“Dongeng tentang Kemerdekaan”, Cara Seniman Memaknai Kemerdekaan

Seri karya Wisnuaji Putu yang bertajuk “Berawal dari Obrolan” (7/09/2018)

Oleh: Anisa Nur Aini

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) kembali menyelenggarakan pameran seni rupa yang bertajuk “Dongeng tentang Kemerdekaan”. Pameran pada 18 Agustus-8 September 2018 ini digelar untuk memperingati HUT ke-73 kemerdekaan Indonesia.

Andrik Musfalri, salah seorang perupa pameran, mengatakan tujuan pameran ini untuk menginterpretasi makna kemerdekaan yang berangkat dari hal-hal sederhana. “Pameran ini juga sebagai tempat untuk bertukar pengalaman, jadi kami ingin pameran ini dapat membuka akses keterhubungan yang seluas-luasnya dengan publik,” tuturnya.

Pameran ini menghadirkan tujuh seniman-perupa muda yang merupakan alumni program Seniman Pasca-terampil (SPt) PSBK. Program SPt adalah program yang diperuntukkan bagi para seniman muda yang ingin mengembangkan potensi seni mereka di PSBK. Program ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan dilaksanakan dari Februari hingga November 2017.

Seri karya Prasetya Yudha yang bertajuk “Masalah Kediaman” (7/09/2018)

Prasetya Yudha, perupa pameran, mengungkapkan gagasan yang melatarbelakangi pameran adalah perayaan atas pertemuan kembali antara PSBK dan para alumni SPt. “Selama berproses di PSBK, kami harus patuh pada sistem yang berlaku, jadi tujuan pameran ini juga merupakan wujud ekspresi diri dan kebebasan kami” ungkapnya.

Menanggapi beberapa seri karyanya, Prasetya mengungkapkan ide yang melatarbelakangi lukisannya adalah pengalamannya menghadapi situasi buruk dalam merawat rumah seorang diri. Ia juga menyatakan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut relasi kuasa dalam keluarganya juga disisipkan dalam lukisannya.

“Selama 26 tahun hidup bersama keluarga, saya tidak pernah dilibatkan secara langsung untuk menyentuh berbagai situasi buruk, jadi karya saya ini adalah rasa kaget saya selama hidup setahun berpisah dari keluarga,” ungkapnya.

Seri karya Iqro’ Ahmad Ibrahim yang bertajuk “Kemerdekaan dan Tradisi Jawa” (7/09/2018)

Berbeda dengan Prasetya, Iqro’ Ahmad Ibrahim, perupa pameran, mengungkapkan seri karyanya berangkat dari tradisi dan kebudayaaan Jawa yang sangat kental di lingkungan keluarganya. Dalam lukisannya, Iqro’ menghadirkan warna merah dan putih sebagai simbol dan identitas bangsa. “Merah dan putih adalah simbol kehidupan, keberlangsungan, keberlanjutan, bahkan keabadian,” jelasnya.

Seri karya Helmi Fuadi yang bertajuk “Proses Melupakan” (7/09/2018)

Sedangkan, Helmi Fuadi, perupa pameran, menggambarkan trauma masa kecilnya melalui lima lukisan panel. “Lukisan tersebut sebenarnya bercerita tentang konflik dalam keluarga saya, mungkin berbagi dengan orang lain bisa mengurangi rasa sakit dan kecewa,” ungkapnya.

Seri karya Wisnuaji Putu yang bertajuk “Berawal dari Obrolan” (7/09/2018)

Kemudian, Wisnuaji Putu, perupa pameran, mencoba memperbincangkan relasi masyarakat lewat teko sebagai pembuka ruang dialog. Ia mengatakan teko-ceret masih menjadi simbol kedekatan dan keakraban masyarakat dalam mencari solusi. “Ini berangkat dari hal-hal yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, seperti berkumpul dan ngobrol dengan teman ditemani secangkir teh atau kopi,” ungkapnya.

Menanggapi narasi-narasi yang dibawakan, Prasetya berharap dengan adanya pameran ini masyarakat dapat lebih berani mengekspresikan diri dan kebebasan. “Tidak harus melalui pameran, ruang publik seperti media sosial juga dapat dimanfaatkan,” tandasnya.

Selain itu, Nurul Alamiah, salah satu pengunjung yang hadir, mengatakan pameran ini membuka pandangannya terkait interpretasi makna kemerdekaan. “Kemerdekaan bukan hanya sekadar lepas dari penjajah atau kolonial, makna kemerdekaan sangat luas dan subjektif bagi setiap orang,” tandasnya.