Jogja Street Sculpture Project, Mengaktualisasi Ruang Kota dengan Seni Patung

Keramaian pengunjung pameran maket yang digelar di Museum Sonobudoyo (14/9)

Oleh: Yuni Afita Sari

Hadir di tengah kota, Jogja Street Sculpture Project memancing publik untuk mengkhayalkan Jogjatopia. Melalui karya imajiner, seniman patung melontarkan permasalahan lingkungan, menggali memori kolektif, dan mengangkat isu-isu terkini di Yogyakarta.

Jogja Street Sculpture Project atau JSSP adalah proyek dari Asosiasi Pematung Indonesia dan Dinas Kebudayaan Yogyakarta untuk memperkenalkan seni patung kepada masyarakat melalui pameran di ruang publik. Jogja Street Sculpture Project 2017 hadir dengan tema Jogjatopia.

”Jogjatopia berasal dari kata Jogja dan Utopia. Utopia adalah mimpi dan khayalan. Jogjatopia berarti Jogja yang menjadi impian dan harapan ideal,” kata Hedi Hariyanto, Ketua JSSP 2017 saat peresmian pameran maket JSSP di Museum Sonobudoyo (14/9).

Tema Jogjatopia kemudian ditafsirkan oleh seniman patung dalam bentuk karya. Ketua Asosiasi Pematung Indonesia, Anusapati, mengatakan, ”Karya-karya ini juga merupakan media bagi para kreatornya untuk menyampaikan gagasan artistik dan pemikiran yang menyentuh kesadaran publik tentang persoalan aktual.”

”Pembelajaran, patung di ruang publik jelas berbeda dengan patung di studio. Ada pesan lingkungan dan sosial yang ingin disampaikan langsung oleh pematung kepada publik. Ada 50 karya, artinya ada 50 pesan,” kata Hedi Hariyanto.

Maket Edi Priyanto berjudul Jamur, kritik untuk hotel yang menjamur di Yogyakarta

Misalnya patung bergerak karya Agung Tato yang berjudul The Breathing Tree. Karya tersebut mengingatkan publik bahwa pohon juga butuh bernafas dan hidup. Atau patung bangunan bertingkat karya Edi Priyanto yang berjudul Jamur. Mengingatkan kembali fenomena hotel yang menjamur.

Hedi menambahkan ”Pesan memang disampaikan secara implisit. Di setiap patung nanti diberi keterangan tertulis, dari situ seniman ingin mengajak publik belajar. Sebelumnya di tahun 2015 kami juga mengadakan lomba foto instagram, feedback dari masyarakat cukup banyak dan menarik.”

Hedi Hariyanto, Ketua JSSP 2017 dan salah satu inisiator JSSP

Tahun ini merupakan penyelenggaraan kedua JSSP, sebelumnya pernah diadakan tahun 2015 di Jalan Margo Utomo. Kali ini, JSSP diselenggarakan di 50 titik kawasan Kotabaru. Kotabaru dipilih karena memiliki konteks sejarah ruang yang unik.

”Kotabaru merupakan desain kota tinggalan Hindia Belanda yang menggunakan konsep garden city. Kotabaru dahulu benar-benar demokratis dengan sentrum lapangan. Lain dengan tradisi jawa yang punya konsep tata ruang hirarkis dengan sentrum kraton. Ini adalah situasi utopia pada masa itu,” jelas Greg Wuryanto, kurator pameran JSSP 2017.

”Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, terdapat kesamaan antara fenomena kotabaru dengan kontradiksi perubahan kebudayaan kita, di satu sisi ingin mempertahankan tradisi, di sisi lain kita dituntut untuk mengikuti perubahan jaman,” ujarnya.

Greg menambahkan, ”Kotabaru selama ini terabaikan, kita ingin merevitalisasi kawasan ruang publik yang baru dan kondusif untuk mengurangi kepadatan ruang mainstream lain, seperti Malioboro.”

Seminar terbuka sekaligus konferensi pers Jogja Street Sculpture Project 2017

Jogja Street Sculpture Project 2017 akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 s.d. Januari 2018. Pada seminar terbuka (14/9) Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs. Umar Priyono, M.Pd menyampaikan, ”JSSP adalah perekat, pengingat, dan pengikat. Perekat antara masyarakat dan pemerintah, pengingat bahwa ada hal yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial Jogja, dan pengikat ikatan batin antar pematung.”

Di akhir seminar, Anusapati mengatakan, pameran patung dibutuhkan karena pemahaman warga tentang patung masih minim, sambil mencontohkan polemik keberadaan patung di Tuban yang terjadi pada Agustus 2017. “Sebagian warga masyarakat masih sulit menerima kehadiran patung di ruang publik,” kata Anusapati.

Karya Harry Susanto berjudul No Money No Live Match ini memamerkan memori kolektif di Lapangan Kridosono
Karya Sosial Media Series oleh Ambar Pranasmara ini kira-kira mengandung pesan apa ya?
Media sosial resmi JSSP instagram.com/jogjastreetsculpture