Viscoose: Fesyen Lokal dengan Desain Terkini dan Kain Tradisional

Salah satu koleksi terbaru Viscoose yang memadukan desain modern dengan kain batik bermotif parang, yang dijual di Land of Leisures Market (10/9).

Oleh: Nivita Saldyni Adiibah

Melihat potensi kekayaan kain tradisional Indonesia, dua mahasiswa UGM mendirikan Viscoose, sebuah merek fesyen yang memadukan desain terkini dengan sentuhan batik, lurik, dan tenun.

Berawal dari hobi berbelanja fesyen terkini, Alya Karamina Alven dan Novi Benazir, dua mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2014 ini tercetus untuk mendirikan Viscoose pada awal tahun 2016. Berawal dari usaha rumah dengan penjualan secara daring, Viscoose telah mampu bersaing dengan produk-produk dari merek ternama di berbagai marketplace dan e-commers.

Novi mengatakan bahwa dengan konsep unik yang mereka bawa, Viscoose mampu bersaing dengan produk-produk dari brand ternama di berbagai marketplace dan e-commers Indonesia, misalnya Berrybenka. “Kami berbeda dari brand-brand lainnya, selalu ada sentuhan etnik di setiap produk kami. Selain itu, kami juga menggunakan bahan-bahan pilihan sehingga sangat nyaman digunakan,” kata Novi yang ditemui di gerai Viscoose saat acara Land of Leisures Market di Ambarukmo Plaza (10/9).

Dengan menggunakan batik cap garut di bagian bawah, Belva Outer keluaran Viscoose ini terlihat elegan.

 

Dina Top, salah satu koleksi Viscoose yang menggunakan kain batik cap garut bermotif sisik naga.

 

Dengan desain yang simple dan batik cap garut bermotif sisik bunga, Pinkish Ayla menjadi salah satu model favorit para followers.

 

“Produk kami sudah mulai banyak dikenal orang. Banyak pelanggan kami dari kota-kota besar seperti Bandung, Surabaya, dan Jakarta,” kata Novi. Bahkan dalam waktu satu tahun lebih ini, usaha yang berangkat dari akun @viscoose_id di instagram ini telah memiliki lebih dari 34 ribu followers.

Keunikan desain dan bahan yang nyamanpun diakui oleh para pelanggannya. Fatihatul, salah seorang pelanggan Viscoose asal Sidoarjo mengatakan,”Saya suka dengan desai-desain Viscoose, kesannya authentic dan kemungkinan kembar dengan orang lain sangat sedikit karena produksinya sangat terbatas. Viscoose bagus kalau memadukan batik ataupun kain-kain tradisional khas Indonesia lainnya, saya sangat suka.”

Begitu juga dengan Yuvi, seorang pelanggan Viscoose asal Surabaya. Ia mengatakan bahwa desain baju yang dijual bagus dan unik, bahkan banyak orang yang bertanya tentang baju tersebut.

Desain yang unik, bahan yang nyaman, dan jumlah yang terbatas membuat banyak pelanggan dari berbagai daerah memilih produk mereka. “Biasanya kami mengeluarkan koleksi terbaru setiap tiga bulan sekali dengan total delapan hingga dua belas artikel dan hanya tersedia dua puluh pieces untuk setiap artikel,” kata Novi. Untuk setiap satu koleksi yang dikeluarkan, Viscoose mampu mengantongi omzet sekitar Rp 20.000.000 dengan kisaran harga pakaian yang di jual Rp 100.000 – Rp 200.000.

Dengan mengusung batik dan kain-kain tradisional lainnya, Viscoose bertujuan untuk ikut serta dalam melestarikan kekayaan bangsa. Harapannya, bukan hanya batik saja, namun nantinya Viscoose juga mampu memadukan kain-kain tradisional lainnya ke dalam desain-desain mereka dan dapat di terima oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Novi menambahkan bahwa target ke depannya Viscoose bisa lebih dikenal dan menjadi bagian dari Indonesia Fashion Week 2018.