Forum Difabel Sidorejo: Inklusi di Tingkat Desa

Handrail di Balai Desa Sidorejo merupakan hasil nyata kerjasama Pemerintah Desa Sidorejo dengan FDS, untuk membangun akses bagi difabel, orang tua, orang sakit, dan ibu hamil.

Oleh: Zhafira MIP

Kebutuhan warga Sidorejo, Kulonprogo akan fasilitas umum yang ramah difabel mendorong mereka membentuk Forum Difabel Sidorejo (FDS). Lembaga ini tak hanya membangun kepedulian antara warga difabel dan non-difabel, namun juga memberikan berbagai pelatihan bagi warga difabel.

Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo terdiri dari 14 Pedukuhan dengan delapan ribu warga. Di Sidorejo, terdaftar sekitar 360 warga penyandang disabilitas. Sayangnya, kondisi fasilitas publik belum ramah terhadap warga difabel. Mereka pun membentuk Forum Difabel Sidorejo (FDS).

FDS diinisiasi oleh Sardjiyo dan Nugroho, pada akhir 2014. Mereka beranggapan bahwa seharusnya keterbatasan fisik dan mental tidak membuat jarak di antara warga.

Kegiatan FDS adalah membangun komunikasi antara warga difabel dan non-difabel, serta meningkatkan partisipasi warga difabel dalam kegiatan masyarakat dan pembangunan wilayah.

“Pembentukan FDS sebagai langkah awal mengembangkan kelompok difabel di tingkat desa, dengan semangat untuk memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas,” ujar Sardjiyo, Ketua Forum Difabel Sidorejo, yang juga penyandang tuna daksa (17/2). Upaya ini sekaligus untuk merangkul kelompok difabel di desa Sidorejo yang masih membatasi diri dengan lingkungannya.

Aktivitas pemberdayaan warga difabel yang dilakukan FDS di antaranya pelatihan komputer, sosialisasi kesehatan reproduksi, dan peningkatan kapasitas berorganisasi. Fokus kegiatan FDS lainnya adalah pendekatan kepada warga dan pemerintah desa tentang hak-hak kaum difabel. Kegiatan ini dilakukan oleh kader-kader warga setempat yang mengetahui karakter masyarakat dan cara menyikapinya.

“Melalui program pemberdayaan, kami mengupayakan usaha mandiri bagi warga difabel. Kita harus banyak berkomunikasi, memberikan pemahaman sedikit demi sedikit, agar masyarakat dan pemerintah desa itu paham dan peduli. Bila masih ada keluarga yang menutupi kondisi difabel anggota keluarganya, kami undang mereka untuk ikut serta dalam kegiatan,” ujar Sardjiyo.

FDS adalah unsur penting terwujudnya Desa Inklusi Sidorejo, yaitu desa dengan kesetaraan hak dan partisipasi antara kaum difabel dan non-difabel.

Kepala Desa Sidorejo, Sutrisno, mengatakan bahwa Pemerintah Desa Sidorejo mendukung FDS dan menyediakan fasilitas pendukung berupa sarana dan prasarana untuk kegiatan FDS dan hal-hal terkait pendanaan.

“Pemerintah Desa berperan dalam mendorong terlaksananya kegiatan FDS. Dengan adanya FDS, harapannya masyarakat difabel Desa Sidorejo dapat diterima oleh masyarakat, baik dari segi politik maupun kemasyarakatan dan kaum difabel juga semakin mandiri, ikut andil dalam pembangunan masyarakat,” kata Sutrisno, ditemui di kantor desa (17/2).

Nugroho, anggota FDS penyandang tuna daksa, sekaligus Kepala Dukuh Senden, Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo.

Nugroho, salah satu inisiator sekaligus anggota FDS, menyampaikan bahwa warga desa sudah mulai memahami cara berinteraksi kepada masing-masing penyandang disabilitas. “Interaksi yang terjalin antara warga desa difabel dan non-difabel semakin menunjukkan keterbukaan, walaupun awalnya sulit untuk berinteraksi,” katanya (19/2).

Nugroho melihat keterbukaan interaksi saat acara Temu Inklusi tahun 2016 di desa Sidorejo. “Acara Temu Inklusi 2016 adalah bentuk nyata kerjasama dan toleransi antara kelompok difabel dan non-difabel,” ujarnya.

Nugroho menambahkan, tantangan yang dihadapi FDS saat ini utamanya tentang mobilitas anggota. Kondisi geografis Desa Sidorejo yang hampir 60% wilayah pegunungan, kerap menyulitkan anggota difabel untuk ikut serta dalam kegiatan.

“Walaupun ada tantangan yang dihadapi FDS, harapannya FDS akan lebih maju, tidak ada pembatas, keterbauran ini benar-benar tercipta dari seluruh masyarakat desa untuk mengawal pembangunan, perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi kebijakan yang ada di desa,” kata Nugroho.