bisa terlibat dalam gelaran ini.