Warung Kita: Masakan Sehat dengan Bahan Lokal dan Organik

Jumlah pengunjung Warung Kita paling banyak di akhir minggu (Sabtu dan Minggu) terutama di Minggu pertama dan ketiga setiap bulannya karena diadakan Pasar Tiban Nitiprayan di pelataran warung (17/9).

Oleh : Zhafira M.I.P

Warung Kita di Jalan Nitiprayan 110 Bantul menyuguhkan masakan sehat yang bahan bakunya berasal dari kebun organik dan bahan lokal warga sekitar. Standar makanannya bebas dari minyak kelapa sawit, penyedap rasa buatan, dan tidak memakai unsur plastik.

Pemilik Warung Kita, Astrid, mengatakan bahwa keresahannya tentang tahap lebih lanjut dari proses penanaman tanaman organik yaitu pengolahan hingga menjadi masakan membuat ia dan rekannya berinsiatif membuka Warung Kita.

“Persoalannya tidak hanya menanam namun juga mengolah sehingga kami mencoba memperbaiki hidup kami dengan makanan yang sehat, dimasak dengan cara yang waras, dengan resep keluarga,” kata Astrid.

Warung Kita, buka pukul 12.00-22.00 pada hari Rabu hingga Minggu, sudah berjalan selama satu setengah tahun dengan modal awal sekitar 2-3 juta rupiah. Tempat yang digunakan oleh Warung Kita awalnya adalah joglo yang dimiliki rekan bisnis Astrid yang juga sebagai pemilik warung. Hingga saat ini pendapatan kasar Warung Kita telah mencapai lebih dari 20 juta rupiah per bulan dengan latar belakang konsumen yang beragam.

“Jumlah konsumen sudah meningkat dan berkembang dari yang awalnya hanya dari dalam negeri sekarang konsumen asing juga sudah mulai banyak, karena memang mereka (konsumen asing) lebih sadar, pemilih, dan tidak terbiasa dengan penyedap rasa buatan yang biasa digunakan di masakan Indonesia,” kata Astrid.

Salah satu masakan yang disajikan oleh Warung Kita dengan bahan yang organik dan bebas penyedap rasa buatan (sumber : akun instagram @warungkitajogja)

Tujuan utama dari Warung Kita adalah peningkatan kesadaran konsumen maupun warga sekitar tentang pentingnya lingkungan dan gaya hidup sehat. Salah satu aturan yang diterapkan adalah tidak menggunakan bahan plastik dalam kegiatan jual-beli di warung. Sehingga warga yang ingin menitipkan produk olahannya harus mengikuti standar yang telah ditetapkan, yaitu bebas dari bahan plastik dan tidak menggunakan minyak kelapa sawit. Hal ini sekaligus sebagai upaya edukasi bagi warga.

“Di Warung Kita tidak ada plastik sebagai sampah, kita berhasil menurunkan penggunaan plastik dalam penjualan makanan dan produk, serta di sisi lain hal ini juga sebagai langkah edukasi,” kata Astrid.

Warung Kita mengusung konsep masakan olahan rumah yang setiap harinya berganti sesuai dengan bahan yang disiapkan hari itu. Bahan-bahan ini sebanyak 40% diperoleh dari hasil kebun warung dan sisanya dari bahan-bahan yang dijual warga sekitar warung. Astrid mengatakan bahwa dengan menjaga perputaran uang yang tidak keluar dari wilayah kampung Nitiprayan akan berdampak bagi peningkatan usaha lokal dari warga sekitar warung.

“Kalau Warung Kita bisa mengalami peningkatan secara ekonomi dan kesejahteraan, maka lingkungan sekitarnya juga harus meningkat, karena di wilayah ini kita semua saling terkoneksi,” kata Astrid.

Selain masakan, Warung Kita juga menjual produk-produk lokal yang berasal dari warga sekitar dan luar daerah, seperti garam yang berasal dari petani garam Madura, Lasem, dan Grobogan (17/9).

Selain peningkatan kesejahteraan, Warung Kita juga berfokus pada keterjangkauan dari sisi harga makanan. Hal ini dilakukan untuk menghindari stigma bahwa makanan sehat dengan bahan organik itu selalu mahal.

“Masakan di Warung Kita disuguhkan dengan prasmanan sehingga konsumen dapat mengambil sendiri sesuai keinginannya, sayur dijual Rp4.000, gorengan Rp 2.000, dan nasi Rp 4.000. Harga ini sudah disesuaikan dengan penggunaan bahan organik dalam setiap masakan, seperti kaldu dan beras organik serta menggunakan minyak kelapa,” kata Nina, salah satu pegawai Warung Kita.

Konsumen Warung Kita yang berasal dari Lamongan, Viyki (23), mengatakan bahwa ia tertarik mengunjungi Warung Kita karena melihat menu masakan sehat yang disediakan dan tempatnya yang unik.

“Warung Kita tempatnya keren dan asik, menunya sehat dengan bahan yang organik dan alami,” kata Viyki.

Warung Kita berupaya menjadi restoran percontohan di Yogyakarta dengan penggunaan bahan organik, alami, dan lokal dalam setiap masakannya. Selain itu, Astrid juga mengatakan bahwa nantinya Warung Kita akan memiliki lahan kebun yang lebih luas sehingga tidak akan bergantung pada pasar.

Kegiatan berkebun dan pengelolaan kompos yang dilakukan oleh Warung Kita untuk mendapatkan bahan masakan yang organik (sumber : akun instagram @warungkitajogja)