NKSTHI, Populer dengan Bermodal Mengeluh

Aik, sosok di balik popularitas “Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini” (21/9)

Oleh: Fahira Meutia Rahmadini

Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini (NKSTHI) adalah nama akun yang sedang populer di Twitter dan Instagram. Isi semua kontennya menyuarakan sambatan atau keluhan sehari-hari kebanyakan orang. Seiring populartias akun itu, Aik, si pembuat konten, kini telah menerbitkan buku dan berencana untuk membuat konten podcast.

Mengeluh atau sambat (bahasa Jawa) merupakan salah satu bentuk ekspresi saat terjadi sesuatu yang dirasa menyebalkan. Kebiasaan orang mengungkapkan hal itu di media sosial dipotret aik melalui akun “Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini”.

Sejak Desember 2018, ia aktif menyuarakan sambatan melalui akun Instagram dan Twitter. Hingga September 2019, jumlah pengikut @nksthi di Twitter telah mencapai 325.500 sementara di Instagram pengikut @nantikitasambattentanghariini berjumlah 148.000.

Aik awalnya terinspirasi dari popularitas akun @nkcthi atau “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” karya Marchella FP, akun yang berisi kalimat motivasi dan cerita yang mampu menusuk titik lemah perasaan pembacanya.

“Awalnya ingin mengambil ceruk orang-orang yang kurang menikmati bercerita dengan bahasa yang mendayu-dayu. NKSTHI hadir dengan memanfaatkan tren NKCTHI yang sedang naik tetapi secara konten jelas berbeda,” ungkap Aik. Kata “sambat” ia pilih karena dirinya sendiri berasal dari Yogyakarta dan dekat dengan bahasa Jawa.

Tidak hanya sambat melalui media sosial, Aik juga telah menerbitkan buku yang berjudul, Nanti Kita Sambat Tentang Hari Ini. Ia mengakui awalnya tidak terbesit untuk membuat buku, namun saat sedang menjadi trending topic, banyak penerbit buku yang menawarkan kerja sama. Akhirnya lahir buku tersebut pada bulan Maret tahun 2019 saat jumlah pengikutnya di Instagram mencapai 100.000. Buku NKSTHI telah tercetak dua kali sejumlah 4.500 pada cetakan pertama dan 10.000 pada cetakan kedua.

Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini berisi keluhan manusia yang dikemas dalam bentuk tulisan, gambar, warna, serta tata letak yang cukup baik. Meski isinya kurang banyak dan kurang dalam, buku ini cukup menghibur. Malah, bisa bikin pembacanya ikutan sambat,” ungkap Sintia, salah satu pembaca buku NKSTHI.

Dalam mengelola akun dan membuat buku, Aik tidak dibantu oleh siapa pun. Ide dan visualnya ia kerjakan seorang diri. Aik memberi bocoran bahwa NKSTHI akan segera hadir dalam bentuk podcast berdurasi tidak lebih dari lima menit.

Pembuatan podcast, produksi cenderamata, dan festival merupakan strategi Aik untuk mengantisipasi turunnya tren sambat di media sosial. Untuk produksi cenderamata, Aik menunggu saat pengikutnya mencapai titik tertinggi.

Hafidullah, praktisi komunikasi di bidang content creator RWE Agency, beranggapan bahwa Aik sangat jeli dalam membaca audiens dan memanfaatkan popularitasnya. Aik dinilai mampu memahami platform media sosial diimbangi dengan kesempatan yang tepat.

Unggahan pembaca buku NKSTHI (dok: @arintyawidd) (11/4)

Menurut Aik, kebiasaan sambat atau mengeluh di media sosial tidak akan pernah berhenti. Hal ini karena pada dasarnya siklus kehidupan manusia yang naik dan turun. Cara terbaik untuk merayakan kesedihan adalah dengan sambat.

RENE RENE RENEEE SAMBAT MENEEHHH,” ujar Aik dalam setiap unggahannya.