International Heritage Festival: Keris bukan Mistis, Jangan Lupakan Keris.

International Heritage Festival Keris di Jogja Gallery (30/8)

Oleh: Sarah Ayu Azhari

Sebagai upaya melestarikan keris sebagai warisan budaya Indonesia, Dinas Kebudayaan DIY mengadakan Jogja International Heritage Festival Keris (30/8-2/9). Selain memamerkan ratusan keris dari berbagai daerah di nusantara, festival ini juga mendatangkan ahli yang memberikan konsultasi terkait keris.

Berlangsung di tiga lokasi, yaitu Jogja Gallery, Galeri Sasono Ondrowino, dan Museum Sonobudoyo, festival ini juga bertujuan supaya keris tidak dilupakan dan warga tidak melihat keris sebagai benda mistis.

“Fungsi keris dalam perjalanannya bergeser menjadi penanda status sosial bermuatan spiritual, sehingga orang pun menganggap keris menjadi sangat mistis. Itu lah yang menyebabkan keris banyak ditinggalkan oleh masyarakat sekarang,” kata Eko Supriyono (Pengurus Tosan Aji Yogyakarta) saat ditemui di Jogja International Heritage Festival (JIHF).

Eko menilai keris sebenarnya merupakan karya seni yang dinikmati dari segi visual serta sejarah. Orang harus melihat dari estetika dan warisan kebudayaan. Sejak UNESCO mengukuhkan keris sebagai warisan mahakarya dunia, menjadikan keris semakin tinggi nilai takar teknologi dan estetikanya bukan dilihat dari spiritual maupun darimana warisan budaya itu berasal.

Salah satu pengunjung International Heritage Festival Keris tertarik pada keris dari Etnis Madura
Madura (2/9)

Pjs. Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Bambang Wisnu Handoyo, dalam konferensi pers (28/08/19) mengatakan, implementasi nilai-nilai keris yang baik salah satunya seperti yang terkandung dalam filosofi keris, yakni pengendalian diri dalam hal kebaikan, akan memberikan kontribusi yang baik bagi pembentukan karakter.

“Sebagai bagian warisan budaya leluhur yang saat ini mulai berkurang peminatnya, harapannya masyarakat mulai memahami bahwa keris bukanlah hal mistis melainkan budaya seni pahat dengan hasil karya yang memiliki keindahan visual sekaligus makna yang unik pada tiap-tiap bilah,” kata Bintoro, salah satu anggota paguyuban keris yang ikut berpartisipasi dalam Festival Keris.

Keris yang dipamerkan berasal dari berbagai daerah dan etnis antara lain Jawa, Madura, Bali, Sasak-Lombok, Sumbawa, Palembang, Jambi, Minangkabau, Banjar – Kalimantan Selatan, Kutai – Kallimantan Timur, Bugis dan Toraja.

Pengrajin ornamen luar keris di International Heritage Festival Keris (2/9)

Selain pameran keris, diadakan beberapa rangkaian kegiatan di antaranya, Lomba Foto Keris, Lomba Menggambar Keris untuk pelajar SMP-SMA, Travel Heritage ke Empu Pembuat Keris yang menyertakan pelajar-pelajar terpilih, Lomba Stand-Up Comedy dan Guyon Maton, Pameran Keris, Bursa Keris, Seminar Keris, Pertunjukan Dagelan Mataram Lakon seputar Keris, Sarasehan Keris, Workshop Keris serta Konsultasi Keris.

Konsultasi keris dapat ditemui di Jogja Gallery dengan waktu konsultasi yang sudah ditentukan, yaitu pada pukul 15.30 – 21.00 WIB, sedangkan khusus pada hari Minggu pukul 09.00 – 21.00 WIB. Narasumber diisi oleh tim Paguyuban Pametri Wijil Yogyakarta.

Informasi International Heritage Festival Keris bisa diakses di akun instagram @sonobudoyo
Informasi juga bisa diakses di akun instagram milik Dinas Kebudayaan DIY @dinaskebudayaandiy