Kelas Inspirasi Yogyakarta, Menginspirasi Siswa melalui Ragam Profesi

Heriati Sitosari, Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UGM, menjelaskan profesi dokter gigi kepada siswa SD N Bunder III, Jumat (23/03).

Oleh: Anisa Nur Aini

Setelah sukses menyelenggarakan Hari Inspirasi selama lima tahun berturut-turut, Kelas Inspirasi Yogyakarta (KIY) tahun ini hadir kembali dengan tema baru “KIY dalam Potret Sejuta Pesona”.

Melalui Hari Inspirasi yang diselenggarakan secara serentak pada Jumat, 23 Maret 2018, ratusan relawan pengajar mengenalkan berbagai profesi kepada ribuan siswa di 22 sekolah dasar di lima kabupaten di DIY.

Menurut Edy Santosa selaku ketua panitia, latar belakang pemilihan tema adalah adanya fenomena yang ditemui oleh surveyor di salah satu sekolah dasar di Gunungkidul. Ia mengatakan sekolah dasar tersebut berdekatan dengan tempat pariwisata. “Ada perubahan orientasi siswa yang seharusnya belajar di sekolah menjadi bagaimana mendapatkan uang di tempat pariwisata,” ungkapnya saat ditemui pada Hari Selebrasi di Museum Benteng Vredeburg, Sabtu (24/03).

Edy juga mengatakan KIY tahun ini melibatkan relawan penyelenggara sebanyak 83 orang, relawan pengajar sebanyak 230 orang, dan relawan dokumentator sebanyak 90 orang. “Relawan pengajar datang dari berbagai profesi, seperti dokter gigi, wartawan, pemadam kebakaran, pelukis, pengusaha kuliner, hingga penari,” tuturnya.

Chareta Lasya Murti, presenter Televisi Indosiar, mempraktekkan cara memegang kamera bersama siswa, Jumat (23/03).

Menurut Chareta Lasya Murti, relawan pengajar di SD N Bunder III, dirinya mengaku senang bisa mengenalkan profesi presenter Televisi Indosiar kepada siswa. “Saya mengajari bagaimana cara memegang kamera dan mewawancarai narasumber, sangat senang karena punya pengalaman baru, ternyata menjadi guru itu tidak mudah,” ungkapnya.

Chareta, yang akrab disapa Echa, juga mengatakan beberapa siswa masih malu dan tidak percaya diri ketika berinteraksi dengan orang baru. “Siswa kelas 5 masih malu-malu, justru sebaliknya siswa kelas 3 sangat aktif, bahkan ada salah satu siswa yang terinspirasi ingin menjadi wartawan,” tuturnya.

Selain itu, Echa juga mengungkapkan bahwa perlu adanya pembuatan majalah dinding di SD N Bunder III agar siswa bisa aktif menulis dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi. “Harapannya dengan adanya mading, siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka ketika berinteraksi dengan orang lain,” jelasnya.

Ferdiansyah Soenaryo menjelaskan cara menggunakan stetoskop kepada siswa, Jumat (23/03).

Ferdiansyah Soenaryo, relawan pengajar di SD N Bunder III, juga mengaku sangat senang bisa ikut terlibat dalam misi perbaikan pendidikan di Indonesia. “Yang pasti sangat senang bisa berbagi dengan siswa SD N Bunder III, hal ini membuat saya ingin terlibat lebih jauh lagi dalam kegiatan-kegiatan Kelas Inspirasi,” ungkapnya.

Suprapto, Kepala SD N Bunder III, turut memberikan apresiasinya terhadap adanya komunitas pendidikan seperti Kelas Inspirasi. Ia mengatakan pada 2014 SD N Bunder III juga menjadi salah satu sekolah yang masuk dalam zonasi KIY. “Harapan saya ke depan, SD N Bunder III setiap tahun bisa menjadi zonasi KIY, tentunya agar tidak putus silaturahmi dengan pihak Kelas Inspirasi,” ungkapnya.

Kelas Inspirasi (KI) adalah sebuah gerakan di bidang pendidikan yang berada di bawah naungan Indonesia Mengajar, yang digagas pertama kali oleh Anies Baswedan. Gerakan ini mewadahi para profesional untuk turun ke sekolah dasar selama satu hari. Para profesional tersebut diharapkan dapat menginspirasi siswa dengan berbagi pengalaman seputar profesi mereka.

“Tujuan KI sebenarnya ada dua, yaitu menjadi wahana bagi sekolah dan siswa untuk belajar dari profesional serta agar profesional dapat mengetahui bagaimana kondisi pendidikan kita saat ini,” ungkap Edy.

KI pertama kali diadakan pada 2012 di 25 sekolah dasar di Jakarta. Saat ini Kelas Inspirasi telah tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, terutama Yogyakarta.

Di Yogyakarta, KI didirikan pada 2013 di mana saat itu hanya 10 sekolah yang menjadi target zonasi pertama kali. Sepuluh sekolah tersebut tersebar di tiga kabupaten, yaitu Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. “Mulai tahun 2014, KIY sudah memperluas zonasi hingga Kulon Progo dan Gunungkidul,” pungkas Edy.