Tradisi di SMA 1 Jelcz-Laskowice sebagai Penghangat Musim Dingin

Peserta tari Polonez membentuk empat barisan. Barisan pertama diisi oleh szlachcic.
Salah satunya adalah seorang guru.

oleh: Hutri Cika

Salju bertumpuk menutupi beberapa tempat di jalan utama Jelcz-Laskowice, kota kecil di  bagian Selatan Polandia. Temperatur udara saat itu adalah -4o Celsius, namun ini tidak mematahkan semangat seluruh siswa kelas 3 SMA 1 Jelcz-Laskowice untuk menampilkan Polonez, tari tradisional Polandia di Kota Jelcz, Rabu (1/2) .

Mereka berbaris berpasangan. Barisan pertama diisi oleh szlachcic, yakni orang-orang yang disimbolkan sebagai orang mulia dengan pakaian tradisional Polandia. Barisan berikutnya diikuti oleh seluruh siswa kelas 3 SMA 1 Jelcz-Laskowice. “Pemeran szlachcic adalah beberapa perwakilan siswa dan seorang guru,” kata Agnieszka sebagai salah satu panitia pelaksana Polonez tahun ini.

“Polonez adalah salah satu dari lima tarian bersejarah dari Polandia, dan sangat terkenal di wilayah Eropa,” tutur Kamil Cioma sebagai guru sejarah di sekolah tersebut.

Polonez merupakan perayaan resmi sebagai sambutan seratus hari sebelum pelaksanaan ujian akhir bagi seluruh siswa kelas 3 SMA di Polandia. “Gerakannya sederhana, hanya melangkah seperti biasa dengan hitungan satu, dua, tiga. Setiap hitungan ketiga, penari menekuk lutut kanan, lalu melanjutkan langkah,” jelas Patricia Olszewka sebagai salah satu szlachcic saat itu.

Siswa/siswi SMA 1 Jelcz-Laskowice menunggu pembukaan malam dansa 2017

Bukan hanya  Polonez, SMA di Polandia juga memiliki perayaan musim dingin lain. Dua minggu setelah pelaksanaan  Polonez, siswa kelas akhir SMA 1 Jelcz-Laskowice, sebagaimana tradisi SMA lain di Polandia, merayakan malam dansa atau prom night. Mereka berdansa dengan pasangan yang telah mereka pilih.

Sebelumnya, yakni pada Minggu (15/1), SMA 1 Jelcz-Laskowice juga melaksanakan acara amal. Acara tersebut merupakan acara tahunan Polandia yang dilaksanakan setiap musim dingin, dan diprakarsai oleh Wielka Orkiestra Swiatecznej Pomosi (WOSP), yakni organisasi amal terbesar di Polandia. Dalam acara tersebut, siswa-siswa di seluruh sekolah di Polandia mengumpulkan dana yang akan diamalkan kepada pihak rumah sakit untuk melengkapi keperluan medis. Pengumpulan dana dilakukan dengan menjual makanan, hingga menjual tiket untuk atraksi siswa di atas panggung. Pada perayaan WOSP tahun ini, SMA 1 Jelcz-Laskowice berkolaborasi dengan SMP 1 Jelcz-Laskowice untuk pengumpulan dana.

Beberapa siswa SMA 1 Jelcz-Laskowice dan beberapa siswi SMP 1 Jelcz-Laskowice melakukan pemanasan sebelum menampilkan atraksi tinju di panggung WOSP.

Ketiga acara musim dingin tersebut menunjukkan perbedaan budaya siswa SMA Indonesia dan Polandia dalam melaksanakan acara sekolah. Di Indonesia, acara sekolah yang umum ditemukan merupakan acara-acara yang lebih formal, seperti Hari Guru, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya.

“Kami juga merayakan Hari Pendidikan, tetapi kami lebih menyukai acara yang menuntut kita menunjukkan keakraban untuk menghangatkan musim dingin,” kata Mikolaj Pesarski sebagai salah satu guru SMA 1 Jelcz-Laskowice.

Meskipun sibuk melaksanakan berbagai kegiatan di luar mata pelajaran, siswa-siswa kelas akhir tersebut tetap mengikuti kelas tambahan di sore hari sebagai persiapan untuk mengikuti ujian akhir (matura). “Matura adalah tulang punggung sistem pendidikan di Polandia sejak tahun 1999. Karena itu, penting bagi seluruh siswa untuk lulus matura agar dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,” tutup Kamil.