Jajan sambil Belajar Foto bersama Hunting Pasar

Berkumpul usai sesi foto, anggota Hunting Pasar saling berbagi pengalaman dan mengakrabkan diri (24/3) (sumber: dok. Hunting Pasar)

 

 

Oleh: M. Irfan Taufiq

Hobi jajan dan memotret, Bagoes (30) membentuk sebuah komunitas belajar fotografi bernama Hunting Pasar. Komunitas dengan slogan “Sarapan berkedok belajar foto dan video” ini rutin mengadakan hunting foto, sarapan, dan belajar bersama setiap Sabtu di pasar tradisional di Yogyakarta dan sekitarnya.

Tujuan utama dari komunitas Hunting Pasar adalah mengedukasi para anggotanya cara menjadi fotografer yang baik, tidak hanya bagus fotonya tapi juga etikanya.

Slogan tersebut muncul karena kesadaran bahwa yang bergabung di komunitas ini kebanyakan masih pemula dalam fotografi dan yang ditekankan adalah keinginan untuk belajar. “Kalau diejek fotonya jelek ya gak malu. Kami ‘kan komunitas sarapan tapi sambil belajar foto,” kata Bagoes, inisiator komunitas Hunting Pasar.

Komunitas ini baru berdiri pada Januari 2018, namun anggotanya sudah tersebar luas ke berbagai pelosok Indonesia. 37 kota tercatat sudah membentuk komunitas Hunting Pasar di kotanya masing-masing dengan Yogyakarta sebagai pusatnya.

“Awal promosi kegiatan itu hanya dari Instastories. Sebenarnya kaget juga ternyata banyak yang respons dan tertarik mengadakan kegiatan serupa di kota-kota mereka,” ujar Bagoes.

Anggota Hunting Pasar tidak terbatas dengan usia atau jenis kamera tertentu. Mulai dari anak SMA sampai yang sudah kepala tiga bisa bergabung, yang terpenting adalah keinginan untuk belajar. Tidak masalah tidak memiliki kamera karena punya gawai berkamera pun dapat bergabung.

Kegiatan utama dan rutin dari Hunting Pasar adalah belajar fotografi itu sendiri. Metode belajarnya dengan memotret langsung di pasar dan setelah itu mereka saling berbagi pengalaman dan mengkurasi foto bersama. Di Yogyakarta, kegiatan rutin diadakan setiap Sabtu di pasar yang mereka tentukan bersama.

“Belajarnya asyik, langsung memotret di pasar. Lalu kami sharing, dapat saran-saran, dan belajar dasar fotografi,” ujar Taufik, anggota Hunting Pasar, saat sesi hunting di Pasar Beringharjo Sabtu (24/3).

Selain hunting mingguan, di Yogyakarta ada acara bulanan yang mengundang pembicara membahas tema tertentu. Acara bulanan terbaru diadakan pada Sabtu (24/3) dengan mengundang Aris Widjaya untuk membahas dasar-dasar fotografi.

“Mengenal objek menjadi kunci dalam menghasilkan foto yang baik. Masuk pasar jangan langsung potrat-potret, mengobrol dulu sama pedagang, observasi, itu kuncinya untuk menghasilkan foto sesuai kemauan kita,” kata Aris, pembicara pada sesi sharing kepada anggota Hunting Pasar setelah sesi foto.

Pasar dipilih menjadi lokasi belajar foto karena di pasar banyak yang bisa dijadikan objek foto. Pedagang, pembeli, berbagai aktivitas di pasar, arsitektur, hewan-hewan khas pasar, sampai barang dagangan dapat dijadikan objek. Di samping itu, karakteristik dari masing-masing pasar akan berbeda sehingga anggota Hunting Pasar juga belajar menghadapi berbagai jenis tantangan.

Instagram dijadikan Hunting Pasar untuk berbagi hasil jepretan pada sesi hunting. Untuk ke depannya, Hunting Pasar mengembangkan situs sebagai galeri bersama milik komunitas

“Untungnya kalau di Yogyakarta sejauh ini terbuka pasar-pasarnya. Ada yang di Bali itu sampai diusir oleh satpam pasar,” jawab Bagoes ketika ditanya tentang kesulitan dalam kegiatan komunitas selama ini.

Hunting Pasar tidak hanya mengajarkan menjadi fotografer yang baik, tapi juga mengajak orang untuk kembali dan menghidupi pasar tradisional. Misi terselubung dari Hunting Pasar bagi pasar itu sendiri adalah untuk melestarikan jajanan tradisional yang biasanya hanya dapat ditemui di pasar tradisional. Selain itu, ketika anggota Hunting Pasar mengunggah hasil karyanya ke Instagram, secara tidak langsung juga mengajak orang lain untuk mengunjungi pasar.

Saat ini Hunting Pasar sedang mengembangkan situs yang tujuannya sebagai pusat informasi kegiatan Hunting Pasar secara nasional. Situs juga ditujukan sebagai galeri karya, baik berupa foto, video, atau tulisan, sehingga karya-karya tidak tercecer di berbagai media.

Dalam jangka panjang, Hunting Pasar ingin membuat basis data pasar tradisional yang dapat dibuat dari berbagai kategori seperti jenis pasar, lokasi, atau jenis makanan yang dijual di pasar tersebut. Tujuannya tidak lain adalah untuk melestarikan dan menjaga ingatan tentang pasar tradisional beserta isinya.