Jajanan Pasar di Jogja, Enak, Murah dan Beragam

Lapak jajanan di Gang Gayamsari saat pagi hari (9/3/19)

Oleh : Saufika Enggar Garini

Setiap pagi, para penjual jajanan pasar di berbagai tempat di Yogyakarta membuka lapak-lapak mereka, bersiap untuk mulai berjualan. Para pemasok jajanan pun dengan semangat mengantarkan titipan jualan mereka mulai pukul enam pagi. Jajanan ditata secepat mungkin sebelum para pembeli, khususnya mahasiswa dan para pekerja mulai berangkat dan membeli sarapan. 

Beragam  jajanan pasar yang dijual di lapak sewaan di Gang Gayamsari ternyata tidak berasal dari satu produsen saja. Penjual disini menerima banyak sekali pasokan jajanan pasar seperti; arem-arem, risol, pisang rebus, roti goreng, gethuk, hingga berbagai nasi dan lauk seperti nasi kuning, nasi putih, dan nasi goreng.

Berbagai jajanan ditata rapi di atas meja-meja yang disediakan. Peletakan jajanan dikelompokkan dan posisinya akan selalu sama setiap harinya, sehingga para pembeli akan lebih mudah dalam memilih jajanan yang ingin dibeli.

Selain menguntungkan bagi penjual dan konsumen yang bebas memilih jajanan dengan berbagai variasi, bisnis ini juga sangat menguntungkan bagi pihak pemasok yang merupakan industri rumah tangga informal.

“Saya lebih senang begini, saya punya kos-kosan putri juga di situ, terus hobi saya masak, dan dengan nitip jualan gini saya tidak terikat waktu atau jam kerja, jadi lebih fleksibel ketimbang saya buka warung makan atau lapak jualan sendiri,” ucap Bu Mira selaku pemasok jajanan di Gang Gayamsari.

Salah satu penjual jajanan pasar di Gang Gayamsari, Bu Benty merasa sangat terbantu dengan banyaknya variasi jajanan dari para pemasok. Selain pemilihan tempat yang strategis, yakni berada di sekitar kos-kosan dan dilalui para mahasiswa saat berangkat kuliah, variasi jajanan juga menjadi nilai tambah bagi lapak jualannya.  Harga jajanan terjangkau, mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 3.000-an untuk jajanan kecil, dan Rp 5.000-an ke atas untuk nasi dan lauk. Mayoritas pembeli adalah mahasiswa.

Berbeda dari lapak di Gang Gayamsari yang bergantung pada pemasok, Bu Narsi pelapak jajanan di Pasar Condong Catur punya keunikan sendiri. Selama delapan tahun berjualan, Bu Narsi belum pernah sekalipun menerima pasokan dari orang lain. Ia membuat sendiri gatot, tiwul, sawut, tahu bacem, dan nasi merah beserta beberapa lauk, dibantu suaminya.

Bu Narsi saat membungkus pesanan para pembeli (10/03/2019)“Saya masak semua sendiri, masak dari jam 12 malam, terus jualan jam setengah 6 pagi. Saya nggak suka kerja dibantu orang lain, Alhamdulillah sehat dan masih bisa masak sendiri, jualan juga Alhamdulillah habis terus,” ucap Bu Narsi selaku penjual jajanan pasar.

Meskipun Bu Narsi tidak memiliki lapak tetap dan menggunakan gerobak untuk berjualan, tetapi gerobak Bu Narsi terlihat bersih dengan tatanan berbagai jajanan yang rapi. Bu Narsi juga sangat ramah kepada para pembeli dan tidak keberatan menjelaskan jajanan yang ia jual kepada pembeli yang bertanya-tanya.

Harga jualan Bu Narsi juga beragam, namun masih sangat terjangkau. Jajanan pasar dihargai sekitar Rp3.000,00 hingga Rp5.000,00 sedangkan nasi mulai dari Rp5.000,00. Pembeli dapat menentukan sendiri porsi yang diinginkan. Para pembeli lebih beragam dan tidak terikat pada satu mayoritas, mulai dari mahasiswa, ibu-ibu, bapak-bapak, dan juga para kuli bangunan yang lebih sering membeli sayuran.

Dengan keunikan cita rasa dan kemudahan yang ditawarkan lapak jajanan pasar, membuat konsumen justru lebih memilih berbelanja di lapak pasar ketimbang di pasar swalayan. Pilihan konsumen untuk berbelanja di lapak jajanan pasar menjadi dalah satu faktor penting dalam peningkatan pemberdayaan bisnis informal para penjual dan pemasok.

“Sebagai anak kos, adanya jualan lapak di pasar gitu sangat membantu, apalagi yang menjual makanan jadi, lebih praktis dan lebih murah apalagi bisa ditawar juga. Jualan di pasar juga beragam jadi aku bebas milih hari ini mau apa, besok apa, kalau di supermarket kan lebih terbatas dan tidak lengkap,” jelas Indri selaku konsumen yang berstatus sebagai mahasiswa.