Melirik Peninggalan Budaya Yogyakarta di Toko Necis

Toko Necis merupakan toko pengrajin topi yang terletak di sudut jalan Ibu Ruswo no. 66, Yogyakarta dan buka dari pukul 09.00-21.00 WIB.

Oleh: Namira Putri

Toko Necis milik Najamuddin sekilas tampak tak berbeda dari toko topi lainnya. Namun, toko ini berusaha merawat kisah sejarah Yogyakarta, lewat pembuatan topi khas Keraton dan topi Polka.

Riwayat Toko Necis telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Sesuai dengan latar belakang tersebut, toko ini memang menjual produk khas Belanda, yakni topi Polka.

Najamuddin, si pemilik yang berasal dari Pulau Bawean, Jawa Timur, mengaku hanya meneruskan usaha turun temurun keluarganya. “Ini awalnya dari kakek saya, diturunkan ke paman. Usaha ini sempat berhenti karena paman meninggal. Tahun 2001, saya dan istri akhirnya memulai lagi atas usul dari para pelanggan,” ujar Najamuddin.

Najamuddin memilih menjadikan topi Polka sebagai produk khasnya karena ingin melakukan hal yang masih jarang dilakukan orang lain. “Topi Polka lain di pasaran Yogyakarta itu sebenarnya ada banyak, tetapi kebanyakan condong ke bentuk topi Australia, sedangkan kami mempertahankan ciri khas Belanda. Topi kami bentuknya seperti topi Bung Karno atau topi yang disimpan di Monumen Yogya Kembali,” katanya. Najamuddin dibantu istrinya, Titi Kurniawati, mengerjakan seluruh pesanan topi Polka secara manual.

Selain topi Polka, Najamuddin juga membuat jenis topi lain misalnya topi-topi Keraton seperti Dhaeng, Manggalayudha, hingga berbagai jenis peci dan topi untuk instansi tertentu. “Pesanan topi dari wilayah Keraton Yogyakarta mulai rutin diterima Toko Necis sejak 2005,” terang Titi Kurniawati, istri Najamuddin.

Salah satu kerabat Keraton Yogyakarta yang sering memesan topi di toko Necis adalah RM Widaru Krefianto Darmawan. “Biasanya saya pesan topi-topi prajurit, Manggalayudha, ataupun pet untuk kelengkapan busana di Keraton,” katanya.