Kopi Joss: Angkringan Biasa yang menjadi Wisata Khas Yogya

oleh: Eden Anugrah Hyang

Warga Yogyakarta yang sering menyaksikan keramaian warung kopi joss belum tentu tahu betul tentang sejarah angkringan-angkringan di utara Stasiun Tugu hingga bisa berkembang menjadi salah satu ikon wisata ini.

Berbagai macam sate untuk menemani santapan nasi bungkus di angkringan Kopi Joss

Gang di sebelah utara Stasiun Tugu selalu tampak ramai, terutama setelah matahari terbenam. Terpal berbagai warna tampak memenuhi trotoar sebelah selatan, menaungi penjual yang menyediakan nasi bungkus dan berbagai makanan khas angkringan. Sedangkan di sisi utara, trotoar ditutupi oleh tikar-tikar memanjang  yang menjadi area favorit untuk pengunjung bercengkrama. Seringkali pengamen jalanan berdendang dan pedagang asongan berkeliling menjajakan rokok dan tissue. Demikianlah gambaran situasi setiap malam di area yang akrab disebut sebagai kopi joss.

Kopi joss yang populer ini adalah kopi hitam diseduh dengan metode tubruk dengan air  panas kemudian dicemplungi sebutir arang yang menyala. Arang ini tidak berpengaruh banyak pada rasa kopinya. Hanya saja suhu kopi jadi lebih lama bertahan panas. Hingga satu jam lebih, kopi masih  hangat dan nikmat. Arang panas yang dimasukkan dalam kopi ini sudah terbukti khasiatnya melalui penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa UGM. Beberapa diantaranya di antaranya adalah menyembuhkan perut kembung, masuk angin, dan dipastikan aman bagi lambung.

Untuk menjaga kualitas kopi joss, para penjual yang tersebar di 8 warung yang berbeda, menggunakan bahan baku yang sama dan terkontrol dengan baik. Kopi bubuk yang digunakan adalah kopi yang sudah dipakai sejak awal angkringan dibuka di tempat itu. Kopi itu berlabel Kopi Murni dan produksi asli Jogja. Arang yang dimasukkan kedalam ke dalam kopi juga diambil dari satu supplier yang menjamin kualitas arang tersebut. Arang pun harus berada pada suhu tertentu sebelum dimasukkan kedalam segelas kopi yang panas dan kental.

Kopi Joss disajikan dalam gelas tinggi agar tidak tumpah saat ditambahi arang panas.

Asal usul kopi joss yang sangat menarik adalah bahwa kopi joss baru ditemukan tahun 2012. Sebelumnya, gang utara Stasiun Tugu ini merupakan tempat untuk berjualan angkringan biasa. Dimulai oleh dua bersaudara yaitu Lek Man dan Lek No yang berasal dari Klaten. Dimulai sekitar tahun 1985, angkringan Lek Man dan Lek No memiliki banyak pelanggan warga Yogyakarta yang beraktivitas di sekitar area itu. Misalnya tukang ojek, tukang becak, dan para karyawan Stasiun Tugu.

Saat ini angkringan Lek Man dan Lek No masih ditemukan bersebelahan di deretan angkringan yang menempati gang di utara Stasiun Tugu. Namun yang berjualan bukan lagi Lek Man dan Lek No sendiri, tetapi anak dan menantunya. Marmi adalah salah satu menantu Lek No yang saat ini berjualan menggantikan mertuanya.

Marmi dan senyumnya yang ramah menyambut pelanggan kopi joss.