Belajar Menggambar “Background” di Mangafest 2018

Arya memperkenalkan konsep pembuatan background alam kepada peserta workshop komik (27/10/18).

Oleh: Sarah Noverianti

Lokakarya komik, yang diampu oleh Arya Dhaniswara, mengajarkan pentingnya mengonsep dan menggambar background dalam komik agar karakter dan cerita menjadi lebih hidup.

Kegiatan lokakarya komik telah diadakan secara rutin di “Mangafest” sejak empat tahun silam. Untuk Mangafest 2018 yang bertema alam dengan tajuk “Earthventure”, lokakarya ini bertajuk “Pengonsepan Background dalam Komik Bertema Alam”.

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya komikus maupun seniman, khususnya yang masih amatir, yang belum memahami secara dalam pengonsepan background dalam membuat komik dan ilustrasi. Banyak orang cenderung lebih menitikberatkan pada penggambaran karakter, tanpa mempertimbangkan background-nya.

“Unsur terpenting dalam proses pembuatan komik adalah background. Tanpa unsur tersebut, pembaca tidak bisa masuk ke dalam ceritanya, karena background dapat mendukung kondisi karakter dan menghidupkan (suasana) cerita di dalamnya,” kata Arya Dhaniswara, selaku pembicara lokakarya komik.

Arya Dhaniswara, yang akrab disapa Arya-sensei, ialah Kepala IkuZo! Japanese & Manga Center” (cabang Jakarta)—tempat belajar kursus Bahasa Jepang dan menggambar komik. Sensei—sebutan ‘guru’ dalam Bahasa Jepang—merupakan sebutan bagi para pengajar di IkuZo!

Pengonsepan background dalam komik juga disesuaikan dengan karakter atau tokoh yang ada. Contohnya adalah menggambar latar belakang yang gelap dengan derasnya hujan pada karakter/tokoh yang depresi atau sedih, dan begitu pula sebaliknya.

Arya menambahkan bahwa tidak menjadi masalah jika background didesain secara kabur—seperti hasil foto dengan efek bokeh—sepanjang dapat menggambarkan suasana.

Menurut Arya, background dapat dibedakan menjadi dua, yakni background alam dan buatan manusia. Background alam memiliki bentuk yang cenderung tidak seragam, sedangkan background buatan manusia memiliki bentuk yang simetris.

Salah satu peserta lokakarya komik mengajukan sebuah pertanyaan kepada Arya mengenai pemberian shading pada background komik (27/10/18).

Peserta lokakarya ini sangat beragam. Arya mengungkapkan bahwa pesertanya tidak melulu orang yang telah menggeluti di bidang komik, terlebih pendaftaran lokakarya ini tidak memiliki syarat tertentu, sehingga banyak peserta yang ikut secara mendadak. “Kegiatan lokakarya kali ini terbilang cukup sukses—melihat antusiasme para peserta yang telah hadir,” kata Arya.

Salah satu peserta lokakarya, Aya, yang masih siswa SMA, mengikuti lokakarya komik yang perdana baginya karena tertarik dengan tema yang diangkat, yakni pengonsepan background.

“Setelah lulus SMA, saya ingin mencoba masuk di bidang manga (komik). Jadi, saya merasa kalau mengikuti lokakarya ini sangat penting, karena saya ingin mencoba menggambar dengan kesan yang ‘hidup’. Gambar yang ‘hidup’ adalah gambar yang ada background-nya, soalnya selama ini saya hanya bisa menggambar karakter (tanpa background),” kata Aya.

Tren komik di Yogyakarta memberikan andil terhadap antusiasme peserta lokakarya komik ini. “Yogya salah satu kota yang paling banyak menjebolkan komikus—dari yang berusia 19  hingga 30-an tahun,” kata Adit, pendamping Arya.

Selain menyelenggarakan acara hiburan, “Mangafest” juga membuat ‘sub-event’ penggalangan dana untuk warga korban bencana di Palu dan Donggala.

“Mangafest” merupakan acara yang bernuansa budaya Jepang (dikenal dengan istilah ‘je-jepang-an’) dengan memfokuskan pada unsur manga (komik). Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa Sastra Jepang UGM sejak tahun 2010.

Berlangsung di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM, “Mangafest” memiliki misi untuk memberikan wadah bagi para komikus lokal, penjual makanan khas Jepang, penjual aksesoris ‘je-jepang-an’, komunitas ‘je-jepang-an’, cosplayer, pecinta ‘je-jepang-an’, dan lain sebagainya, untuk dapat berkumpul menjadi satu—menjadi wadah berkumpul bagi mereka untuk menunjukkan hasil karyanya.

Rangkaian acara “Mangafest 2018” terdiri atas talkshow komik, lokakarya komik, pertunjukkan dance dan cosplay (costume play), dan kompetisi cosplay, dance, komik, karaoke lagu J-Pop, dan makan, serta menghadirkan comic market (comiket), pameran hasil kompetisi komik, peluncuran komik, stand komunitas, makanan, dan aksesoris.

Salah satu rangkaian acara yang terus berlangsung di “Mangafest” adalah lokakarya komik. “Lokakarya komik selalu diselenggarakan, karena kami melihat pasar dan antusiasme peserta dari tahun ke tahun. Apalagi lokakarya ini merupakan sarana yang sangat mendukung untuk belajar mendalami komik, mengingat tren komik di Yogyakarta dan di kalangan pecinta ‘je-jepang-an’ itu cukup besar,” kata Abi Fajar, selaku ketua panitia “Mangafest 2018”.

Tema yang diangkat dalam “Mangafest 2018” adalah “Earthventure”, yang menitikberatkan pada isu alam. Abi menjelaskan bahwa tema ini diambil dari isu-isu yang sedang hangat di Indonesia, serta menyoroti kerusakan dan bencana alam yang terjadi.

“Dengan diselenggarakannya ‘Mangafest’, kami berharap para pengunjung untuk terus berkarya, bisa bersenang-senang, dan peduli terhadap lingkungan alam,” kata Abi.