Ujian Nasional SMA Menyisakan Polemik Kebocoran Soal

SMA Negeri 3 Yogyakarta mengadakan tiga sesi ujian pada Ujian Nasional Berbasis Komputer (4-13 April) lalu. Ujian berjalan lancar tanpa ada kendala server maupun gangguan listrik.
SMA Negeri 3 Yogyakarta mengadakan tiga sesi ujian pada Ujian Nasional Berbasis Komputer (4-13 April) lalu. Ujian berjalan lancar tanpa ada kendala server maupun gangguan listrik.

oleh: Dyah Seruni Rizqiana

Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) telah dilaksanakan untuk seluruh SMA secara nasional pada 4-13 April 2016. Pemerintah menilai UNBK pertama ini sukses, tapi sejumlah siswa yakin terjadi kebocoran soal, yakni bocoran soal dari ujian kertas (4-6 April), yang sama dengan soal ujian komputer (4-13 April). Hal ini mendorong siswa untuk lapor ke pihak berwenang.

Sebelum ujian, pemerintah menyatakan bahwa UNBK akan membawa efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Hal ini dibuktikan oleh pengalaman para peserta ujian, seperti Maharani, siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta.

“Menggunakan komputer lebih hemat waktu karena tidak harus mengisi dan menghitamkan data diri. Jawaban pun hanya tinggal klik, tidak perlu ekstra tenaga dan waktu untuk menghitamkan,” kata Maharani,yang ditemui pada Sabtu (14/04).

Sayangnya, janji pemerintah mengenai keamanan soal tidak terbukti 100%. Adanya butir soal yang sama antara sistem ujian menggunakan kertas dengan ujian berbasis komputer menjadi koreksi besar pada pelaksanaan ujian nasional tahun 2016.

Ujian menggunakan kertas berlangsung selama pada 4-6 April, dengan dua mata pelajaran setiap harinya. Sementara itu ujian dengan komputer berlangsung pada 4-13 April, dengan satu mata pelajaran setiap harinya dan dibagi menjadi tiga sesi. Celah waktu ini yang kemudian dimanfaatkan sejumlah siswa untuk menyebarkan foto soal dari peserta ujian kertas kepada peserta ujian komputer.

“Banyak soal CBT yang mirip dengan soal PBT. Dari hari pertama sebaran foto soal tersebut sudah kami dapat,” kata Michael Vegeta, siswa SMA Negeri 8 Yogyakarta, yang ditemui pada Minggu (15/05). Dia juga mengatakan bahwa tidak hanya satu mata pelajaran yang bocor dan memiliki kesamaan soal. Ini terjadi hampir di semua mata pelajaran.

Fakta kebocoran soal melalui pengiriman foto soal ujian berbasis kertas pun dibenarkan Muh. Faiz, siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta. “Soal-soal seperti kimia dan fisika bocor berupa sebaran foto soal PBT yang dikirim ke beberapa grup di media sosial. Ternyata semua foto yang dikirimkan tersebut ada di soal yang menggunakan sistem komputer,” ujarnya.

Edy Heri Suasana, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, tidak ingin berkomentar mengenai kasus kesamaan soal yang dikeluhkan siswa. Menurutnya, keamanan soal sudah dijamin oleh Kemendikbud dan kesamaan soal tidak mungkin terjadi. Edy berdalih bahwa anak-anak di Yogyakarta hanya diprovokasi oleh pihak tidak bertanggungjawab untuk menggunakan soal bocoran.

“Soal mirip itu pasti, sebab dikembangkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang sama. Sehingga orang berasumsi soal tersebut sama. Tetapi untuk sama persis itu tidak mungkin,” kata Edy yang ditemui pada (24/05) di kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

“Apabila memang ada soal yang sama, silahkan laporkan pada polisi agar polisi yang mengusut. Namun apabila laporan tidak terbukti, konsekuensinya adalah pelapor akan ditindak lanjut secara hukum,” tambah Edy.

Terlepas dari komentar tersebut, kebocoran soal ini nyatanya tidak begitu saja disepelekan siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta. Mereka mengambil langkah melaporkan kasus kebocoran ke pihak dinas. Seluruh sebaran foto soal dikumpulkan dan dibawa untuk dilaporkan ke pihak berwenang. Sayangnya, niat baik mereka tidak ditanggapi positif oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Pelaporan tersebut justru terkesan ditolak oleh pihak Dinas.

Berdasarkan keterangan Muh Faiz, siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta, langkah mereka berulang kali ditolak dan tidak ditanggapi serius oleh pihak Dinas. Siswa juga melakukan kontak telepon ke posko pengaduan Ujian Nasional, tetapi tanggapannya tidak memuaskan.

“Sudah mengirim email ke dinas dan Kemendikbud tapi tidak ada hasil memuaskan. Akhirnya kami memberikan foto bukti tersebut ke wakil kepala sekolah yang kemudian diteruskan ke kepala sekolah. Dari kepala sekolah kemudian dikirimkan kepada dinas,” kata Muh Faiz pada (24/05).

Langkah panjang tersebut nyatanya masih tidak mendapatkan respons yang jelas. Namun, Edy Heri Suasana menolak pendapat tersebut. Dirinya mengaku mendapatkan berbagai aduan dan foto bukti soal.

“Sejak hari pertama ujian sudah dilakukan evaluasi dengan kepala sekolah. Evaluasi tersebut mengenai kendala dan permasalahan yang terjadi, termasuk adanya kebocoran tersebut. Barang bukti berupa foto menjadi konsumsi saya untuk kemudian dilaporkan ke kepolisian dan dipindai oleh Kemendikbud,” kata Edy Heri Suasana.

Sebagai tindakan akhir, yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta adalah membuat petisi di change.org supaya pihak Kemendikbud, Menteri Pendidikan, dan Rektorat UGM tidak menggunakan nilai ujian nasional sebagai pertimbangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) sebab terjadi kebocoran soal.

Adanya kebocoran soal tidak serta merta menurunkan peringkat integritas kejujuran kota Yogyakarta. Dilansir dari jogja.tribunnews.com (30/4), Anies Baswedan mengakui Yogyakarta memiliki integritas kejujuran tertinggi di Indonesia. Yogyakarta terbukti bertahun-tahun sebagai kota dengan integritas tertinggi dan diprediksi akan berulang di tahun berikutnya. [Dyah Seruni]