Kecerdasan Digital: Mata Kuliah untuk Menanggapi Disrupsi Teknologi

Kuliah perdana kelas Kecerdasan Digital dilaksanakan secara daring melalui kanal Youtube Kecerdasan Digital dan telah disaksikan sebanyak 1,3 ribu kali (14/9). (sumber: Instagram @kecerdasandigital)

oleh: Khairi Muhammad Zuhdi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM bersama Center for Digital Studies UGM dan Forbil Institute mengenalkan mata kuliah Kecerdasan Digital pada Semester Ganjil 2020/2021 yang dapat diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum. Mata kuliah ini berupaya memberikan pemahaman tentang pola pikir dan struktur teknologi digital untuk masa depan.

Mata kuliah ini terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Kecerdasan Digital Dasar dan Kecerdasan Digital Lanjutan.

Berkolaborasi dengan Progate dan Bukalapak, kelas Kecerdasan Digital Dasar merupakan mata kuliah yang mempelajari tren di dunia digital dan inovasi teknologi serta memahami pertimbangan etis yang muncul.

Sedangkan kelas Kecerdasan Digital Lanjutan mempelajari pemahaman logika dan struktur teknologi serta beberapa kecakapan yang dibutuhkan, seperti programming, data science, cyber security, dan cloud computing. Kelas ini bekerjasama dengan beberapa perusahaan teknologi seperti Aino, Dicoding, IBM, Cisco, Oracle, Redhat, dan Huawei.

Kedua kelas ini terbuka untuk mahasiswa UGM, universitas lain, dan masyarakat umum. Untuk dapat mengikuti salah satu kelas tersebut, calon peserta harus mengikuti serangkaian pre-test sesuai dengan kelas yang akan dimasuki.

Mata kuliah Kecerdasan Digital yang diselenggarakan oleh Fisipol UGM ini memiliki jumlah kuota peserta sebanyak 1000 orang (14/9).
(sumber: Youtube Kecerdasan Digital)

Salah satu anggota tim pembuat kurikulum mata kuliah ini, Treviliana Putri (28) dari CfDS, menjabarkan bahwa proses pembelajaran pada mata kuliah ini dilakukan secara sinkron dan asinkron. Pada sesi sinkron dengan metode self-learning, di mana mahasiswa mengikuti modul-modul pembelajaran yang ada di dalam situs web dan juga mengerjakan kuis yang tersedia pada masing-masing modul sebagai metode evaluasinya.

Pada akhir sesi asinkron, akan diadakan sesi sinkron yang mempertemukan mahasiswa dengan pembicara yang berasal dari perusahaan teknologi global maupun lokal.

“Mahasiswa diharapkan dapat memiliki bekal kemampuan berpikir kritis dan problem solving yang lebih baik serta dapat lebih mengetahui bagaimana penggunaan masing-masing teknologi terbaru untuk dapat membantu perkembangan bidang ilmu mereka masing-masing,” kata Trevi.

Menggunakan platform pembelajaran berbentuk situs web, mata kuliah Kecerdasan Digital memiliki empat metode perkuliahan, yaitu Student Mentoring, Insightful Learning Resources, Ask Me Anything Series, dan Independent Study (14/9).
(sumber: www.cerdasdigital.id)

Karim (21), salah satu peserta kelas Kecerdasan Digital Dasar, mengaku bahwa ia tertarik untuk mengikuti kelas ini karena akan mempelajari salah satu isu yang diminatinya, yaitu cyber security.

Mahasiswa Hubungan Internasional UGM ini menambahkan bahwa kelas Kecerdasan Digital menggunakan metode pembelajaran daring baru di mana dirancang agar dapat dikerjakan dengan tempo waktu sendiri sehingga mahasiswa diberikan kebebasan untuk melanjutkan kelas melalui situs web yang ada.

“Saya berharap akan mendapatkan ilmu tambahan yang mungkin akan susah untuk didapatkan dari program studi saya maupun fakultas saya,” kata Karim.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh QS TopUniversities bersama University of the Witwatersrand (2019), di masa yang akan datang calon pekerja membutuhkan kemampuan literasi digital dan pola pikir teknologi agar dapat bersaing dengan yang lain.

Memahami literasi digital akan memberikan peluang dan tawaran kemampuan baru yang dapat dijadikan sebagai keuntungan saat bekerja seperti memahami artificial intelligence (AI), machine learning, Internet of Things (IoT), dan data science.

Oleh karena itu, kehadiran mata kuliah Kecerdasan Digital ini dapat menjadi salah satu sarana bagi mahasiswa dan masyarakat umum untuk belajar dan menyiapkan diri agar bisa bersaing di dunia kerja nanti dengan memahami literasi digital dan pola pikir teknologi digital.