Asia Tri Jogja 2019: Keakraban dalam Gelaran Seni

Asia Tri Jogja 2019 di Omah Petroek, Hargobinangun, Pakem, DIY.

Oleh: Annisa Nurul Hanifah

Bertempat di Omah Petroek, Asia Tri Jogja (ATJ) ke-14 yang digelar pada 24 & 25 September 2019 menyuguhkan 23 pertunjukan yang disajikan oleh seniman lokal dan mancanegara. Sejak digelar pertama kali pada tahun 2006 di Yogyakarta, festival ini telah dihadiri oleh seniman lebih dari 30 negara.

Asia Tri Jogja adalah festival tari dan musik bertaraf internasional yang digagas oleh Yang Hye Jin (Korea Selatan), Soga Masaru (Jepang), serta Bambang Paningron dan Bimo Wiwohatmo (Indonesia). Festival ini lahir dari urgensi atas minimnya ruang ekspresi dan kolaborasi seniman dunia, khususnya di Asia.

Menurut Project Director ATJ Bambang Paningron, Asia Tri Jogja bukanlah semata-mata festival seni pertunjukan. Baginya, festival ini adalah wadah bagi seniman dunia untuk berekspresi dan bersilaturahmi.

“Daya tarik ATJ terletak pada keintiman yang ditawarkan bagi para seniman. Dengan ini, mereka berkesempatan untuk bertukar pengalaman dan berinteraksi dengan sesamanya,” Kata Paningron—demikian ia akrab disapa.

Paningron yang juga merupakan salah satu penggagas Asia Tri Jogja mengatakan, festival ini terbuka bagi seniman lokal maupun mancanegara yang ingin menjadi bagian dari keluarga Asia Tri Jogja. Ia juga menambahkan, bahwa saat ini ATJ tidak hanya menerima seniman dari Asia, melainkan juga telah dihadiri oleh seniman dari beberapa negara seperti Lebanon, Kanada, Samoa, dan Jerman.

Asia Tri Jogja 2019 diikuti oleh seniman dari tujuh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Kamboja, Filipina, Korea Selatan dan Jepang. Salah satu kelompok seniman yang baru pertama kali bergabung dengan ATJ adalah Harama, yang berasal dari Sumba Timur, NTT.

Diki Warandoi, Ervince Tamu Ina, dan Sius Kapeda Marew tengah membawakan tarian Harama (24/9). Tarian ini mengisahkan tentang perjuangan calon pengantin pria untuk mendapatkan sang pengantin wanita

“Kami merasa bangga dapat berpartisipasi dalam Asia Tri Jogja 2019. Melalui festival ini, kami dapat mengenalkan budaya Sumba kepada masyarakat luas. Terlebih, budaya Sumba sudah mulai ditinggalkan oleh para pemuda,” Kata Diki Warandoi, salah satu anggota Harama.

Kesempatan untuk berkenalan dan berinteraksi dengan seniman yang memiliki latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda juga turut menjadi ketertarikan tersendiri bagi Diki dan teman-temannya.

Selain Harama, penampil yang berpartisipasi dalam ATJ 2019 di antaranya adalah Jun Amanto (Jepang), Silver Belle (Kamboja), Densiel (Toraja), dan Silir Pujiwati (Jogja).

Banyaknya variasi sajian yang ditawarkan oleh Festival Asia Tri Jogja mampu menarik animo pengunjung dan warga sekitar. Banyak di antara mereka bahkan menjadikan ATJ sebagai agenda wajib yang tidak boleh dilewatkan setiap tahunnya.

“Sudah beberapa tahun ini selalu datang (ke festival). Saya berharap agar festival ini dapat terus diadakan setiap tahun, serta semakin banyak seniman yang berpartisipasi,” Kata Linda, penduduk asal Sleman.

Informasi mengenai Asia Tri Jogja 2019 dapat diperoleh melalui Instagram @jogjaartfest.
Dokumentasi Asia Tri Jogja 2019 dapat diakses melalui Instagram @jogjaartfest.