Bisnis Produksi Jersey di Yogyakarta: Bertahan Hadapi Pandemi

Bisnis apparel terus melakukan produksi jersey agar tetap bertahan, khususnya selama pandemi Covid-19 (5/10).

Oleh: M. Fadhil Pramudya P.

Semakin maraknya penyebaran Covid-19 di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, berdampak pada bisnis produksi jersey dan seragam olahraga, atau yang dikenal dengan bisnis apparel. Beragam strategi dilakukan agar bisnis ini tetap bertahan selama pandemi.

Ridho (24), salah satu pelaku usaha bisnis ini juga merasakan dampak pandemi. Pada saat awal kemunculan Covid-19 di Indonesia, jumlah pemesanan jersey di tempatnya, Cyto Apparel, mengalami penurunan.

“Sebelumnya yang memesan jersey ini biasanya adalah tim sepakbola atau futsal, yang tentu ketika tim tersebut bermain mengundang keramaian. Namun, di bulan Februari hingga Mei, hanya satu atau dua pemesan,” katanya.

Terkait rencana yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan, ia mengaku tidak memilikinya.

“Tidak ada strategi khusus yang kami lakukan. Namun, kami tentu berusaha agar bisnis ini bisa diketahui sama orang banyak kalau masih bertahan. Jadi, kami terus melakukan produksi konten untuk media sosial,” kata Ridho. Ridho juga menyebutkan, meskipun adanya pandemi, dia tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya.

Sementara itu, Ade (24), pemilik Spunky Apparel, mengaku akibat pandemi ini, usahanya mengalami kendala terkait kerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepakbola dan Futsal Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Deal-nya di Januari 2020. Maret rencananya perilisan jersey UKM Sepakbola dan Futsal. Kami diminta memproduksi 120 jersey dalam satu bulan. Tapi, karena Covid-19 ini semuanya jadi terhenti dan ditunda terlebih dahulu,” tambahnya.

Ketua UKM Sepakbola dan Futsal UGM, Jadhug (21) menyebutkan, untuk perilisan jersey akan tetap dilaksanakan walaupun sempat tertunda. “Perilisan jersey kami targetkan sebelum pergantian pengurus periode saat ini,” kata Jadhug.

Ade menyebutkan, strategi yang dilakukan agar tetap bertahan yaitu membuat brand sendiri, agar tidak hanya menunggu pemesanan dari orang lain untuk produksi. Selain itu, ia menambahkan, pemasaran melalui media sosial yang sebelumnya sempat terhenti akan digencarkan kembali.

Dilihat dari akun media sosialnya, Spunky Apparel juga melakukan promo berupa tiga orang pertama yang memesan jersey, akan mendapatkan masker kain. Periode promo ini berlaku sampai 30 Juni. Menurutnya, promo tersebut cukup berhasil dilakukan.

“Alhamdulillah setelah adanya promo, ada 4 pesanan yang masuk,” kata Ade. Ia juga mengaku melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya akibat pandemi ini. “Sebelum pandemi ini kami punya 7 karyawan. Karena pandemi kami terpaksa melakukan PHK kepada 2 orang karyawan. Masing-masing di bagian produksi dan desain,” kata Ade.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Andru (23), pemilik Yess Apparel. Ia menyebutkan, dari bulan Februari hingga Mei, tidak ada pemesan sama sekali. “Empat bulan itu tidak ada orang yang bermain futsal atau sepakbola. Akhirnya tidak ada yang pesan. Kami juga tidak menyayangkan hal itu, karena itu wajar terjadi,” kata Andru.

Ia menyebutkan, strategi Yess Apparel untuk tetap terus bertahan dilakukan dengan beberapa cara, dan menurutnya strategi yang dilakukan cukup berhasil. Salah satunya dengan melakukan promo berupa gratis ongkos kirim se-Jawa dan juga potongan harga untuk bulan Juli. Setelah promo tersebut, ada 11 pesanan yang masuk setelah adanya promo ini.

Andru menambahkan, target ke depan dari Yess Apparel adalah menambah anggota tim, agar produksi jersey bisa dilakukan dengan lebih mudah ke depannya. Saat dikonfirmasi, Andru menyebutkan, Yess Apparel tidak mempunyai karyawan tetap. Ia mengaku, hanya memiliki karyawan paruh waktu. “Kami hanya punya karyawan paruh waktu. Selama ada pekerjaan yang tidak bisa saya kerjakan, saya ajak teman untuk ikut membantu,” kata Andru.