Komunitas Ngopinyastro, Dekatkan Sastra ke Warga

Musikalisasi puisi oleh Riska Kahiyang dan Rhy Husaini di Malam Ngopinyastro (LIV), sebuah kegiatan rutin yang diadakan tiap akhir bulan di Warkop Bjong (30/08).

Oleh: Agnes Retno Larasati

Berdiri pada 2011, Ngopinyastro adalah komunitas yang bertujuan mendekatkan sastra ke warga melalui kegiatan Malam Ngopinyastro dan Diskusi Nyastro Hore.

Kegiatan utama dan rutin dari Ngopinyastro adalah Malam Ngopinyastro. Malam Ngopinyastro adalah taman terbuka diskusi dan eksekusi sastra lintas komunitas, bahkan terbuka juga bagi mereka yang tidak memiliki komunitas. Malam Ngopinyastro diadakan setiap akhir bulan di Warkop Bjong di Jl. Wahid Hasyim, Nologaten, Sleman.

“Hadirnya Ngopinyastro pas sekali. Acaranya asyik, siapa pun bisa datang dan baca puisi. Selain itu kegiatan Diskusi Nyastro Hore (Dikunyah) juga seru, dapat belajar sastra gratis,” ujar Anneth, pengunjung Malam Ngopinyastro (LIV) di Warkop Bjong Kamis (30/8).

Menurut Riska Kahiyang, Presiden Direktur Komunitas Malam Ngopinyastro, sastra sering dianggap jauh dari warga, “sakral”, sehingga dinikmati oleh sedikit orang saja. “Melalui Ngopinyastro, kami berusaha mengembalikan sastra ke warga. Siapa pun dapat ikut baca puisi, musikalisasi puisi, melalui malam Ngopinyastro yang open mic,” kata Riska Kahiyang.

“Di sini siapa saja boleh, baca SMS, baca status, yang penting baca,” ujar Galih Fajar, anggota komunitas Ngopinyastro.

Anggota Ngopinyastro kebanyakan berstatus mahasiwa dari berbagai universitas yang ada di Yogyakarta. Sebenarnya, siapa pun dapat menjadi anggota komunitas Ngopinyastro asal memiliki ketertarikan di bidang sastra, khususnya puisi.

Kegiatan Diskusi Nyastro Hore (Dikunyah) adalah kegiatan diskusi buku. Dikunyah mempunyai konsep diskusi lingkaran sama-rata-sama-rasa dan asah-asih-asuh dengan memberi ruang kepada pembicara pemateri, moderator, dan pemilik karya. Acara tersebut diadakan pada Rabu (25/7) di Basecamp Ngopinyastro dengan mengundang sastrawan, Drajat Teguh Jatmiko untuk diskusi buku Perempuan yang Dicabut Vaginanya di Meja Makan dan Pesta Kebaya yang Tidak Terjadi karya Rhy Husaini.

Pada mulanya sekitar pertengahan Mei 2011, M Akid Anulhaq (pengopi Lelet, Mahaswia Prodi Ilmu Filsafat UGM), Tabu Pagisyahbana (penyair kala itu masih merupakan pegawai Warkop Bjong), dan Ronny Matuda (pemilik Warkop Bjong) bertemu semeja untuk membahas ruang apresiasi musik dan sastra ala warung kopi. Rencananya, ruang apresiasi tersebut akan diadakan setiap dua minggu sekali pada pukul 20.00 hingga 23.00 WIB di Warkop Bjong.

Instagram dijadikan Ngopinyastro sarana  untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan yang akan digelar tiap bulannya.

Tidak jarang Ngopinyastro mengisi acara-acara dengan pembacaan puisi, yang juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan Ngopinyastro kepada khalayak. Mulai dari panggung Sastra FKY ke-30, acara Apresiasi Seni Internal & Apresiasi Seni Ekstrenal XIX Sekar Ing Slira, sampai acara amal untuk korban bencana Lombok

Saat ini Ngopinyastro menjelma menjadi sebuah komunitas sastra dengan struktur yang jelas. Ada ketua, sekertaris, bendahara, kepustakaan, departemen usaha, publikasi dan dokumentasi, departemen pertunjukan, dan departemen akedemik.

Harapan besar Ngopinyastro, sastra menjadi semakin banyak penikmat dan penggiatnya. Sastra tidak harus berada di atas menara gading, mimbar sastra, akan tetapi dapat dinikmati di warung kopi oleh siapa pun tanpa memandang latar belakang.