Pelatihan Cipta Lagu, Ketika Curhat dan Kegelisahan Menjadi Karya

Erlin dan Alex dari Nada Bicara dalam Pelatihan Cipta Lagu di FISIPOL UGM (16/9)

Oleh: Isvi Mega Kurnia

Melihat potensi mahasiswa FISIPOL UGM dalam bermusik dan berkarya, Nada Bicara bersama Forum Musik FISIPOL menyelenggarakan Pelatihan Cipta Lagu. Dengan metode tidak biasa, para peserta diajak untuk menuangkan kegelisahan mereka menjadi sebuah karya.

Pelatihan Cipta Lagu adalah salah satu program dari Forum Musik FISIPOL untuk mengeksplorasi minat dan bakat anggota serta mahasiswa/i FISIPOL UGM dalam bermusik. Pelatihan yang diadakan pada Sabtu, 16 September 2017 di Ruang BA 111 FISIPOL UGM ini juga ditujukan sebagai media healing bagi para pesertanya.

Dalam kesempatan tersebut, Nada Bicara selaku fasilitator berhasil membuat para peserta menuangkan isi hati mereka menjadi sebuah karya, yang proses penciptaannya tidak lebih dari 5 jam. Nada Bicara ingin menunjukkan bahwa membuat lagu tidak sesulit yang mereka pikirkan.

Informasi mengenai pelatihan yang dapat diakses melalui akun Instagram Nada Bicara

“Pelatihannya asyik, memberikan perspektif baru. Jadi lebih punya semangat untuk membuat lagu karena telah mendapatkan metodenya,” ujar Jevin (19), salah satu peserta pelatihan.

Komentar lain juga disampaikan oleh Terra (19) selaku penanggung jawab pelatihan. Ia merasa bahwa metode dan cara penyampaian dalam pelatihan tersebut cukup bagus. Hal ini dapat dilihat ketika para peserta menjadi lebih terbuka dalam menceritakan memori-memori buruk di masa lalu dan menuliskannya dalam bentuk prosa hingga menjadi sebuah lagu. Ia juga merasa lebih percaya diri untuk menciptakan lagu.

Peserta pelatihan, Terra (19) dan Faisal (19) sedang memainkan lagu ciptaan mereka

Nada Bicara memang memiliki tujuan agar orang-orang lebih mudah menceritakan pengalaman atau permasalahan pribadi mereka melalui lagu yang mereka ciptakan. Mereka terbiasa membantu proses penciptaan lagu yang didasari oleh pengalaman pribadi orang-orang yang “datang” kepada mereka.

“Kemudian, lagu yang mereka ciptakan dari kegelisahan mereka sendiri bisa menjadi media self-healing, terutama bagi mereka yang belum bisa berdamai dengan diri sendiri atau dengan masa lalu,” ujar Erlin, Manajer Program yang merupakan Vokalis dan Gitaris Nada Bicara ketika ditemui di rumahnya, Kamis (14/9).

Erlin percaya bahwa pendekatan melalui seni–dalam hal ini musik–dapat menyentuh ruang personal dan spiritual manusia dengan lebih cair, egaliter, dan diterima oleh semua kalangan.

Alex ketika sedang menyampaikan materi pelatihan di Ruang BA 111, FISIPOL UGM (16/9)

Diinisiasi oleh Erlina Rakhmawati (Erlin) dan Alexandrie Dolly Paduahon (Alex) pada tahun 2013, sebelumnya Nada Bicara merupakan sebuah band yang bernama Larut Malam. Kemudian, mereka bekerja sama dengan salah satu lembaga yang bergerak di bidang perempuan dan anak, dan membantu teman-teman Ranisakustik untuk kembali bergeliat menjadi media kampanye dan media healing bagi teman-teman yang memiliki masalah.

Dengan tagline “Kami berNADA, kami BICARA keberagaman, kesetaraan, dan keberpihakan pada perempuan dan anak”, Nada Bicara juga dapat dikatakan sebagai aktivis perempuan dan anak. Mereka menyuarakan kesetaraan melalui lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri, dan berkampanye melalui lirik-lirik yang mereka nyanyikan.

Beberapa album dan komik dari Nada Bicara sudah beredar sejak tahun 2013, dan bertemakan keberagaman, kesetaraan gender, relasi sehat, bullying, parenting, pendidikan, pornografi, internet sehat, pemenuhan hak-hak anak, serta pencegahan kekerasan berbasis gender (kekerasan seksual, fisik, psikis, ekonomi, dan sosial).

Telah banyak pelatihan dan kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan Nada Bicara. Salah satu yang paling membekas bagi mereka adalah ketika menjadi salah satu musisi pada acara Musisi Peduli Perempuan dan Anak di Pulau Belitung.

Anak-anak di sana sangat antusias dengan penampilan mereka, hingga naik ke atas panggung ketika mereka sedang tampil. “Itu benar-benar pengalaman yang paling lucu bagi kami,” kata Alex dan Erlin.