Komunitas bagi Difabel Netra

Layar Bisik pada Minggu(20/03), salah satu kegiatan Braille’iant berkerja sama dengan MovieBox sebagai alternatif hiburan berupa film bagi difabel netra.
Layar Bisik pada Minggu(20/03), salah satu kegiatan Braille’iant berkerja sama dengan MovieBox sebagai alternatif hiburan berupa film bagi difabel netra.

oleh Inas Salma

Braille’iant adalah komunitas yang memfasilitasi difabel netra melalui berbagai kegiatan seperti kursus bahasa Inggris, pendampingan Ujian Nasional, dan pengadaan buku audio. Selain kegiatan belajar, mereka juga mengadakan acara hiburan dan sosialisasi agar warga Yogya tahu lebih banyak tentang difabel netra.

Komunitas ini pada awalnya merupakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan pada 2010, kemudian berkembang menjadi komunitas peduli difabel tunanetra yang digerakkan oleh Veronica Christamia Juniarmi, Putri Hayu Austina, dan Yuhda Wahyu Pradana. Anggota tetap Braille’ant saat ini mencapai lebih dari 100 orang, yang terdiri dari relawan dan tuna netra. Anggota Braille’inat biasa berkumpul di Rumah Braille’iant yang terletak di Gedongkiwo, Mantrijeron.

Kegiatan awal komunitas ini adalah kursus Bahasa Inggris bagi tuna netra di Badan Sosial Mardiwuto. Braille’iant kemudian juga mengadakan kursus di Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) setiap satu minggu sekali pada Selasa pukul 18:00-19:00 yang diperuntukkan bagi siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa tuna netra.

Pendampingan kursus Bahasa Inggris oleh relawan di Yaketunis, Jl. Parangtritis No.46, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Pendampingan kursus Bahasa Inggris oleh relawan di Yaketunis, Jl. Parangtritis No.46, Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

Salah satu kegiatan paling menarik dari komunitas ini adalah Layar Bisik. Kegiatan ini diadakan setiap bulan bekerja sama dengan MovieBox. Satu relawan akan mendampingi satu difabel netra dan membisikkan deskripsi adegan film yang ditonton. Selain itu ada Audio Book Massal, yaitu merekam isi buku sehingga menjadi rekaman suara yang dapat didengarkan oleh difabel netra. Kegiatan yang akan menjadi agenda baru Braille’iant adalah Kelas Inspirasi dengan mendatangkan difabel netra yang telah sukses untuk menjadi pembicara dan memotivasi para penyandang difabel netra lainnya.

Fasilitas untuk difabel netra di Yogyakarta selama ini sudah cukup memadai hanya saja banyak masyarakat yang belum paham bahwa fasilitas tersebut diperuntukkan bagi difabel netra misalnya guiding block di jalan.

“Selama ini belum ada upaya yang ditempuh Braille’iant ke Pemerintah Kota Yogyakarta, kami masih berusaha untuk memperkenalkan difabel netra mulai dari warga,” ujar Ajiwan saat ditemui di Rumah Braille’iant.

Sosialisasi yang selama ini sudah dilakukan antara lain melalui media twitter @BrailleJogja juga website www.braille-jogja.org. Beberapa kali Braille’iant diundang ke media seperti Radio Geronimo, ADITV dan JogjaTV. “Sosialisasi di media seperti radio dan televisi kami rasa sangat bagus karena akan ada lebih banyak audiens sehingga masyarakat tahu tentang difabel netra,” tambah Ajiwan.

Braille’iant berharap dapat memperluas cakupan sosialisasi mereka agar lebih banyak masyarakat yang paham akan difabel terutama tuna netra. Program yang sedang diusahakan saat ini adalah Difabel Netra Goes to Car Free Day dan Difabel Netra Goes to Kampung, yang diharapkan dapat memperkenalkan difabel netra kepada masyarakat luas. (Inas Salma)