Meski Banjir Pencapaian, Wisata Code Masih Perlu Partisipasi Warga

Di balik gerbang Wisata Code yang dibangun dengan bantuan BRI Peduli ini, terdapat tangga yang hanya bisa dilewati dengan jalan kaki akibat kemiringannya yang curam (9/3).

Oleh: Andara Rose

Wisata Code merupakan hasil dari upaya warga bertahun-tahun dalam mengembangkan diri menjadi kampung mandiri. Namun, pengelolaan wisata yang kurang terbuka membuat beberapa warga merasa tidak mendapat pengaruh apa pun dari keberadaan wisata tersebut.

Wisata Code yang dibangun dari konsep ekologis dan pemberdayaan kampung telah mendatangkan berbagai bantuan pemerintah maupun swasta. Salah satunya adalah bantuan yang diberikan oleh Bank BRI bertajuk BRI Peduli.

Gerbang penanda Wisata Code yang terletak di sebelah barat jembatan layang Jetisharjo merupakan salah satu hasil bantuan yang diberikan BRI. Bantuan berupa infrastruktur lainnya juga terlihat pada adanya kandang burung yang berada di bawah gerbang. Kandang tersebut akan digunakan sebagai sarang burung endemik Sungai Code.

Selain itu, BRI juga memberikan bantuan bersifat non-infrastruktur. BRI melalui rekannya Baitul Maal Takwil memberikan bantuan berupa modal bagi dua puluh UMKM sekaligus membina usaha tersebut selama dua tahun.

Selain mendapat bantuan, wisata yang sudah berumur empat tahun ini juga telah banyak mendapat penghargaan atas kontribusinya merawat sungai. “Pada tahun 2015, kami mendapat predikat Sungai Perkotaan Terbaik Nasional Ke-3,” ujar Totok Pratopo selaku inisiator Wisata Code. Selain penghargaan, Wisata Code ternyata juga berhasil mendatangkan banyak pengunjung. Menurut Totok, pengunjung wisata ini mencapai 2.400 orang pada 2018.

Mengenai pencapaian ini, beberapa warga Code menyambutnya dengan hangat. Menurut Lugiyanti, salah satu warga yang aktif di kelompok PKK Code, wisata ini memberikan dampak positif kepada kelompok tersebut.

“Kegiatan PKK yang selama ini masih pasif justru menjadi semakin aktif sehingga kami juga tergerak untuk bersama-sama mengembangkan wisata,” ujarnya. Ia menambahkan, dengan banyaknya kegiatan wisata yang mendatangkan tamu, kelompok PKK dapat belajar cara menjamu mereka dengan baik

Selaras dengan Lugiyanti, salah satu mantan Ketua RW 07 Code, Sugiana juga mengatakan hal serupa. “Saya bangga sekali atas pencapaian wisata ini karena dapat mengenalkan kampung kepada orang lain,” katanya. Ia juga menambahkan, inisiatif untuk membangun Wisata Code telah membuat kampung menjadi terawat. Hal ini juga memicu warga lain untuk menjaga lingkungan.

Selain digunakan untuk tempat pompa air (sebelah kiri) , rumah pompa air juga digunakan untuk menyimpan pakan burung endemik. (9/3)

Menurut Totok, kebanggaan yang ditunjukkan semacam itu memang penting. Ia mengatakan bahwa kebanggaan tersebut dapat memperbaiki pandangan orang lain terhadap citra kampung pinggir sungai.

“Dulu, citra kami identik dengan kampung kumuh dan kurang mendapat edukasi, tapi dengan adanya wisata ini justru banyak orang yang berkunjung ke kampung untuk melihat hasil upaya kami,” ujarnya. Akan tetapi, Totok mengaku masih terdapat beberapa warga yang belum merasa bangga atas pencapaian dan kontribusi Wisata Code terhadap kampung.

Salah seorang warga yang pernah menjabat sebagai Ketua RT 31 Code, Agus Sutopo mempertanyakan hal apa yang harus dibanggakan dengan keberadaan wisata tersebut. “Gerbang itu kan cuma penanda, kalau melihat keadaan sungai juga masih belum terlalu bersih, kandang burung pun juga tidak ada burungnya,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Leos Effendi selaku Ketua RT 31 mengatakan bahwa dalam pengelolaannya, warga kampung secara keseluruhan memang belum dilibatkan. Menurutnya, hal ini dilakukan karena alokasi dana hanya dapat digunakan untuk keperluan kegiatan dan penjamuan tamu. “Ketika ada kegiatan, kami sungkan meminta bantuan dari banyak warga karena kami tidak bisa memberikan imbalan atas bantuan mereka,” akunya. Selain itu, skala kegiatan juga masih terbatas. “Kegiatan Wisata Code masih jarang sehingga warga yang berjualan misalnya juga belum bisa mengambil keuntungan dari situ,” ujarnya.

Ketua RW 07 Eko Nugroho mengatakan administrasi dan kegiatan Wisata Code dikelola oleh kelompok yang tergabung di Pelita Code. Kelompok ini mengelola administrasi dan kegiatan wisata secara otonom. “Ini kan agenda mereka yang dirintis melalui insiatif komunitas, di samping saya berperan sebagai penasihat, saya memberi kebebasan sepenuhnya kepada mereka untuk mengatur urusan apapun yang berkaitan dengan wisata,” jelasnya.