Penyedia Kopi dan Ruang Kritis di Kampus Teknik

oleh : Eden Anugrah Hyang

Leren Koffie adalah sebuah rintisan yang memperkenalkan kopi berkualitas sekaligus mencanangkan beragam diskusi sosial-budaya ke dalam jangkauan mahasiswa Fakultas Teknik UGM.

Leren Koffie adalah brand kopi yang saat ini menempati lapak di Kantin Malam Fakultas Teknik UGM, yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM KMFT).

Kantin Malam ini berupa lapak-lapak yang berlokasi di depan kios kantin teknik. Kantin malam mulai beroperasi mulai pukul 16.00 atau setelah kios-kios kantin teknik tutup. Pengisi lapak kantin malam dipilih oleh BEM KMFT dengan cara sayembara proposal dengan syarat bahwa usaha harus milik mahasiswa aktif Fakultas Teknik UGM. Tujuan dilaksanakannya program ini adalah untuk mengasah jiwa wirausaha mahasiswa.

Suasana Kantin Malam Teknik menjelang pukul 19.00. Lapak kantin malam ditata di depan kios yang telah ditutup. Mahasiswa Fakultas Teknik yang masih berada di kampus banyak yang datang untuk memesan makanan. Disediakan juga beberapa meja dan tempat duduk di depan lapak-lapak.

Leren Koffie adalah satu-satunya lapak yang menjual kopi di antara lapak lain yang rata-rata menjual makanan. Brand ini dirintis oleh Agus Hernando, mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2012, yang saat ini tengah menyelesaikan skripsinya. Ia mengaku telah menggeluti dunia kopi sejak tiga tahun yang lalu.

“Aku mau memperkenalkan budaya apresiasi kopi Indonesia mulai dari sini,”  kata Agus Hernando, pemilik Leren Koffie (1 2/4) sembari menyeduh kopi di lapaknya di Kantin Malam Teknik.

Misi Leren Koffie untuk memperkenalkan kopi dan teknik seduhnya dimulai dari melalui akun instagram @lerenkoffie.yk terlebih dahulu. Agus Hernando selalu memasang caption-caption yang mengandung nilai edukasi mengenai kopi. Misalnya
\

Berikut adalah alat-alat untuk menyeduh kopi yang disediakan oleh Leren Koffie. Ada Rok Presso, V60 Metal Filter, V60 Paper Filter dan French Press.
V60 adalah metode penyeduhan kopi yang hasilnya paling digemari oleh pelanggan Leren Koffie. Menyeduh kopi dengan V60 ini menghasilkan karakter kopi yang cenderung ringan, rasa asam dan manis yang tinggi serta pahit yang tipis.

Ketika Agus Hernando ditanya mengenai cerita rintisan Leren Koffie, ia mengaku bahwa semua dimulai ketika ia mengetahui bahwa diadakan sayembara proposal untuk lapak kantin malam teknik. Ia merasa memiliki peluang untuk merintis mimpi-mimpinya. Maka disusunlah rencana mengenai konsep lapak Leren Koffie.

Sebelum timbul ide membuat lapak, Agus Hernando mengusung konsep Leren Koffie hanya untuk menerima panggilan untuk menyediakan kopi di acara-acara tertentu, misalnya resepsi pernikahan atau pameran.

Ketika proposalnya untuk membuka lapak kopi diterima oleh BEM KMFT, Nando, ia biasa disapa, mencari alternatif agar lapaknya tidak hanya menjadi tempat berjualan kopi, tapi juga menjadi tempat berbagi pandangan. Maka semenjak lapaknya mulai beroperasi, Nando membuat jadwal rutin diskusi publik di Leren Koffie.

Diskusi yang diselenggarakan akhir Maret lalu mengangkat tema “Apa Kabar Rembang?”. Diskusi yang diadakan ini menjadi unik karena topik yang dibahas adalah mengenai sosial budaya, topik yang bisa dibilang cukup jauh dari bidang studi teknik. Gebrakan yang dilakukan Nando di bawah nama Leren Koffie ini mendapat respon yang sangat positif dari lingkungan mahasiswa teknik.

Selain berbagai jenis kopi single origin Indonesia yang diseduh dengan metode manual, Leren Koffie juga menyediakan coklat dan greentea latte sebagai alternatif bagi orang yang tidak suka minum kopi.