Makna Kain Batik dalam Pernikahan Adat Yogyakarta

Siraman adalah rangkaian awal upacara pernikahan adat Jawa gaya Yogyakarta. Sumber: http://bit.ly/2kifekV

Oleh: Amalia Miftachul Chasanah

Kain batik memiliki makna masing-masing untuk setiap motifnya. Penggunaan motif kain batik disesuaikan dengan acara. Misalnya dalam pernikahan, Yogyakarta memiliki serangkaian upacara adat pernikahan. Mulai dari siraman, midodareni, akad nikah, sampai dengan resepsi (pahargyan).

Dalam tiap fase tersebut, motif kain batik yang digunakan juga berbeda-beda. Berikut ini adalah ulasan mengenai makna dari tiap motif kain batik yang digunakan dalam rangkaian pernikahan adat Jawa gaya Yogyakarta.

1. Siraman

Siraman adalah prosesi yang dilakukan untuk memandikan calon pengantin yang disertai niat untuk membersihkan lahir dan batin.

Mempelai laki-laki dan perempuan menggunakan jarik dengan motif batik  grompol. Grompol berasal dari bahasa jawa yakni dompol yang artinya bergerombol. Harapannya, pengguna motif ini diberikan rejeki yang datangnya bergerombol atau banyak.

 

Corak warna grompol gaya Yogyakarta yakni perpaduan putih dan coklat kehitaman. Sumber: http://bit.ly/2oI1vbP

Dalam prosesi ini, orangtua mempelai menggunakan motif batik nitik cakar. Dinamakan nitik cakar karena, motif ini dibentuk dari titik-titik yang sekilas terlihat seperti kaki ayam. Orang Jawa menyebutnya cakar.

Sesuai dengan fungsinya, cakar yang dimiliki ayam digunakan untuk mencari makanan. Motif tersebut menjadi pengharapan orangtua agar anak mereka dimudahkan dalam mencari rejeki dan mandiri.

Motif nitik cakar tersusun atas titik-titik yang membentuk bidang geometris. Sumber: http://bit.ly/2BxhDQ9

2. Midodareni

Prosesi midodareni dilaksanakan pada malam sebelum akad nikah. Pada malam inilah,  dipercayai sebagai waktu turunnya bidadari untuk mendampingi mempelai perempuan.

Orangtua dan mempelai perempuan menggunakan kain batik dengan motif truntum. Dalam Bahasa Jawa, truntum dimaknai sebagai tumaruntum yang artinya siap dituntun.

Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, selir dari Paku Buwana III. Suatu hari, Ratu Beruk merasa dirinya tidak lagi dicintai oleh Raja. Dalam kesedihannya, Ia melihat guguran bunga tanjung di halaman rumahnya. Kemudian, Ia menggambarkan guguran bunga tanjung itu di atas kain.

Ketekunan Ratu Beruk dalam membatik motif ini telah mengambil kembali perhatian dan cinta kasih Paku Buwana III. Oleh karena itu, motif ini disebut truntum, yang artinya tumbuh kembali.

Truntum bisa dikombinasi dengan beberapa ornamen, seperti gurda (garuda) dan burung. Sumber: http://bit.ly/2kNayDg

Mempelai laki-laki menggunakan kain batik dengan motif wahyu tumurun. Motif ini dimaknai sebagai pengharapan datangnya wahyu dari Tuhan.

Motif wahyu tumurun gaya Jogja memiliki cir khas dominan warna putih. Sumber : http://bit.ly/2kKb7O4

3. Akad Nikah

Dalam prosesi akad nikah, kain jarik yang digunakan bermotif sidomukti, sidoluhur atau sidoasih. Sido memiliki arti menjadi, mukti artinya kemakmuran, luhur artinya mulia, dan asih artinya dicintai.

Pengantin dapat memilih salah satu motif tersebut untuk digunakan. Akan tetapi yang paling sering dipilih adalah sido mukti. Diharapkan dengan penggunaan motif ini, pengantin mencapai kemakmuran dalam membangun keluarganya.

Motif sidomukti gaya Jogja berbasis pada motif non geometris, sedangkan untuk solo, berbasis geometris. Sumber : http://bit.ly/2Bz1Pwq

Motif sidomukti, sidoasih, dan sidoluhur gaya Yogyakarta memiliki perbedaan yang jauh dengan Solo. Setelah perjanjian giyanti, yang membagi Mataram menjadi dua, setiap kerajaan membuat identitasnya. Perbedaan ini disepakati oleh Sunan Pakubuwana III dan Sultan Hamengkubawana I. Tiga motif ini dikembangkan di Yogyakarta sebagai motif semen dan non geometris. Sedangkan, Solo mengembangkan dengan motif geometris.

4. Panggih

Dalam prosesi panggih dan resepsi, ada beberapa motif batik yang bisa dipilih. Pada umumnya yang digunakan adalah motif semen ageng untuk busana kain dodot pada paes ageng.

Motif semen ageng tersusun dari unsur-unsur pohon hayat, meru, garuda, dan tumbuhan. Orangtua dalam prosesi ini menggunakan motif truntum.

Busana pengantin gaya jogja dengan model kanigaran. Sumber : http://bit.ly/2BIDFSw

Motif batik yang digunakan dalam pernikahan adat Jawa gaya Yogyakarta, termasuk motif batik klasik. Di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa sentra industri batik, khususnya batik klasik. Diantaranya, Desa Wukirsari, Kecamantan Pandak dan Desa Trimulyo. Tiga lokasi tersebut ada di Kabupaten Bantul.

Peta lokasi sentra batik di Desa Wijirejo, Pandak, Bantul. Sumber : http://bit.ly/2ByBTAW

 

(Artikel Kurasi oleh: Amalia Miftachul Chasanah)