Mengunjungi Semarang Zoo, Rumah si Harimau Kecil Omni

Upaya protokol kesehatan terkait pandemi Covid-19 diterapkan oleh Semarang Zoo sejak re-opening pada 15 Juli 2020 (18/11).

Oleh: Diva Diandra Diastika

Berbeda dengan usaha bisnis dan pariwisata pada umumnya, kebun binatang tetap harus beroperasi selama pandemi demi keberlangsungan hidup satwanya meski tidak menerima pengunjung. Hal ini dialami Semarang Zoo ketika tutup sementara untuk kunjungan wisata selama kurang lebih empat bulan pada Maret-Juli 2020 mengikuti instruksi pemerintah guna menekan laju penyebaran Covid-19.

Semarang Zoo kembali dibuka untuk kunjungan wisata pada 15 Juli 2020 setelah sebelumnya ditutup sejak bulan Maret 2020 karena situasi pandemi Covid-19.

Berkurangnya jumlah pengunjung secara signifikan, terutama ketika tutup sementara selama empat bulan, menyebabkan pemasukan Semarang Zoo dari penjualan tiket berkurang. Choirul Awaludin, Direktur Semarang Zoo yang resmi menjabat sejak 1 Oktober 2020, menyampaikan bahwa Semarang Zoo menyusun strategi dan melakukan berbagai upaya untuk dapat memenuhi biaya operasional.

Salah satu tantangan operasional yang dihadapi Semarang Zoo adalah kebutuhan pakan satwa karnivora. Semarang Zoo saat ini merawat 16 harimau benggala dan 2 singa yang per ekornya membutuhkan pakan hampir 5 kg daging per hari.

“Biasanya, satu bulan itu habis 60 juta untuk daging, sekarang 16 juta untuk tiga bulan. Itu yang kita lakukan sampai hari ini,” ujar Choirul.

Siasat yang dilakukan Semarang Zoo terkait hal tersebut adalah berinisiatif membeli daging babi hutan yang dianggap limbah di Bengkulu sebagai pakan satwa. Tantangan operasional lainnya adalah gaji pegawai. Choirul mengatakan bahwa Semarang Zoo terpaksa harus mengurangi gaji pegawai dengan memberikan pemahaman kepada mereka. Hal ini dianggap lebih baik oleh kedua belah pihak daripada harus memutus hubungan kerja pegawai.

Semarang Zoo hingga saat ini masih dapat mencukupi kebutuhan pakan satwa, termasuk satwa karnivora, dengan beragam upaya efisiensi yang sudah disebutkan sehingga tidak ada pengorbanan satwa herbivora untuk pakan satwa karnivora. Hedwigius Nico Setiawan, salah satu medic veteriner atau dokter hewan di Semarang Zoo, mengatakan bahwa kondisi satwa Semarang Zoo terlihat menurun hanya pada dua minggu awal penutupan sementara.

“Lambat laun, mereka justru lebih nyaman. Ketika pandemi kemarin juga lahir harimau Covi dan Vivid, saat-saat seperti itulah satwa kita me-refresh kondisi dan lebih tenang sehingga berdampak positif pada reproduksinya,” tambah Nico.

Sama halnya dengan satwa, para keeper atau penjaga satwa di Semarang Zoo pun merasa lebih nyaman menjalankan tugasnya di kala pandemi Covid-19 ini karena dapat lebih dekat dengan satwa yang dijaga serta tidak terburu waktu kunjungan. Terkait perawatan kesehatan satwa, pasokan obat dan vitamin satwa di Semarang Zoo masih mencukupi sehingga tidak ada kendala yang berarti.

Ketika tutup sementara untuk kunjungan wisata, Nico menyampaikan bahwa banyak bantuan yang diterima oleh Semarang Zoo. Bantuan tersebut datang dari berbagai sumber, meliputi swasta, perorangan, pemerintah, komunitas, hingga para artis pecinta satwa seperti Alshad Ahmad, Irfan Hakim, Raline Shah, dan Panji Petualang yang membantu kebutuhan pakan hewan karnivora.

Semarang Zoo juga mendapat bantuan dari Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) dan pemerintah, seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Kemenparekraf. Setelah re-opening pada bulan Juli lalu, Choirul mengakui bahwa bantuan yang diterima Semarang Zoo berkurang.

Sebagai badan usaha milik daerah (BUMD) yang mendapat dana dari pemerintah, Semarang Zoo tidak meminta bantuan secara terbuka di ruang publik. Choirul lebih memilih mengedepankan strategi yang inovatif dalam menghadapi krisis pandemi daripada meminta bantuan secara terbuka, salah satunya adalah program “Hewan Asuh”.

