Pasar SepaHAM: Jual Beli untuk Berbagi

Oleh: Shaffa Tasyani Renaningtyas

Pasar SepaHAM (23/11/2019) merupakan aksi solidaritas penggalangan dana di Fisipol UGM, di mana pengunjung dapat melakukan interaksi jual beli dengan penjual sembari berbagi cerita dan membangun empati lintas kelompok dan generasi dalam bingkai hak asasi manusia.

Munculnya ide untuk membentuk Pasar SepaHAM dilatarbelakangi oleh keinginan Komunitas Studio Malya, Komunitas Kedai Kebun Forum, dan beberapa perwakilan dari Fisipol UGM  untuk membantu teman-teman penyintas kekerasan HAM di Yogyakarta.

“Dari perkumpulan itu, terbentuklah ide untuk menggalang dana. Kami saling bertukar pikiran, kira-kira kegiatan apa yang bisa menggalang dana, tapi juga meningkatkan kesadaran untuk orang-orang yang awam dengan isu ini, dari sini muncullah ide membentuk Pasar SepaHAM,” ucap Djalu, ­co-project officer kegiatan Pasar SepaHAM.

Djalu juga menambahkan alasan mengapa konsep pasar dipilih untuk ide kegiatan penggalangan dana ini. “Pasar itu tempat orang untuk bertransaksi, namun di sini, selain bertransaksi barang, Pasar SepaHAM juga bisa bertransaksi cerita dan pengalaman. Di sini juga banyak komunitas yang berhubungan dengan HAM, dan orang-orang yang awam dengan HAM juga bisa berbagi cerita sembari membeli barang,” ucap Djalu.

Selain donasi dalam bentuk uang, Pasar SepaHAM juga membuka donasi bagi mereka yang mau mendonasikan barang berupa baju, buku, dan aksesoris. Barang-barang ini kemudian akan dijual di Pasar SepaHAM. Hasil transaksi jual beli di Pasar SepaHAM nantinya akan didonasikan kepada Komunitas Kiprah Perempuan, yang merupakan komunitas penyintas pelanggaran HAM pada perempuan di Yogyakarta.

Komunitas Kiprah Perempuan bernyanyi di atas panggung di Pasar SepaHAM (23/11/2019)

“Yang membedakan (Pasar SepaHAM dengan pasar yang lain) adalah keuntungan jual beli akan kami donasikan. Bersama dengan lapak-lapak di Pasar SepaHAM, mereka bagi hasil kepada kami yang nantinya semua hasil tersebut akan kami donasikan ke Komunitas Kiprah Perempuan,” ucap Djalu.

Kegiatan di Pasar SepaHAM sangat beragam. Ada lapak-lapak penjual makanan, minuman, aksesoris, baju, buku, hingga arena klenik, arena anak-anak, kegiatan karaoke, permainan FIFA, kegiatan workshop, pemutaran film, dan penampilan musik. Tidak lupa juga lapak-lapak komunitas yang turut hadir meramaikan acara Pasar SepaHAM. Komunitas yang hadir di Pasar SepaHAM memanfaatkan momen ini untuk saling berbagi dan bercerita.

“Keunikan utamanya adalah konsep pasarnya, di mana kita bisa berinteraksi layaknya penjual dan pengunjung di pasar, jadi terasa mengalir begitu saja. Dan juga ketika kita membeli, artinya kita juga berdonasi,” ucap Ema, anggota Komunitas Amnesti Internasional yang merupakan salah satu komunitas yang ada di Pasar SepaHAM.

Ema Amelia, anggota Komunitas Amnesti Internasional di Pasar SepaHAM (23/11/2019).

Seorang pengunjung, Nela, mengatakan bahwa konsep “berdonasi” di Pasar SepaHAM adalah daya tarik yang paling tinggi. “Selain berinteraksi dengan orang yang awam mengenai HAM, konsep berdonasi yang paling menurutku daya tarik paling unik. Mengetahui semua orang di sini adalah relawan yang mau bahu-membahu berdonasi, membuat aku juga tertarik untuk berpartisipasi,” ucap Nela.

“Aku harap kegiatan Pasar SepaHAM dapat diselenggarakan lagi tahun depan. Tahun ini memang kali pertama diadakannya Pasar SepaHAM, dan melihat antusiasme orang yang datang, juga relawan lapaknya, aku berharap tahun depan kegiatan ini bisa diselenggarakan lagi,” Ujar Wida, pengunjung lain yang datang di kegiatan Pasar SepaHAM.

Poster publikasi Pasar SepaHAM dalam akun Instagram @pasarsepaham (13/10/2019).