“Jampi Asli”, Jamu Cekok Asli yang Melegenda di Yogya

Antrian pelanggan dan penikmat jamu yang terlihat di Toko Jamu Cekok Jampi Asli (02/9)

oleh: Maria Teresa Cynthia

Selama 143 tahun, Toko Jamu Cekok Jampi Asli tidak hanya mempertahankan lokasi berdirinya, tetapi juga bahan baku, cita rasa, dan aroma jamu-jamu yang dibuatnya.

Dihimpit oleh bangunan-bangunan besar, Toko Jamu Cekok Jampi Asli yang terletak di Jl. Brigjen Katamso No. 132 telah melayani warga Yogya untuk kebutuhan akan jamu selama hampir satu setengah abad.

Tidak hanya melayani jamu cekok untuk anak-anak, toko jamu ini juga melayani kebutuhan orang remaja hingga dewasa.

Jampi Asli didirkan oleh Kertowiryo Raharjo pada 1875 dan kini diteruskan oleh Joni Wijanarko, canggah (anak cucu)-nya. Buka setiap hari dari pukul 06.00 hingga pukul 19.30, menurut Joni, jamu cekok dan jamu lain yang ia buat memiliki pelanggan setia di Yogya.

Meskipun dihadang oleh obat atau jamu modern lain, eksistensi jamu cekok dan jamu tradisional yang dijual di Toko Jamu Cekok Jampi Asli tidak pernah surut.

“Pembeli jamu di sini bervariasi, tidak hanya dari Yogya, tapi juga dari Wates, Purworejo, bahkan dari Jakarta,” kata Purwanti, salah seorang pegawai Toko Jamu Cekok Jampi Asli.

Purwanti mengatakan, kebanyakan pelanggan toko ini merupakan anak-anak yang orang tuanya dulu juga kerap dibawa ke Jampi Asli untuk dicekok atau sekadar minum jamu.

Salah satunya adalah Titin, saat diwawancarai oleh wargajogja.net (20/9), ia mengatatakan bahwa ia mengajak anaknya ke sana karena dulu ia kerap dicekok juga di Toko Jamu Cekok Jampi Asli. Tidak hanya anak keduanya, Caca, tetapi juga anak sulungnya acap ia bawa ketika sedang sakit ataupun tidak nafsu makan.

Joni, canggah (anak cucu) Kertowiryo Raharjo, pendiri Toko Jamu Cekok Jampi Asli. Saat ini, ia mengelola toko bersama dengan para pegawainya yang juga sudah turun temurun bekerja di Toko Jamu Cekok Jampi Asli.

Untuk mempertahankan cita rasa, aroma, dan keaslian dari jamu-jamu yang ada, Joni biasanya turun sendiri ke pasar untuk mencari bahan-bahan dasar yang baik dan berkualitas. Tak hanya itu, proses pembuatan jamu pun masih terbilang sangat tradisional.

“Saya masih menggunakan lumpang peninggalan eyang canggah untuk menumbuk bahan-bahan dasar jamu. Proses merebusnya pun saya masih tetap mengandalkan tungku dan arang seperti zaman dahulu, meskipun sudah ada blender dan kompor. Kalau tidak memakai ALAT tradisional cita rasa dan aromanya akan berbeda,”ungkap Joni.

Selain mempertahankan proses pembuatan jamunya, proses mencekok juga masih dipertahankan oleh Joni dan para pegawainya. Istilah cekok sebenarnya merujuk pada cara memberikan jamu ke anak dengan sedikit paksaan.

“Kami menggunakan kacu (saputangan) untuk meletakkan jamu yang akan dicekokkan ke anak. Kacu tersebut berikut jamunya kemudian diperas sembari dimasukkan ke dalam mulut si anak,”ujar Purwanti.

Bu Jirah, pegawai Toko Jamu Cekok Jampi Asli, sedang melakukan pencekokan jamu penambah nafsu makan ke seorang anak (02/9)

Tidak hanya sebagai toko jamu, Toko Jamu Cekok Jampi Asli juga kerap dijadikan lokasi penelitian oleh para peneliti dari, dalam maupun luar negeri. Beberapa di antaranya adalah antropolog dari Amerika dan Korea, yang melalukan penelitian terkait kebiasaan meminum jamu di Yogya.