Abekani: Dari Tas Menjadi Komunitas

Salah satu pegawai Abekani sedang melakukan pengecekan detail terhadap produk di kantor Abekani yang berlokasi di Perum Puri Potorono Asri C-18, Jl. Wonosari Km.8, Banguntapan, Bantul Yogyakarta (5/9).

Oleh: Atantya Wimbari Putri

Abekani merupakan salah satu home industry di Yogyakarta dengan pemasaran yang cukup unik, yaitu hanya menjual produk kepada komunitasnya yang sering disebut Abekanian Lovers. Hampir mencapai 27 ribu anggota, komunitas ini memiliki tagline “Dari Tas Menjadi Komunitas.”

Pemilik Abekani, Tunjung Pratiwi, menjelaskan awal terbentuknya komunitas tersebut atas keinginan pelanggan yang ingin berdiskusi perihal merawat tas kulit, khususnya produk Abekani.

“Abekanian Lovers ini terbentuk karena keinginan pelanggan. Dulu menggunakan fanspage di facebook, karena terlalu “terbuka” ada yang mengusulkan untuk membuat grup dan hanya menjual produk Abekani di situ agar anggota juga memiliki benefit. Akhirnya kami coba,”  kata Tunjung Pratiwi (5/9).

Tunjung Pratiwi, Pemilik Abekani Leather (5/9).

Kegiatan komunitas tersebut tidak melulu hanya berkisar jual—beli tas. Lebih dari itu, Abekanian Lovers melakukan diskusi terkait perawatan tas, barter produk antar anggota, meet up rutin di setiap wilayah, bahkan  sudah melakukan meet up akbar yang dihadiri anggota dari seluruh wilayah Indonesia pada 2017 dan akan diadakan kedua kalinya pada November 2019.

“Abekani membuat kita punya teman bahkan saudara baru, karena misal jika di mall atau di jalan dan sedang memakai produk Abekani kita pasti langsung kenalan,” kata Febriana Dwi, salah satu anggota komunitas Abekanian Lovers (9/9).

Selain itu, produk Abekani memiliki keistimewaan sendiri di mata pelanggan. Produk Abekani tidak dijual bebas dan hanya dijual pada hari Jumat setiap minggunya di grup komunitas tersebut.

“Pertama, masuk grupnya sudah susah, karena tidak semua diterima pada saat itu juga. Kedua, cara mendapatkan produk yang penuh perjuangan karena harus rebutan dengan 27 ribu anggota yang lain. Jadi, saat dapat senengnya luar biasa, seperti keberuntungan,” lanjut wanita asal Yogyakarta tersebut (5/9).

Ditemui dalam kesempatan berbeda, Suci, juga salah satu anggota komunitas Abekanian Lovers pun menuturkan bahwa produk dari Abekani tidak pernah mengecewakan pelanggan. Patokan harga yang terbilang cukup terjangkau dengan kisaran Rp. 270.000 hingga Rp. 900.000 namun sesuai dengan produk yang didapatkan.

“Bahan kulitnya tahan banting, kalau bisa dibandingkan kuatnya hampir seperti Fossil, tetapi yang ini asli Indonesia. Ini tas terawet yang pernah saya punya,” ungkapnya (8/9).

Bisnis dengan produksi pertama pada tahun 2009 ini awalnya hanya menjual produk kulit dengan ukuran kecil.

“Pada awalnya yang kami produksi tas-tas vintage berbahan kulit nabati seperti tas kamera dan pouch handphone, tetapi tiga tahun terakhir permintaan tas wanita mendominasi 70% dari semua produk Abekani,” kata Tunjung (5/9).

Instagram merupakan salah satu media publikasi  Abekani Leather (10/9).

Tidak dipungkiri kini bisnis online dengan produk kulit kian menjamur, ada yang membedakan produk Abekani dengan yang lain. Tunjung menjelaskan, untuk lining (kain dalam) khusus tas wanita,  Abekani menggunakan tenun tradisional dari pedan – Klaten dan Weru – Sukoharjo dengan motif yang tidak digunakan oleh kompetitor. Selain itu kualitas jahitan juga dapat dilihat dari kerapihan dan detail modelnya.

Ciri khas dari produk Abekani didukung dengan komitmen Tunjung yang menjual produknya hanya kepada anggota Abekanian Lovers, membuat pelanggan tetap setia kepada Abekani Leather.

“Para anggota komunitas Abekanian Lovers sudah memberikan “demand” pada Abekani, kita ya harus bisa komitmen dan menjaga itu,” kata Tunjung (5/9).

Tunjung juga menuturkan jika ingin bisnis yang dijalankan awet harus memiliki sesuatu yang berbeda dan jangan ikut-ikutan. Selain itu menjaga sikap pada pelanggan juga merupakan hal yang tidak boleh luput dari pekerja bisnis.