Revitalisasi Sumbu Filosofis, Menata Kawasan Malioboro

Kantong Parkir Ngabean dua lantai yang tidak pernah sepi di akhir pekan.
Kantong Parkir Ngabean dua lantai yang tidak pernah sepi di akhir pekan.

 

oleh Ryma Aulia

Untuk melestarikan nilai poros imajiner Yogyakarta, pemerintah menjalankan penataan tiga kawasan utama, yakni Alun-Alun Utara, Malioboro, dan Taman Parkir Abu Bakar Ali. Revitalisasi Alun-Alun menjadi langkah pertama, dengan menghapus fungsinya sebagai lahan parkir kendaraan.

Salah satu keunikan tata ruang Yogyakarta adalah kebreadaan poros sumbu imajiner yang menghubungkan beberapa simbol yang bernilai filosofis. Sumbu imajiner tersebut terbentang dari Utara hingga ke Selatan, yakni Gunung Merapi-Tugu Pal Putih-Kraton Yogyakarta-Panggung Krapyak-Laut Selatan. Nilai filosofis dari Panggung Krapyak ke Utara adalah perjalanan manusia sejak dilahirkan hingga dewasa. Sementara dari Tugu Pal Putih ke Selatan melambangkan perjalanan manusia untuk menghadap Sang Khalik.

Untuk melestarikan Yogyakarta nilai filosofis itu, Pemkot Yogyakarta bersama dengan Pemprov DIY melakukan revitalisasi di beberapa titik sumbu imajiner. Revitalisasi ini, salah satunya, berdasarkan pada hasil Sayembara Malioboro pada 2014 lalu.

Sayembara Malioboro yang diadakan oleh Pemprov DIY melalui Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) bertujuan untuk menampung pemikiran masyarakat atas kreasi konsep penataan Malioboro. Dari 93 peserta, karya peserta berjudul “Teras Budaya” berhasil memenangkan sayembara ini.

Merujuk pada konsep “Teras Budaya”, penataan sumbu imajiner ini dimulai dengan penataan parkir di Alun-Alun Utara. Alun-Alun Utara tidak lagi digunakan sebagai tempat parkir.

 

Kantong Parkir Ngabean dua lantai yang tidak pernah sepi di akhir pekan.
Kantong Parkir Ngabean dua lantai yang tidak pernah sepi di akhir pekan.

“Sekarang Alun-Alun Utara sudah bersih dari parkir, itu salah satunya. Tapi itu masih belum selesai. Programnya sudah dirintis dari tahun 2013.  Permasalahan sosialnya kan banyak di sana, dari PKL hingga tukang parkir.” kata Syarief Teguh, Kepala UPT Malioboro.

Selain Alun-Alun Utara, penataan sumbu filosofi Kota Yogyakarta merambah ke kawasan Parkir Ngabean yang dibangun parkir dua tingkat dan terbuat dari besi baja. Tempat parkir bertingkat ini diperkirakan dapat menampung 36 bus besar di lantai dasar dan kurang lebih 300 kendaraan roda empat di lantai dua.

“Pembuatan tempat parkir bertingkat di Ngabean untuk mengantisipasi pindahan parkir dari Alun-Alun Utara. Besok, lahan parkir di Abu Bakar Ali juga akan dibuat bertingkat.” kata Lukman Hidayat, staf Bidang Perpakiran Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta.

Tahap penatan sumbu filosofi Kota Yogyakarta selanjutnya adalah revitalisasi kawasan Malioboro dan Taman Parkir Abu Bakar Ali. Desainnya dilakukan oleh Dinas PUP-ESDM DIY, dengan mempertimbangan rancangan “Teras Budaya”. Hal yang sama juga disampaikan oleh Lukman terkait dengan permasalahan parkir akibat revitalisasi Alun-Alun Utara yang dilangsungkan beberapa waktu lalu.

Penataan tiga kawasan itu mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

“Bagus, jika penataan ini berpengaruh positif ke depannya. Wisatawan menjadi nyaman, warga sekitar juga nyaman dan tidak dirugikan,” kata Niki Widiastuti, salah satu wisatwan yang berkunjung ke Malioboro.