Program ini memberikan kesempatan bagi pihak eksternal, baik kelompok, perusahaan, maupun perorangan untuk mendapatkan hak asuh atas satwa pilihannya di Semarang Zoo. Pemilik hak asuh dapat memberikan nama, mengunjungi, dan memantau hewan yang diasuh namun juga bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup satwanya dengan mengirimkan pakan.

Meski begitu, Semarang Zoo tidak menutup diri dan tetap akan menerima bantuan yang masuk dengan memberikan laporan pertanggungjawaban yang jelas kepada pemberi bantuan sebagai bentuk tanggung jawab Semarang Zoo.

Selain menyusun strategi untuk memenuhi kebutuhan operasional, Semarang Zoo juga berupaya menarik perhatian dan minat masyarakat untuk berkunjung ke Semarang Zoo. Upaya yang dilakukan, antara lain mengembangkan program interaksi satwa, bekerja sama dengan komunitas satwa, serta menyuguhkan wahana permainan baru PlaPlay yang menjadi daya tarik bagi pengunjung anak-anak dan remaja.

PlaPlay Zoo dengan 15 wahana permainan indoor, kerja sama antara Semarang Zoo dan PlaPlay (18/11).

Semarang Zoo mengoptimalkan pemanfaatan media sosial dengan melakukan promosi secara rutin di akun Instagram @semarangzoo.official. Choirul menyampaikan bahwa upaya yang dilakukan di kala pandemi ini cukup berhasil dengan pengunjung setiap hari Minggu minimal mencapai 2500 pengunjung.

“Kita coba lakukan sesuatu yang baru dan komunikatif agar masyarakat mau (berkunjung) ke kita. Harapan kita ya dari pengunjung aja,” ujar Choirul.

Semarang Zoo juga tetap memerhatikan keselamatan pegawai dan pengunjung dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah. Para pengunjung wajib mencuci tangan dan dicek suhu tubuhnya sebelum memasuki Semarang Zoo. Baik pengunjung maupun pegawai wajib menggunakan masker di lingkungan Semarang Zoo dan menjaga jarak agar tidak timbul kerumunan.

Saadah (42), salah satu pengunjung yang menyempatkan berwisata di Semarang Zoo pada hari Rabu (18/11) bersama keluarga menyampaikan bahwa wahana permainan PlaPlay merupakan salah satu hal baru yang ia temui setelah terakhir berkunjung satu tahun lalu.

Menurut Saadah, penerapan protokol kesehatan oleh Semarang Zoo sudah cukup baik. Saadah dan keluarga sengaja menghindari hari Minggu untuk berkunjung ke Semarang Zoo agar pengunjung yang hadir dalam satu waktu tidak terlalu ramai. Ia berharap kebersihan dan upaya kesehatan yang dilakukan Semarang Zoo tidak hanya dijalankan pada saat pandemi saja, tetapi tetap berlanjut untuk seterusnya demi kenyamanan pengunjung.

Setelah lahir sepasang anak harimau benggala yang dinamai Covi dan Vivid oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, satwa Semarang Zoo kembali bertambah dengan lahirnya seekor harimau pada 17 Agustus 2020.

Berdasarkan penuturan Nico, anak harimau yang kini hampir berusia empat bulan itu lahir pada saat masyarakat Indonesia sedang ramai membahas Omnibus Law sehingga harimau tersebut diberi nama Omni, diambil dari frasa Omnibus Law.

Omni yang sudah berusia tiga bulan berinteraksi dengan pengunjung Semarang Zoo di luar kandang (18/11).

Purwo, keeper buaya, beruang, orangutan, dan harimau Semarang Zoo yang juga menjaga
Omni bercerita bahwa dalam merawat satwa, seorang keeper harus bersikap tenang dan tidak sedang dalam kondisi yang buruk, baik secara fisik maupun psikis agar satwa juga bersikap tenang, merasa nyaman, dan mudah ditangani.

Oleh sebab itu, para pengunjung yang ingin berinteraksi dengan Omni di luar kandang pada hari Minggu dan hari besar selalu diimbau untuk bersikap tenang dan tidak panik di sekitar satwa. Pada sesi interaksi, pengunjung diperbolehkan mengelus langsung dan berfoto bersama Omni di bawah pengawasan keeper.

Catatan redaksi: Pada masa pandemi, banyak mahasiswa Dikom UGM yang menjadi jurnalis Warga Jogja tidak berada di Yogyakarta. Ini adalah salah satu liputan yang mengangkat cerita dari kota tempat mereka tinggal saat ini, daerah asal mereka.