Tantangan Pembelajaran Daring Bahasa Indonesia di Inculs UGM bagi Mahasiswa Asing

Lini masa pendaftaran kelas daring untuk semester ganjil 2020/2021 di Inculs (Sumber: Instagram Inculs UGM)

Oleh: Rizki Dwi Wibawa

Inculs atau Indonesian Language Culture Learning Service terus melakukan berbagai penyesuaian selama pembelajaran daring akibat Covid-19. Berbagai penyesuaian dilakukan mulai dari metode pembelajaran hingga output ujian. Namun, tidak dapat dipungkiri, terdapat beberapa kendala mulai dari antusiasme menurun, kendala teknis hingga perbedaan zona waktu selama pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing melalui metode daring.

Saat ini, Inculs menerapkan metode pembelajaran sinkronus dan asinkronus melalui berbagai platform. “Perkuliahan dilaksanakan menggunakan beberapa aplikasi seperti Zoom Meeting, Google Meeting, E-mail, WhatsApp Messenger, dan eLisa UGM,” tutur Nina, staf administrasi Inculs.

Habib, salah satu staf magang dan pengajar tutorial mengatakan bahwa Inculs tidak membatasi penggunaan aplikasi dan memberikan kebebasan kepada pengajar selama kelas daring. “Beberapa pengajar ada yang menggunakan lebih dari satu aplikasi ketika mengajar daring agar materi dapat tersampaikan dengan baik kepada mahasiswa,” kata Habib.

Marcus, mahasiswa asal Sydney, Australia mengeluhkan metode pembelajaran asinkronus di pekan awal pembelajaran daring. “Pada awal kelas daring sulit sekali karena dosen dan mahasiswa belum siap untuk belajar daring. Ketika kelas daring mulai, kami tidak tahu bagaimana caranya belajar daring. Pada pekan awal kelas daring, materi disampaikan hanya melalui WhatsApp,” ujar Mac, panggil akrab Marcus.

Berbeda dengan Mac, Thuon, mahasiswa S2 UGM asal Kamboja tidak mengalami kendala dalam menerima materi yang disampaikan melalui pembelajaran daring sinkronus dan asinkronus. “Beberapa mata kuliah menggunakan metode sinkronus dan asinkronus seperti kelas tata bahasa menggunakan WhatsApp dan Zoom. Kelas percakapan hampir tiap minggu dilaksanakan melalui Zoom. Sementara kelas menulis dan membaca, materinya disampaikan melalui WhatsApp atau E-mail. Selama mengikuti kelas, saya dapat memahami materi karena pengajar menyampaikannya dengan baik terutama di kelas intensif,” kata Thuon

Selama pembelajaran daring, Inculs telah melakukan berbagai penyesuaian untuk memastikan tidak ada penurunan kualitas materi. Habib menyebutkan penyesuaian yang dilakukan meliputi penyesuaian kurikulum, metode ujian, standar penilaian, dan output kelas.

“Untuk ujian dilaksanakan secara virtual seperti menggunakan Google Classroom. Tipe soal juga berubah dari yang biasanya agak konvensional kini memakai soal tipe take home dan diberi waktu pengerjaan selama satu hari. Sementara penilaian diambil dari ujian take home dan latihan selama kelas,” jelas Habib.

Selain itu, beberapa kelas juga memberikan penugasan dengan output virtual dan ujian dengan telepon. “Di kelas berbicara, pengajar akan membagi kami ke dalam beberapa kelompok untuk menyusun naskah dengan berbagai topik untuk latihan. Pengajar juga memberikan kami tugas presentasi dalam bentuk video dengan berbagai topik. Pengajar akan menilai dari kefasihan dan tata bahasa. Untuk ujian akhir di kelas berbicara dan mendengarkan dilaksanakan melalui telepon,” tambah Thuon.

Habib menambahkan bahwa saat ini Inculs tengah menyusun RPKPS, silabus, dan kurikulum untuk menyesuaikan dengan pembelajaran daring. Untuk saat ini, Inculs masih memakai kurikulum yang sama saat kelas luring dengan menggunakan buku ajar yang diubah dalam bentuk pdf.

Antusiasme menurun

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran daring mengurangi esensi utama dari belajar bahasa Indonesia. Habib menuturkan bahwa banyak instansi yang menunda pengiriman mahasiswa asing untuk belajar di Inculs pada semester ini.

”Antusiasme jelas sangat menurun mulai dari kerja sama instansi maupun jumlah mahasiswa. Banyak instansi yang sebelumnya bekerja sama dengan Inculs memutuskan tidak mengirimkan mahasiswa dan menundanya hingga tahun depan. Esensi belajar bahasa Indonesia secara langsung di Indonesia yang tidak didapatkan selama kelas daring menjadi alasan utama menurunya antusiasme,” tutur Habib.

Selain itu, Nina menambahkan faktor lain seperti batas waktu pendaftaran kelas daring yang terlalu singkat dan restriction movement yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia berpengaruh pada berkurangnya jumlah mahasiswa asing di Inculs.

Jumlah mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia di Inculs pada semester ini mengalami penurunan drastis hingga 90%. Dibandingkan periode Januari –  Juni 2020 dengan 74 mahasiswa asing, jumlah mahasiswa asing pada periode semester ini (Juli –  Desember 2020) hanya berjumlah delapan mahasiswa asing dan dua di antaranya mengikuti program tutorial. Selain itu, seluruh mahasiswa asal Australia membatalkan rencananya untuk belajar di Inculs padahal di periode lalu mahasiswa Australia mendominasi peserta kelas Inculs.

Pelaksanaan kelas daring tentu memiliki tantangannya tersendiri. Thuon yang tinggal di asrama kampus mengeluhkan koneksi internet yang buruk menjadi tantangan utamanya. “Koneksi internet yang buruk menjadi tantangan utama ketika mengikuti kelas daring. Apabila saya disuruh memilih antara kelas daring atau luring, saya tentu memilih kelas luring karena saya punya banyak waktu untuk praktik di kelas,” keluh Thuon.

Perbedaan zona waktu juga menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pelaksanaan kelas daring Inculs. Marcus, mahasiswa asal Sydney, Australia mengatakan bahwa perbedaan zona waktu menjadi masalah ketika mengikuti kelas. Selama ini, perkuliahan daring dilaksanakan mengikuti zona waktu GMT+7 atau WIB sementara peserta kelas tersebar di berbagai penjuru dunia mulai dari Eropa, Asia, hingga Australia.

“Ketika murid kembali ke negara mereka, zona waktunya berbeda dengan Indonesia. Sydney berada di GMT+11 atau empat jam lebih awal dari GMT+7 sehingga susah bagiku untuk mengikuti materi,” ucap Marcus. Meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan selama pembelajaran daring, Inculs terus berkomitmen untuk memperbaiki pembelajaran daring bagi mahasiswa asing sebagai salah satu cara diplomasi budaya Indonesia.

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh INCULS UGM (@inculsugm)