Memorabilia sang Maestro Lukis di Museum Taman Tino Sidin

Tampak Ruang Depan Museum Taman Tino Sidin (26/05/2021)

Oleh: Salsabilla Amiyard Siwi

Mempertahankan wajah asli rumah almarhum Tino Sidin, museum yang didirikan pada 2014 ini menyimpan memorabilia sang mastero, mulai dari karya lukis, koleksi baretnya yang khas, hingga arsip-arsip pribadi miliknya.

Berlokasi di di Jalan Tino Sidin 297, Kadipiro, Ngestiharjo, Bantul, Museum Taman Tino Sidin dibangun oleh keluarga almarhum sebagai pengingat akan kehidupan dan pencapaian seni pelukis terkemuka di Indonesia pada era 1980-an.

Titik Sidin, Kepala Museum Taman Tino Sidin yang juga putri kandung Tino Sidin, menceritakan sosok ayahnya. Menurut Titik, sosok ayahnya yang khas dengan topi pet, kumis, serta kacamata ini seringkali wira-wiri di stasiun televisi milik pemerintah dalam program “Gemar Menggambar”. Kehadirannya sebagai guru gambar kala itu senantiasa dinanti oleh para penonton, terutama anak-anak yang ingin belajar menggambar dengan mudah sekaligus menyenangkan.

Museum yang dibuka oleh Prof. Mohammad Nuh (Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI) ini menyimpan berbagai memorabilia Tino Sidin mulai dari koleksi baretnya yang khas, kacamata, cat, sampai dengan kuas yang pernah ia gunakan. Tidak hanya itu, karya lukis, sketsa, buku, arsip pribadi, koleksi foto, kliping media massa, selebaran peristiwa, testimoni kerabat dan murid, sertifikat maupun penghargaan yang pernah diterima Tino Sidin pun turut melengkapi memori yang tersimpan dalam bangunan museum sekaligus rumah ini.

Berbeda dengan museum lainnya yang terkesan kuno, Taman Tino Sidin justru terkesan hangat dan ceria. Tidak dipungkiri, sebagian besar pengunjung museum akan merasakan suasana kehangatan sebuah rumah ketika pertama kali berkunjung ke museum ini.

“Seru ya berkunjung ke Museum Taman Tino Sidin karena suasananya hangat, ya bener-bener seperti rumah bermain karena di sini kami juga diajak menggambar, menonton video tutorial menggambar oleh Pak Tino Sidin yang ditayangkan di televisi, serta bisa melihat hasil karya lukis yang sangat menarik,” kata Denting Azzahra salah satu pengunjung Taman Tino Sidin.

Beberapa koleksi di Museum Taman Tino Sidin (26/05/2021)

Bangunan museum yang tampak seperti hunian ini ternyata memang merupakan sebuah konsep yang dibentuk oleh arsitek Taman Tino Sidin, yaitu Yoshi Fajar Kresno Murti.

“Arsitek Museum Taman Tino Sidin memang mencoba menyinergikan fungsi rumah tinggal, museum, dan ruang publik ya di sini. Sehingga desain museumnya pun memang dibuat dengan konsep yang cair, hangat, multifungsi, dan menginspirasi,” kata Tria Rahma, Edukator Museum Taman Tino Sidin.

Maka tidak heran jika museum ini memang dibangun tanpa mengubah desain asli rumah tinggal Tino Sidin, hanya dengan menambah beberapa ruangan yang dijadikan sebagai sanggar dan perpustakaan. Dengan begitu, maka kenangan, semangat, dan harapannya dapat terus dilestarikan.

Semangat dari museum ini pun masih tampak jelas dari berbagai kegiatan yang diselenggarakannya sampai saat ini. Bahkan pandemi Covid-19 ini pun tidak menghalangi Museum Taman Tino Sidin untuk terus buka dan berkegiatan. Tentu saja berbagai kegiatan ini pun tetap dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan atau dengan penyesuaian lainnya, seperti menggunakan metode daring. Kunjungan ke museum pun tetap dibuka setiap hari Senin sampai Sabtu, mulai pukul 09.00-15.00 WIB.

Kegiatan WKM Ngabuburit di Museum Taman tino Sidin (30/04/2021)

Menurut Salsabillia Amiyard, Duta Museum Taman Tino Sidin, selama pandemi kunjungan tetap ada, meski jumlahnya dibatasi. Mereka fokus memperbanyak konten di media sosial seperti pembuatan story telling dari cerita bergambar karya Tino Sidin dan pameran virtual karya anak-anak kelas Gemar Menggambar. Berbagai konten ini dipublikasikan melalui Instagram, Tiktok, Youtube, serta Website resmi Museum Taman Tino Sidin.

“Kami pernah menyelenggarakan virtual tour via Zoom Meeting, sarasehan seni yang dilakukan secara daring, lomba lukis on the spot, dan WKM Ngabuburit dengan jumlah peserta terbatas dari kelompok seni perupa dan karang taruna,” kata Salsabillia.