Museum Dirgantara Mandala TNI AU: Menuju Museum Dirgantara Terbesar di Asia Tenggara

Koleksi pesawat Glider Kampret buatan Sekolah Teknik Udara Perwira tahun 1950 (01/09/2019)

Oleh: Maya Ristining Tyas

Berdiri sejak tahun 1969, Museum Dirgantara Mandala TNI AU Yogyakarta tengah bersiap untuk menjadi museum dirgantara terbesar se-Asia Tenggara. Ini adalah target berikut setelah pada 2017 mereka berhasil memecahkan rekor MURI sebagai museum dengan koleksi terbanyak.

Untuk itu, Museum Dirgantara Mandala terus meningkatkan fasilitas mulai dari perluasan lahan untuk permainan edukasi, perampungan museum komunikasi hingga penambahan koleksi.

“Salah satu koleksi pesawat yang akan masuk adalah pesawat N-250 buatan B.J Habibie yang berasal dari PT. Dirgantara Indonesia,” kata Sersan Kepala Paryono, seksi bidang koleksi Museum Dirgantara.

Hingga saat ini, Museum Dirgantara telah memiliki koleksi mencapai 10.000. Koleksi ini terdiri atas pesawat terbang, senjata, patung pahlawan dan petinggi TNI AU, pataka, foto, diorama hingga mesin pesawat.

Pada 2018, Museum Dirgantara telah resmi membuka Museum Engine R. Ahmad Imanullah untuk publik. Museum ini menyimpan koleksi mesin-mesin pesawat. Museum ini berada dalam satu kawasan yang sama dengan Museum Dirgantara.

Selain edukasi seputar aviasi, Museum Dirgantara Mandala hadir dari semangat untuk mewariskan nilai perjuangan dan perkembangan teknologi dirgantara. Hal ini diharapkan dapat memupuk nasionalisme dan menginspirasi generasi penerus bangsa.

Museum Dirgantara juga mengusung unsur hiburan untuk meningkatkan antusiasme pengunjung dalam mempelajari dirgantara. Salah satunya adalah optimalisasi penggunaan game simulator mengendarai pesawat P-51 Mustang. “Untuk saat ini, penggunaan simulator masih terbatas untuk tamu khusus. Kami tengah mengusahakan agar dapat digunakan secara umum,” kata Paryono.

Memasuki ruang utama Museum Dirgantara, pengunjung akan disuguhkan oleh deretan sosok petinggi TNI AU dan napak tilas dirgantara TNI AU. Selanjutnya, pengunjung akan melihat seragam TNI AU secara keseluruhan.

Setelah itu, pengunjung akan dibuat takjub dengan ragam koleksi pesawat di ruang Alutsista. Pesawat-pesawat berjasa seperti P-51 Mustang, AT-16 Harvard dan C-47 Dakota diletakkan di ruang ini. Pengunjung juga dapat merasakan berada di dalam pesawat. Pesawat yang dapat dinaiki di antaranya adalah C-47 Dakota serta helikopter  MI-4 dan UH-34 Sikorsky.

Pengunjung tengah menaiki pesawat C-47 Dakota (01/09/2019)

Selain itu, masih ada fasilitas lain seperti ruang diorama, ruang berfoto menggunakan seragam dirgantara serta ruang penjualan suvenir. Salah satu keunggulan museum ini terletak pada luas wilayah.

“Halaman museum ini luas dan dapat dijadikan tempat ngaso. Saya sekeluarga dapat piknik dan selalu membawa bekal dari rumah kalau ke sini. Bahkan, agenda tiap tahun mainnya ke sini,” kata Nova yang merupakan salah satu pengunjung rutin.

Hal unik lainnya yang dapat dilakukan di museum ini adalah melihat pesawat yang akan mendarat maupun lepas landas. Suara khas pesawat lalu lalang semakin menambah kesyahduan menikmati aviasi.

“Tempat ini seru karena selain bisa melihat pesawat tempur juga dapat melihat pesawat komersial lalu lalang,” kata Fitriana yang baru pertama kali ke museum ini. “Masukan saya untuk museum ini adalah peningkatan publikasi untuk masyarakat,” tambah Fitriana.

Jumlah pengunjung Museum Dirgantara tidak selalu sama. Tren jumlah pengunjung paling ramai adalah memasuki musim liburan anak sekolah. Untuk hari biasa, hari Sabtu dan Minggu menjadi hari ramai pengunjung.

Selain itu, Museum Dirgantara juga menjalin hubungan baik dengan komunitas. Komunitas Djogjakarta 1945 adalah salah satu komunitas yang bermitra dengan Museum Dirgantara secara rutin. Kegiatan yang dilakukan beragam mulai dari penyelenggaraan teater perjuangan, karnaval ataupun pameran hingga bersih-bersih koleksi museum.

“Pada perayaan Hari Bakti TNI AU 29 Juli kemarin, kami kerja sama dengan Komunitas Djogjakarta 1945. Hubungan dengan komunitas sejauh ini sudah baik,” kata Paryono.

Museum Dirgantara menyelenggarakan teater perjuangan bersama Komunitas Djokjakarta 1945. Sumber: instagram.com/museumdirgantara (29/07/2019)