Hadir di 49 Kota untuk Katakan Tidak Pada Mengemis

Salah satu kampanye yang berusaha digalakkan oleh Ketimbang Ngemis di seluruh Indonesia adalah untuk mendorong masyarakat untuk membeli dagangan para penjual kecil, terutama lansia karena hal tersebut sama dengan membantu mereka. (Sumber foto: Dokumentasi Ketimbang Ngemis Kebumen)

Oleh: Safira Aulia Tamam

Didirikan pertama kali di Yogyakarta oleh seorang mahasiswa, Komunitas Ketimbang Ngemis berkembang dari nol sejak 12 Juni 2015 hingga bisa berada di 49 kabupaten/kota di Indonesia. Komunitas yang bermula dari media sosial ini hadir untuk mengapresiasi masyarakat, terutama lansia, yang dengan keterbatasan mereka tetap bekerja dan enggan mengemis.

Reza Winata, Vice President Ketimbang Ngemis Pusat, menyatakan bahwa komunitasnya hadir untuk menjadi sarana untuk mendorong terwujudnya karakteristik warga yang mandiri dan selalu berusaha. Hal tersebut berusaha dicapai melalui misi mereka, yakni menyediakan informasi terkait sosok mulia (solia)—sebutan komunitas pada lansia yang menjadi target yang dibantu—melalui media sosial, menyalurkan bantuan sosial pada sosok mulia yang bekerja dan tidak meminta-minta, berkolaborasi dengan lembaga lain dalam menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan, serta menjadi penyalur bantuan dari donatur pada solia.

“Kami memiliki salah satu prinsip bahwa membeli sama dengan membantu dan memberi. Menurut kami, dengan aksi kecil seperti hal tersebut bisa menjadi langkah untuk berbuat baik, tanpa perlu menunggu kaya dan memiliki banyak rezeki,” kata Reza (23/11).

Inti dari kegiatan komunitas Ketimbang Ngemis adalah untuk mengapresiasi para sosok mulia yang dalam segala keterbatasan mereka masih berusaha mencari nafkah tanpa mengemis. Bentuk kegiatan tersebut dapat berbeda di setiap regional, asalkan tetap berada dalam koridor visi dan misi bersama Ketimbang Ngemis.

Misalnya saja ada program umrah untuk para sosok mulia yang diadakan oleh Ketimbang Ngemis Jakarta dan Pasar Solia yang diselenggarakan oleh Ketimbang Ngemis Malang di mana para solia dapat memasarkan dagangannya secara lebih mudah dalam sebuah bazar. Selain itu, Ketimbang Ngemis Pusat pun memiliki program Gerobak untuk Solia yang membantu meningkatkan daya jual barang dagangan para solia misalnya dengan pemberian/perbaikan gerobak untuk solia.

Meski sasaran utama Ketimabng Ngemis adalah para sosok mulia yang merupakan lansia, Ketimbang Ngemis tetap turut mengapresiasi pihak lain yang dalam keterbatasannya masih mencari rezeki tanpa mengemis, seperti anak yang membantu orang tuanya berjualan di Blitar ini. (Sumber foto: Dokumentasi Ketimbang Ngemis Blitar)

Meski begitu, Destha Winata sebagai pengurus Monitoring dan Evaluasi Ketimbang Ngemis Pusat menyatakan bahwa pernah ada salah satu regional yang kegiatannya menyeleweng dari visi, misi, dan prinsip Ketimbang Ngemis. Regional tersebut mengadakan aksi turun ke jalan untuk meminta sumbangan meski kemudian disalurkan untuk solia.

“Salah satu prinsip kami adalah say no to mengemis sehingga hal tersebut kami tindak tegas karena itu sama dengan meminta-minta dan tak sesuai visi dan misi kami,” kata Destha (23/11).

Berdirinya komunitas ini di 2015 telah menggugah banyak pihak untuk turut membentuk komunitas serupa di wilayah mereka masing-masing yang kemudian terintegrasi dengan Ketimbang Ngemis Pusat. Sejak 2015 hingga 2019 pun tercatat bahwa donasi sejumlah lebih dari 1 miliar rupiah telah tersalurkan pada lebih dari 1.200 sosok mulia di seluruh wilayah yang telah bergabung.

Komunitas yang kini telah tersebar di 49 kabupaten/kota di Indonesia tersebut masih berfokus untuk membantu para solia di wilayah masing-masing. Meski begitu, Ketimbang Ngemis rutin menggelar perkumpulan wilayah dan nasional yang ditujukan sebagai sarana belajar dan saling berbagi permasalahan dan solusi yang dialami setiap regional. Akan tetapi, perkumpulan nasional dan wilayah tahun ini tidak dapat diadakan karena adanya pandemi Covid-19.

“Sejak 2019 hingga tahun ini belum ada kolaborasi kegiatan antarkabupaten/kota. Akan tetapi banyak regional yang berkolaborasi dengan komunitasyang ada di kabupaten/kota masing-masing,” kata Anggi, koordinator Ketimbang Ngemis wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (27/11).

Komunitas Ketimbang Ngemis berharap ke depannya komunitas ini dapat terus berkembang dan menjadi pilar dalam membantu para sosok mulia Selain itu, diharapkan komunitas ini dapat terus berperan sebagai penyebar gerakan kebaikan agar semangat berbuat kebaikan tak berhenti dan terus berkembang.

“Bila ada pihak yang tergerak untuk membentuk Ketimbang Ngemis di wilayah tertentu, mereka dapat menghubungi surel KN Pusat untuk kemudian kami beri surat permohonan pembentukan komunitas dan beberapa dokumen yang perlu diisi,” tambah Destha.

 

Peta Persebaran Komunitas Ketimbang Ngemis di Indonesia