“Yang berada di Masih”, Persembahan UFO UGM Angkatan XXIV

Karya-karya dalam “Yang Berada di Masih” menghadirkan kisah yang beragam dari segala hal yang menjadi perhatian masing-masing fotografer

Oleh: Erika Dyah

Mengangkat perhatian personal mengenai apa yang pernah dan masih eksis di sekitar kita sebagai karya, Unit Fotografi (UFO) UGM merangkumnya dalam sebuah pameran bertajuk “Yang Berada di Masih”.  Pameran ini diselenggarakan oleh anggota UFO angkatan XXIV sebagai puncak kaderisasi yang telah dilakukan selama satu tahun.

Pameran “Yang Berada di Masih” diselenggarakan pada 31 Oktober hingga 4 November 2017 di Galeri STSRD VISI, Yogyakarta. Pameran ini merupakan pameran angkatan yang diselenggarakan UFO, sebagai akhir orientasi anggota baru UFO sekaligus sebagai gerbang awal bagi para anggota baru untuk berkarya lebih baik lagi bersama UFO UGM.

Mengambil fokus pada apa yang pernah dan masih ada di sekitar manusia merupakan tujuan awal dari penyelenggaraan pameran ini. Seiring perjalanannya, panitia penyelenggara mengerucutkan fokusnya pada perhatian personal yang dirasakan oleh kesadaran masing-masing individu.

“Pameran ini tidak berusaha menyampaikan pesan tertentu, kami ingin menyuguhkan karya visual dari apa yang menjadi perhatian masing-masing kami untuk kemudian mengajak para pengunjung membahasakan visual foto tersebut sesuai interpretasi masing-masing,” kata Arjun S, ketua pameran.

Tujuh belas karya yang dipamerkan telah melewati proses kurasi oleh Prasetyo Yudha, fotografer lepas dan penggiat seni Yogyakarta. Sebagai kurator, Pras mengaku menaruh perhatian dan pendekatan personal pada masing-masing peserta kegiatan. Ia lebih banyak merespon dan melihat kecenderungan dari masing-masing peserta yang terlibat untuk kemudian mengarahkan mereka menemukan keunikan dan perhatian dari dirinya masing-masing.

“Sebagai bagian dari generasi multiatensi sulit sekali pada awalnya memfokuskan perhatian mereka dalam proses berkarya di pameran ini. Tapi hasilnya ternyata menarik, mereka semua aktif dalam proses ini dan di akhir benar-benar terlihat apa yang menjadi perhatian dari masing-masing individu yang beda itu,” kata Pras.

Karya-karya yang dipamerkan menampilkan teknik dan kisah yang beragam. Pandhit Pringgo memamerkan karya berjudul “Konsep ‘Diptych’ dalam Teknologi” dengan visual sebuah mesin ketik dan laptop. Konsep tersebut dipilihnya sebagai teknik menyandingkan dua(diptych) foto, untuk memvisualkan perhatiannya akan teknologi zaman dulu dan zaman sekarang terkait tema yang diusung pameran.

Berbeda dengan Pandhit, Hamdini Ulya memamerkan karya “Sudut Luar Persinggahan”, dengan visual sebuah homestay sebagai persinggahan. Karyanya berangkat dari perhatiannya sebagai mahasiswa Ilmu Pariwisata, yang melihat homestay tidak hanya sebagai tempat singgah, tapi juga pelepas penat manusia dari hiruk pikuk ibukota.

Sesi artist talk menjadi ruang bagi para pemilik karya untuk mengisahkan secara langsung karya-karya yang dipamerkannya.

Selain teknik dan kisah yang beragam, masing-masing karya juga dilengkapi dengan media-media lain seperti booklet, kertas catatan, hingga lagu latar untuk menguatkan kisah dari visual yang tersedia. Terdapat pula sesi artist talk pada 3 November 2017 di mana para fotografer mempresentasikan karyanya pada pengunjung.

“Mengesankan, banyak ide kecil yang seringkali dilupakan ternyata masih hidup dalam keseharian dan bisa diangkat jadi sebuah karya,” komentar Ghifari, pengunjung pameran.