Oleh: Putri Laksmi Nurul Suci
Galeri Oma memperbaiki beraneka barang bekas menjadi barang yang berkualitas, mulai dari kerajinan tangan, porcelain, kain-kain batik, buffet, hingga kursi dan meja kayu. Harga yang ditawarkan pun beragam, mulai dari pengait korset harga Rp 2 ribu, hingga lemari kayu tua seharga Rp 3 juta.
Bertempat di Jalan Monjali No. 47 Yogyakarta, Galeri Oma saat ini tidak hanya menjual produknya secara langsung, tetapi juga melalui online. Dengan memasukkan berbagai macam barangnya ke situs toko online, termasuk Instagram. Adanya penjualan secara online, membuat pemasukan dari Galeri Oma pun bertambah besar.
Mengumpulkan bermacam-macam barang bekas dari berbagai pihak merupakan awalan dari Galeri Oma, yang berdiri pada 2016. “Kami membuat galeri ini dengan tidak sengaja,” kata Vera Orchidlia, salah satu perintis Galeri Oma.
Vera bercerita bahwa ia awalnya hanya membantu orang tua berumur sekitar 70-80 tahun yang masih produktif. “Banyak dari mereka yang menawarkan barang-barang tidak terpakai yang mereka miliki. Tetapi juga ada para orang tua yang menawarkan kerajinan tangan buatan mereka. Pokoknya barang-barang yang saya kumpulkan itu bermacam-macam,” jelas Vera.
Mereka menjual barang-barang yang sudah tidak terpakai kepada Vera untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk kebutuhan mereka.
“Terkadang, orang-orang tua tersebut membutuhkan biaya untuk pengobatan ataupun keperluan lain mereka. Mereka sungkan untuk minta (uang) kepada anaknya. Sehingga mereka pun menawarkan barang-barang tidak terpakai yang mereka miliki kepada saya,” ujar Vera.
Menurut Vera, membeli barang yang mereka tawarkan merupakan cara terbaik untuk menolong mereka.
Seiring berjalannya waktu, barang-barang yang dikumpulkan Vera semakin menumpuk. Sampai akhirnya ia dipertemukan dengan Dimas , yang memiliki ketertarikan dengan barang antik seperti piringan hitam dan kaset.
Dengan modal awal sekitar Rp 20 juta, Vera dan Dimas pun merintis Galeri Oma dengan memanfaatkan ruangan yang tidak terlalu besar di atas sebuah toko besi. Di sana pun Vera memajang barang-barang yang dimilikinya.
Sumber : Dimas Javanova
Dimas mengatakan bahwa penjualan Galeri Oma lebih banyak dilakukan via online. Ia mengunggah barang-barang galeri di berbagai situs belanja online termasuk Instagram. Karena situs belanja online mempermudah konsumen untuk mencari barang sesuai dengan yang mereka inginkan.
Menariknya, barang-barang Galeri Oma laku terjual dari berbagai konsumen. “Banyak dari mereka yang membeli barang di sini untuk interior di café kafe, studi foto, ataupun rumah sendiri,” kata Dimas. Tak urung, barang-barang di Galeri Oma juga laku sampai luar kota serta luar negeri. Untuk di Yogyakarta, barang-barang dari Galeri Oma bisa ditemukan di kafe Filosofi Kopi, Ruang Kerja, Seven Sky Lippo Plaza, dan banyak lagi.
Untuk menentukan harga, Vera mengatakan bahwa hal tersebut agak sedikit rumit. “Karena kita harus menyesuaikan berapa modal awal kita membeli barang ini, dan berapa juga biayanya ketika barang ini sudah diperbaiki. Setelah itu, barulah kita bisa menentukan nilai jual dari barang tersebut,” jelas Vera.
Harga barang yang bisa ditemukan pun berbagai macam. “Sekarang yang paling murah itu pengait korset yang dipakai pas zaman dulu, harganya Rp 2 ribu,” ujar Wati saat diwawancara. Ketika ditanya barang yang paling mahal, Wati yang merupakan karyawan Galeri Oma mengatakan bahwa tidak ada barang di Galeri Oma yang harganya terlalu tinggi. “Paling tidak yang agak mahal itu sekitar 3 juta,” jelasnya.
Dulu barang di Galeri Oma tidak sebanyak sekarang. Dimas menjelaskan barang-barang di galeri semakin bertambah dikarenakan ia dan Vera giat dalam mencari barang-barang bekas lainnya. Setiap barang yang ditemukan, pasti memiliki keunikan atau kelangkaan tersendiri. Keunikan dan kelangkaan nilah yang menentukan harga suatu barang.
Untuk menjaga barang-barang di Galeri Oma agar tetap dalam kondisi yang baik, karyawan Galeri Oma pun rutin untuk membersihkan barang-barang tersebut. Perawatan pun dilakukan sesuai dengan jenis barang yang ada.