Belanja Tanpa Plastik di Peony Ecohouse

Indah (21), salah satu karyawan paruh waktu di Peony Ecohouse (26/2) mengaku telah mulai menjalankan gaya hidup minim sampah karena menurutnya mudah dan tidak merusak lingkungan.

Oleh: Safira Aulia Tamam

Toko curah untuk kebutuhan sehari-hari sudah berdiri di Jalan Sitisonyo, Sinduadi, Sleman sejak Juni 2019. Peony Ecohouse menjual kebutuhan harian tanpa kemasan plastik untuk mengurangi penggunaan plastik kemasan sekali pakai dan mendukung gerakan zero-waste (nihil sampah).

Peony Ecohouse menerapkan jual beli dengan sistem curah. Artinya, toko tidak menyediakan plastik untuk mengemas produk-produknya. Para pembeli membawa wadah masing-masing dari rumah. Barang yang akan dibeli pelanggan akan ditimbang terlebih dahulu dan dihitung harganya.

Toko curah ini menyediakan berbagai barang-barang pokok sehari-hari seperti bahan makanan organik, bahan-bahan pembersih tubuh dan pakaian, serta peralatan zero waste seperti sedotan stainless, botol-botol dan toples-toples, sikat gigi bambu, dan cawan menstruasi. Tak hanya itu, Peony Ecohouse juga menjual produk-produk UMKM lokal DIY. Barang-barang organik di Peony Ecohouse sendiri juga banyak yang tidak dijual di toko pada umumnya, misalnya bunga telang, biji labu siap makan, dan sorgum.

Toko curah pertama di Yogyakarta ini didirikan oleh dua orang ibu rumah tangga, Dwi Indriyati dan Ristina Fauzia Hernaningrum. “Awalnya cuma karena kami sama-sama ibu rumah tangga yang kalau belanja di pasar atau supermarket pasti dapat produk-produk dalam kemasan yang gede,” kata Risti soal latar belakang didirikannya Peony Ecohouse.

Target utama penjualan dari Peony Ecohouse sendiri adalah mahasiswa dan masyarakat menengah. “Ada alasan sendiri mengapa mahasiswa (sebagai target pembeli). Mahasiswa itu penggerak perubahan,” kata Uwie, salah satu pendiri Peony Ecohouse.

Toko mereka tidak jarang mendapat protes  dari penyuplai maupun pembeli yang belum paham soal gaya hidup minim sampah. Para penyuplai diharuskan menyediakan stok dalam bentuk grosir. Stok itu lalu ditempatkan ke dalam toples-toples. Sementara itu, banyak pembeli lupa untuk membawa wadah sendiri dalam berbelanja. Meski banyak kendala, Uwie mengatakan bahwa tokonya tetap dapat menghasilkan omzet dalam rentang Rp 25-30 juta per bulan.

Peony Ecohouse menjual berbagai jenis bahan makanan organis seperti granola, biji-bijian, buah kering, madu, dan biji kopi.

Menurut Uwie dan Risti, edukasi soal gaya hidup minim sampah dan ramah lingkungan perlu terus dikenalkan pada masyarakat. Solusi dari persoalan sampah oleh pemerintah DIY juga harus segera didapat, mengingat bahwa Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan sebagai TPST utama di DIY pun hanya bisa bertahan hingga 2022. “Pikirkan saja, kalau Piyungan tutup, sampah-sampah mau dikemanakan,” kata Uwie mengingatkan.