Jogja Coffee Movement: Ketika Ngopi Bukan Hanya Sekadar Minum Kopi

Lima partisipan yang beruntung akan mendapatkan hadiah berupa ngopi gratis selama 2 minggu di salah satu coffee shop dalam Jogja Coffee Movement dan satu pemenang utama berhak menginap gratis di Grand Ambarukmo Hotel Yogyakarta

Oleh: Khoirunnisa Aulia Suryaningrum

Jogja Coffee Movement merupakan gerakan yang mengajak warga Yogya untuk berkeliling ke dua belas kedai kopi dalam jangka waktu satu bulan, sejak 29 Agustus hingga 30 September 2017. Warga ditantang untuk melengkapi kolom-kolom stempel di buku Jogja Coffee Movement dengan ketentuan setiap cangkir kopi bernilai satu stempel.

Berangkat dari keinginan untuk memajukan industri kopi di Yogya, Asasi Media dan Hayati Specialty Coffee menggandeng pelaku industri kopi untuk mewujudkan Jogja Coffee Movement 2017.

“Melihat industri kopi di Yogya sedang bertumbuh membuat kami ingin berkontribusi dan mengajak pelaku industri kopi untuk meningkatkan pertumbuhan ini dan mengedukasi pasar sehingga terjadi komunikasi dan transaksi yang lebih baik di antara keduanya,” kata Dodo Aldiano, selaku Creative Director Jogja Coffee Movement (12/09).

Jogja Coffee Movement bisa ditemukan di Instagram dengan tagar #JogjaCoffeeMovement
Ketentuan dan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh partisipan Jogja Coffee Movement Competition.

Gerakan ini juga ingin menekankan bahwa kopi bukan hanya sekedar hobi tetapi menjadi bagian penting dari gaya hidup dan mengedukasi masyarakat terkait industri kopi, mulai dari karakteristik hingga proses pembuatan kopi.

Dalam Jogja Coffee Movement, terdapat 12 kedai kopi yang terlibat yaitu Hayati Specialty Coffee, Ruang Seduh, No. 27 Coffee, Nox Coffee Boutique, Maraville Coffee, Lantai Bumi Coffee & Space, Epic Coffee, Tekoff Coffee, Awor Galery & Coffee, Fine Coffee, Kronology Coffee & Bites, dan Bahasa Kopi.

Aldi, seorang barista di No. 27 Coffee, menyampaikan dampak positif yang dirasakan oleh kedai kopi terkait gerakan ini. “Dengan adanya event ini, secara tidak langsung membantu kedai kopi untuk mendapatkan pelanggan baru, menambah relasi, serta mengajak orang-orang yang belum minum kopi untuk minum kopi.”

Antusiasme masyarakat terkait pergerakkan ini cukup tinggi. Hal ini terlihat dari semakin menipisnya stok buku Jogja Coffee Movement di kloter terakhir. Buku Jogja Coffee Movement berisi preview ambience, karakteristik kopi, informasi (alamat, jam buka, social media) setiap kedai kopi.

Sebagai gerakan yang baru pertama kali, publikasi Jogja Coffee Movement didukung oleh adanya influencer, dalam hal ini foodies. Setidaknya ada 8 akun Instagram kuliner yang bekerja sama dengan Jogja Coffee Movement. Keberadaan influencer dinilai cukup membantu dalam menarik minat masyarakat untuk mengikuti Jogja Coffee Movement.

“Memang, efek dari influencer tidak terlihat langsung saat itu, tapi lebih ke setelah influencer datang ke coffee shop. Apalagi, beberapa orang lebih suka pergi dengan lingkarannya, nah biasanya mereka akan lihat dulu influencer jalan kemana, baru diagendakan bersama teman-temannya,” ujar Nino, pemilik akun @bybernadus, salah satu foodies yang terlibat.

Sambutan positif atas pergerakan ini juga disampaikan oleh Bernard Batubara, penulis sekaligus penikmat kopi yang turut berpartisipasi dalam Jogja Coffee Movement. Menurutnya, berkat Jogja Coffee Movement ia menemukan banyak tempat ngopi baru di Yogya dan memahami bahwa kopi itu fluid.

“Hal baru yang aku dapat adalah ternyata kopi begitu fluid, dalam artian kopi selalu membuka diri pada penikmat-penikmat baru. Mungkin ada orang yang tidak ngopi karena kurang suka dengan rasa kopi, tetapi dengan pergerakan ini, ada komunikasi yang terjadi di antara barista dan pemilik bisnis dengan penikmat kopi baru, yang bisa jadi pemantik orang buat suka kopi,” kata Bara (19/09).

Di sisi lain, Bara merasa bahwa ada beberapa kedai kopi yang letaknya cukup jauh sehingga akan lebih baik jika lokasi kedai kopi diregionalkan agar lebih terjangkau oleh partisipan.