Promosi Kuliner Lewat Instagram di Yogyakarta

 

Tidak peduli restoran atau warung pinggir jalan, semua info kuliner Jogja akan di promosikan di akun-akun foodstagram.
Tidak peduli restoran atau warung pinggir jalan, semua info kuliner Jogja akan di promosikan di akun-akun foodstagram.

oleh Ellyta Rahmayandi

Instagram menjadi tren baru untuk mempromosikan wisata kuliner di Yogyakarta. Berbagai akun Instagram sengaja dibuat untuk kegiatan promosi wisata kuliner di Kota Pelajar ini. Foodstagram adalah istilah bagi akun instagram pengunggah foto kuliner populer yang bekembang menjadi bisnis menguntungkan bagi pemiliknya.

Perkembangan wisata kuliner Yogyakarta tidak lepas dari hobi para penggiat akun foodstagram. Kegiatan wisata kuliner yang dipamerkan dalam bentuk foto di akun Instagram masing-masing ternyata membawa pengaruh besar atas perkembangan wisata kuliner di Yogyakarta.

Animo publik yang sangat besar pada akun-akun foodstagram membuat para pemilik restoran dan rumah makan di Yogyakarta menjadikan akun-akun pengunggah foto makanan ini menjadi alat promosi bisnis mereka. Tak ayal jika kegiatan yang awalnya hobi ini kemudian berubah menjadi peluang bisnis.

“Kegiatan jalan-jalan dan foto-foto makanan yang ada di Yogyakarta ini awalnya hobi. Niatnya untuk meningkatkan public awareness supaya orang-orang tahu kalau di Jogja ada resto ini menyediakan makanan ini, tapi lama-lama jadi bisnis juga,” kata Dadad, admin sekaligus pemilik akun @javafoodie di Instagram.

Keuntungan berbisnis iklan promosi kuliner lewat instagram ini tidak bisa diremehkan. Dalam sekali unggah foto, Dadad Sesa (26) selaku pemilik akun foodstagram @Javafoodie mengakui bisa mendapat bayaran hingga jutaan rupiah tergantung jumlah pengikut akun tersebut atau respon yang diberikan dalam kolom komentar. Selain keuntungan material, para pemilik akun foodstagram juga mengakui dalam kegiatan beriklan sedikit-sedikit mereka belajar mengenai bisnis kuliner dan juga fotografi.

“Sebenarnya keuntungan dari menjalani bisnis ini banyak, bukan hanya secara material tapi bisa sekaligus belajar fotografi dan keragaman kuliner. Tapi memang dari awal bukan diniatkan sebagai bisnis, selama saya bisa foto dan jalan-jalan sambil makan, itu sudah menjadi keuntungan yang besar. Keuntungan uang hanya sebagai sampingan, yang paling penting itu keuntungan si pemilik resto supaya semakin ramai,” lanjut Dadad

Hal ini diamini oleh pemilik kedai makanan yang memakai jasa foodstagram ini sebagai media promosinya. Duhita (23), pemilik kedai kue cubit di Jalan Pandega Marta mengakui bahwa bahwa promosi lewat foodstagram lebih terlihat hasilnya dibanding lewat media lain.

“Dengan bayar Rp. 500.000-1juta untuk sekali post, iklan sudah pasti akan dilihat sampai sebulan ke depan dan peningkatan pengunjung juga terlihat lebih signifikan. Dibanding dengan iklan menggunakan baliho, iklan majalah, atau koran, lewat jasa foodstagram lebih terasa worth it,” kata Duhita. Duhita juga mengakui bahwa iklan lewat foodstagram lebih jelas targetnya karena responnya bisa dilihat langsung lewat jumlah pengikut dan ramainya kolom komentar.

“Sistemnya memang tergantung jumlah pengikut dan jumlah komentar yang ada di foto iklan kuliner tersebut. Semakin banyak pengikut, semakin mahal pula harga yang harus dibayarkan untuk jasa iklan. Tapi, yang terpenting tetap hasil akhirnya. Dan selama ini kalau mengiklan lewat foodstagram hasilnya tidak pernah mengecewakan,” pungkasnya.

Ragam kuliner Yogyakarta dalam hashtag #kulinerjogja yang sedang tren di Instagram
Ragam kuliner Yogyakarta dalam hashtag #kulinerjogja yang sedang tren di Instagram

Kemudahan pencarian informasi kuliner lewat instagram menjadi alasan utama kenapa media sosial ini digandrungi. Dengan fitur yang mengunggulkan foto sebagai objeknya, Instagram memiliki daya tarik tersendiri. Dadad juga mengaku bahwa penggiat akun foodstagram berusaha memanfaatkan nilai daya tarik yang dimiliki oleh foto makanan yang mereka unggah.

“Melihat akun-akun foodstagram di timeline itu menyenangkan. Terlebih Yogyakarta yang punya akun foodstagram banyak dan destinasi tempat makan yang tidak kalah banyak. Biasanya saya  dan teman-teman menggunakan foodstagram sebagai referensi untuk coba-coba tempat makan baru. Kalau dari fotonya sudah menggoda, pasti ke sana,” kata Ayushita (22) yang mengaku sebagai pengguna jasa foodstagram sebagai referensi utama untuk mencoba tempat makan baru.

“Enaknya kalau cari info kuliner lewat instagram adalah caption mengenai detail harga makanan pasti tertera lengkap, jadi tidak perlu bertanya-tanya apakah uang di kantong mencukupi atau tidak.” katanya.