Celengan Berbagi Jadi Kawan Edukasi Anak Panti

Celengan Berbagi mendatangi Panti Asuhan Al Falah, Kotagede pada 16 Februari 2017 untuk kegiatan edukasi rutin.

Oleh: Dyah Ayu Pitaloka

Dua tahun sudah komunitas sosial-pendidikan ini menemani anak-anak panti asuhan di Yogyakarta. Melalui program-program berbasis pendidikan, Celengan Berbagi mendekati anak-anak panti sebagai teman bermain sekaligus guru.

Celengan Berbagi adalah komunitas sosial-pendidikan yang berdiri pada 2015. Dinamakan Celengan Berbagi karena anggotanya mengumpulkan receh di celengan dan hasilnya menjadi sumber pendanaan program mereka.

Salah satu sasaran Celengan Berbagi di bidang pendidikan adalah anak-anak panti asuhan. Pendidikan untuk anak panti diwujudkan menjadi dua program, Jagoan Panti dan Panti Impian.

Jagoan Panti adalah program mengajar di hari Sabtu selama Februari hingga Mei 2016. Materi yang diajarkan kepada anak panti merupakan pelajaran sekolah. Tidak hanya mengajar, anggota Celengan Berbagi yang terlibat pun ikut membantu mengerjakan PR anak-anak. Program ini dilaksanakan di tiga panti sekaligus yakni Panti Mafaza dan Panti Putri Islam RM Suryowinoto di Umbulharjo, serta Panti Al Falah di Kotagede.

Berbeda dari Jagoan Panti, Panti Impian bertujuan untuk mendekatkan anak-anak panti asuhan dengan impian-impian mereka. “Panti impian itu seperti mengenalkan sebuah impian ke anak-anak. Intinya, menggugah anak-anak tentang tujuan hidup. Kami mengemas itu semenarik mungkin, misalnya dengan menggambar dan bermain,” kata Didit Mahendra Wijaya, Ketua Komunitas Celengan Berbagi.

Selama Juli hingga Desember 2016, Celengan Berbagi mendatangi Panti Asuhan Nurul Haq di Banguntapan untuk mengenalkan berbagai macam profesi umum seperti dokter, polisi, dan guru. Metode pengenalan ini dikemas lewat permainan, gambar, mewarnai, dongeng, hingga outbond. Di akhir acara, dilaksanakan penutupan di Benteng Vrederberg bekerja sama dengan manajer museum.

Program Panti Impian ini diakui Tyas Yashinta, pengasuh pendamping Panti Nurul Haq, sebagai kegiatan sosial yang memberi perubahan bagi anak-anak. “Awalnya motivasi mereka rendah, tapi sekarang kalau disuruh belajar sudah mau karena mereka sudah punya cita-cita. Dulu ada yang ingin jadi supir truk, bukan kami merendahkan profesi yang lain, tapi sekarang mereka mulai punya impian-impian yang menurut kami lebih besar,” tuturnya.

Menurut M. Fathan Mubin, pendiri Celengan Berbagi, anak-anak panti asuhan dipilih karena secara psikologis membutuhkan kasih sayang dan pertemanan dari orang lain, khususnya dari luar panti. Mereka membutuhkan sosok yang dalam psikologi disebut significant others, artinya orang yang benar-benar berarti dan peduli dengan hidup mereka. Berada di satu lingkungan dapat turut mengembangkan kepribadian mereka.

Si petok, celengan kertas bergambar ayam menjadi ikon Celengan Berbagi (sumber: Instagram @celengan_berbagi)

Komunitas berpengurus 16 mahasiswa se-Yogyakarta ini masih dihadapkan tantangan kurangnya relawan dan riset kurikulum, serta belum berkantor tetap. Alih-alih menyerah, Celengan Berbagi justru terdorong untuk terus mengembangkan program-program pendidikan di masa depan. Selaras dengan visi komunitas yaitu memudahkan orang berbuat baik, semua orang bisa membantu pendidikan anak-anak kurang mampu dengan memanfaatkan receh di celengan. Melalui slogan “populis dengan celengan”, komunitas ingin membangkitkan kepedulian warga dengan memberdayakan kembali fungsi celengan. Tidak hanya sederhana, celengan juga berkesan untuk penerima bantuan maupun relawan.