Kisah Penjaga Pintu Kereta Api di Sorowajan, Bantul

Didi bekerja selama delapan jam sehari, dengan jadwal lintas kereta yang sangat padat.

Oleh: Muhammad Alzaki Tristi

Muhammad Didi Rifai (20) adalah pemuda Kulonprogo yang  memilih bekerja sebagai petugas penjaga rel kereta api di perlintasan Sorowajan, Bantul. Didi bekerja untuk perusahaan alih daya (outsourcing) yang bermitra dengan PT. KAI Indonesia. Ditemui di lokasi kerja, Didi menceritakan proses bekerja hingga kondisi yang ia alami selama bekerja dalam setahun ini.

Proses Bekerja Didi

Didi bekerja satu shift (delapan jam) dalam sehari, dengan ada tiga shift dalam satu hari, yakni pagi, siang, dan malam. Dalam seminggu, Didi bekerja selama lima hari dalam satu minggu dan memperoleh pendapatan setiap bulan sesuai UMR Yogyakarta.

Tugas utama Didi dan penjaga palang pintu rel adalah melancarkan arus perjalanan kereta api. Aba-aba dimulai dari berbunyinya genta yang menandakan kereta telah berjalan dari stasiun atau sebagai penanda kereta berjalan mendekat. Arah kereta berjalan ditandai dengan bunyi genta, satu kali berbunyi berarti kereta bergerak dari arah timur, jika dua kali berarti dari arah barat.

Tugas Didi setelah genta berbunyi (sebagai tanda bersiap-siap) ialah menunggu telepon dari penjaga palang pintu dari arah lainnya (barat atau timur). Telepon juga menjadi tanda bagi penjaga palang pintu lainnya untuk memastikan penjaga sudah siap untuk menutup palang.

Sembari menunggu kereta yang akan lewat, Didi melakukan pencatatan kereta. Sembari  mencatat sekaligus membagi pandangan mata kearah kereta,  Didi bersiap untuk menekan tombol sirine. Dari arah kejauhan, pandangan Didi menantikan lampu kuning yang menandakan kereta bergerak. Didi menekan tombol merah sebagai penutup palang dan sirine, kemudian memutar tuas untuk menutup palang dari jarak jauh.

Didi berdiri keluar pos penjaga untuk memberi kode selamat jalan kepada masinis kereta yang lewat. Setelah kereta selesai berlalu, Didi membuka gerbang kembali dan memutar tuas dengan arah berlawanan untuk menaikkan palang dari jarak jauh.

Halangan yang dialami ketika bekerja

Yani Sunaryo (24) juga menjadi pekerja palang pintu yang sama dengan Didi, menceritakan bahwa kendala yang dialami selama bekerja ialah pada saat arus perjalanan padat dan saat kondisi cuaca hujan. Macet dikarenakan arus lalu lintas yang padat dengan ruas jalan yang sempit “Bis besar yang memaksa masuk menimbulkan macet,” Kata Yani. Selain itu, hujan menjadi faktor alam yang menimbulkan kendala selama bekerja.

Hujan lebat ditambah angin kencang membatasi jarak pandang penjaga untuk melihat kereta yang akan mendekat. Walaupun demikian, sejauh ini Didi dan Yani mengatakan tidak ada kecelakaan yang berdampak parah ataupun memakan korban. “Saya tidak mau bilang berapa korban yang ada sejauh ini,” kata Didi.

Pendapat warga sekitar terhadap kinerja Didi

Warga sekitar sangat menghargai kinerja Didi dan penjaga palang pintu rel lainnya. Aryanto (51) mengatakan bahwa Didi dan teman-teman lainnya sangat akrab dengan warga sekitar dan warga saling membantu jika mereka dalam kesulitan. “Saya bantu mereka ketika arus perjalanan macet,” kata Ariyanto. Ariyanto kerap menemani mereka ketika malam hari, karena ia paham bahwa bekerja delapan jam nonstop dalam satu hari adalah pekerjaan yang menjenuhkan.

Ariyanto acapkali geram melihat pengguna jalan yang nekat menerobos walaupun sirine berbunyi dan palang telah setengah tertutup. Ariyanto kerap melihat pengendara anak muda yang selalu memaksa menerobos dengan alasan sayang waktu, “Sayang waktu atau sayang nyawa,” kata Ariyanto.

Nohin (22) menambahkan bahwa kinerja Didi dan teman-teman lainnya sangat bagus, ia mengatakan bahwa bekerja seperti itu tidaklah mudah, “Mereka masih muda tapi sudah berani menanggung risiko nyawa banyak orang,” kata Nohin.