Oleh: Salsabila Adiba
Julukan Malang sebagai Kota Bunga kini tampaknya sudah berubah menjadi Kota Kopi, seiring banyaknya kedai kopi yang muncul, terutama di Jalan Sudimoro. Jalan sepanjang satu kilometer yang dulunya sepi kini ramai dengan 60 kedai kopi.
Bak sentra kopi, tren kedai kopi di Sudimoro didorong oleh banyaknya mahasiswa di Kota Malang, baik mahasiswa lokal maupun mahasiswa rantauan, yang gemar ngopi.
Deretan kedai kopi di sisi kanan dan kiri Jalan Sudimoro juga menghadirkan nuansa yang berbeda. Di sisi kanan, terlihat berjajar kedai kopi sederhana yang menjual kopi murah, seperti Kopi Sawah. Sebagai salah satu pionir kedai kopi di Sudimoro, Kopi Sawah yang didirikan pada awal 2017 ini selalu ramai dengan pengunjung. Sedangkan di sisi kiri jalan, yang tampak adalah kedai kopi lebih mahal dengan konsep industrial, Es Kopi Boss salah satunya. Es Kopi Boss yang menjadi kedai kopi terbesar di Sudimoro, terlihat sangat mencolok di antara kedai kopi lainnya.
Es Kopi Boss yang baru berdiri selama satu tahun ini menjadi kedai kopi yang selalu ramai pengunjung, sampai-sampai selalu ada daftar tunggu. Kedai kopi ini menawarkan tempat yang estetik untuk target pemasaran di kalangan menengah ke atas. Berbeda halnya dengan Kopi Sawah yang lebih berfokus pada target mahasiswa kelas bawah.
Perbedaan target pemasaran ini pun tak lantas membuat Kopi Sawah, Es Kopi Boss, dan kedai kopi lainnya menjadi saling menjatuhkan. Persaingan yang terjadi di antara kedai kopi di Sudimoro dapat dibilang persaingan yang cukup sehat. Hal ini disebabkan karena setiap kedai kopi berusaha menyuguhkan tema, konsep, atau pun keunggulan lainnya yang berbeda. Terbukti dengan omset Kopi Sawah yang saat ini telah mencapai Rp 100 juta tiap bulannya, meski konsepnya berbeda jauh dari kata industrial dan “kekinian”.
Kopi Sawah memiliki target untuk mempertahankan kualitas serta menambah pelanggan baru untuk ke depannya. Kopi Sawah saat ini sedang berusaha mengedepankan pada bagian kualitas dan pelayanan. “Konsep yang saat ini sedang berusaha kami berikan kepada pengunjung adalah kami ingin membuat pengunjung menjadi dirinya sendiri melalui kedai kopi kami,” tutur Angga (25), pemilik Kopi Sawah.
Hal ini juga dirasakan oleh Radika (20), salah satu pelanggan setia Kopi Sawah. “Menurut saya dibandingkan dengan kedai kopi lainnya, Kopi Sawah unggul dalam bagian menjual momen. Kenyamanan yang saya dapat dari Kopi Sawah menimbulkan sebuah momen yang tak bisa saya dapatkan di sembarang tempat,” kata Radika ketika ditanyai pendapat mengenai Kopi Sawah (2/10).
Radika telah menjadi pelanggan tetap Kopi Sawah sejak 2017. Dalam seminggu ia bisa mengunjungi Kopi Sawah setidaknya dua sampai tiga kali. Ketika ditanya alasan mengapa ia menjadikan Kopi Sawah sebagai tempat ngopi favoritnya, ia mengatakan bahwa Kopi Sawah memiliki lokasi yang strategis, terletak di tengah-tengah Sudimoro, serta Kopi Sawah menawarkan harga standar menengah ke bawah.