Rumah Belajar Indonesia Bangkit, Mendidik Anak-anak Kali Code

oleh Audina Farrah Fathya

Merasa kurang puas dengan sistem pendidikan di Indonesia, sejumlah anak muda mendirikan Komunitas Rumah Belajar Indonesia Bangkit pada Hari Kebangkitan Nasional 2013. Mengambil lokasi di bantaran sungai yang membelah kota Yogyakarta, Rumah Belajar Indonesia Bangkit mendidik anak-anak sekitar Sungai Code dengan pengembangan bakat sesuai minat mereka.

Berdiri pada 20 Mei 2013 oleh sekelompok teman yang terdiri dari lima orang, RBIB memiliki sistem pembelajaran mandiri, yaitu mengajar melalui cara-cara santai dan menyenangkan sambil bermain. RBIB memilih sistem mengajar seperti ini karena terinspirasi oleh sistem pendidikan Finlandia, yang dinilai sejumlah pihak sebagai sistem pendidikan terbaik di dunia.

Dengan visi “Indah Masa Depanku, Harmonis Keluargaku, Sejahtera Indonesiaku”, RBIB mempunyai misi untuk menyebarkan ilmu kepada generasi penerus bangsa.
Dengan visi “Indah Masa Depanku, Harmonis Keluargaku, Sejahtera Indonesiaku”, RBIB mempunyai misi untuk menyebarkan ilmu kepada generasi penerus bangsa.

Ikrom (21), pengajar di RBIB, menilai hubungan pengajar dan anak didik dalam pendidikan Indonesia saat ini hanya sebatas kurikulum, di mana apabila kurikulum tersebut sudah disampaikan, banyak pengajar tidak lagi mempedulikan apakah materi tersebut tersampaikan atau tidak. Dengan begitu, Ikrom menjadikan RBIB sebagai langkah awal berubahnya sistem pendidikan Indonesia. Tidak hanya pendidikan formal yang diajarkan di sini, RBIB juga mengajarkan sikap dan tata perilaku sesuai dengan norma yang berlaku.

“Manusia cerdas itu terdiri dari tiga aspek; sikap, pengetahuan, dan karakter. Bisa kita lihat pemimpin-pemimpin bangsa sekarang dengan sistem pendidikan Indonesia yang dulu diterimanya. Mungkin memang iya bahwa mereka memiliki sikap dan pengetahuan tetapi tidak dengan karakter yang kuat. Di RBIB kami berusaha memberikan ketiga aspek tersebut secara berimbang dengan sistem pembelajaran yang kami pakai saat ini,” kata Ikrom.

Tari (21), salah satu pengajar RBIB, dan beberapa anak didik RBIB yang sedang belajar sains melalui eksperimen secara outdoor.
Tari (21), salah satu pengajar RBIB, dan beberapa anak didik RBIB yang sedang belajar sains melalui eksperimen secara outdoor.

Mengambil lokasi di bantaran Sungai Code Selatan, RBIB diterima masyarakat sekitar dengan antusias. Lokasi ini dipilih karena mereka menilai lingkungan ini membutuhkan bimbingan lebih untuk menerima pendidikan mengingat sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai pengamen dan pengemis,

“Senang sekali ada RBIB, anak-anak jadi punya waktu tambahan untuk belajar selain di sekolah dan di rumah. Kakak-kakaknya juga baik sama masyarakat sekitar,” kata Yuli (35), warga bantaran Sungai Code Selatan yang juga merupakan orang tua dari anak didik RBIB.

Kegiatan belajar-mengajar RBIB dilakukan setiap Rabu dan Jum’at pukul 16:00-17:30 WIB.
Kegiatan belajar-mengajar RBIB dilakukan setiap Rabu dan Jum’at pukul 16:00-17:30 WIB.

“Senang dan nyaman ikut RBIB. Kakak-kakaknya baik dan belajarnya seru karena sambil main,” kata Vika (6) yang sudah dua tahun menjadi anak didik RBIB.

Jumlah anak didik RBIB saat ini yang terdata sejumlah 40 orang mulai umur Kelompok Bermain hingga Sekolah Menengah Pertama. Namun, tidak semua selalu hadir saat adanya kegiatan RBIB. Kemudian, pengajar RBIB sendiri yang terdata sejumlah 48 orang yang rata-rata merupakan mahasiswa di perguruan tinggi yang tersebar di Yogyakarta. Sama seperti anak didiknya, pengajar RBIB juga mempunyai proses seleksi alam, dimana tidak semua pengajar hadir setiap ada kegiatan rutin RBIB.

Selain karena ide para pencetusnya, RBIB juga tidak akan berjalan sukses tanpa adanya pertolongan dari Ruth (39), warga setempat yang menyediakan rumahnya sebagai tempat kegiatan RBIB. Selain ruang tengahnya yang digunakan sebagai kelas RBIB, satu dari dua kamar yang dimilikinya juga digunakan sebagai gudang dan tempat penyimpanan fasilitas kegiatan belajar-mengajar.

Komunitas ini sering mengadakan acara makan bersama sebagai penutup setiap pertemuan.
Komunitas ini sering mengadakan acara makan bersama sebagai penutup setiap pertemuan.

RBIB juga sering mengadakan hiburan bagi masyarakat sekitar ketika perayaan-perayaan hari tertentu, seperti Hari Kemerdekaan atau Hari Ulang Tahun RBIB sendiri. Kegiatan tersebut bersifat kondisional karena tidak ada sponsor atau donator tetap untuk RBIB, termasuk tanggapan dari pemerintah. Dana operasional RBIB berasal hanya dari kantong para pengajarnya. Untuk ke depannya, RBIB berharap bisa berjalan dengan lancar lagi didukung oleh anak-anak didik dan pengajar yang lebih rajin mengikuti kegiatan RBIB. RBIB juga berencana untuk memberdayakan sumber daya manusia di lingkungan sekitar kegiatan RBIB, seperti mengajarkan para masyarakat sekitar untuk berkerajinan tangan dan mengolah sisa hasil makanan menjadi kompos.