Revitalisasi Pasar Prawirotaman Berjalan Lambat, Para Pedagang Kesulitan

Sepinya aktivitas jual beli di tempat relokasi sementara Pasar Prawirotaman (4/9)

Oleh: Anindya Ayu Krisherwina

Yogyakarta – Sejak April 2019, para pedagang di Pasar Prawirotaman dipindahkan ke pasar sementara karena revitalisasi. Namun, hingga kini Pasar Prawirotaman belum juga dibangun, sementara dagangan mereka di lokasi sementara kurang begitu laku. Akibat omzet yang menurun, beberapa pedagang beralih menjadi sopir transportasi online bahkan mencari pekerjaan di Jakarta.

Pada April 2019, para pedagang Pasar Prawirotaman dipindahkan sementara sejauh 600 meter ke arah selatan dari pasar asli. Pasar yang sedang direvitalisasi ini terletak di pusat strategis ekonomi masyarakat Yogyakarta bagian selatan sekaligus jantung pariwisata Yogya Selatan. Sementara, lokasi sementara letaknya menjorok ke dalam, tertutup oleh tembok, sehingga warga tidak dapat melihat letak pasar secara jelas, tidak seperti letak pasar asli yang mudah dilihat.

Tono, pedagang minyak yang masih bertahan di pasar sementara, mengungkapkan bahwa saat ini sepinya pasar membuat pedagang minyak lainnya kocar kacir. Mereka beralih profesi menjadi sopir transportasi online dan mengadu nasib di Jakarta. Ini karena kondisi pasar yang sepi, tidak seperti kondisi sebelum relokasi yang ramai pembeli.

“Sekarang jam 12 sudah tidak ada pembeli, pedagang pun tutup pada jam itu. Jam 2 hanya ada aku dan satu pedagang sayur di sebelah utara yang masih jualan. Omzet sebelum revitalisasi cukup besar, sekarang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Yanti, pedagang sayur yang sudah enam bulan berjualan di pasar sementara.

Yanti, pedagang sayuran di pasar sementara (4/9)

Yanti juga mengungkapkan pelanggan sebelum relokasi kini sudah jarang ditemui. Pedagang di pasar sementara kini dibagi menjadi beberapa zona, dekat pintu masuk yaitu zona pedagang pakaian, buah-buahan, dan peralatan rumah tangga, sedangkan dekat area parkir yaitu zona pedagang daging, ikan, dan sayuran. Oleh karena itu, pelanggan menjadi kesulitan menemukan lokasi pedagang langganan sebelumnya.

Situasi pasar sementara siang hari, tidak ada pembeli dan pedagang menutup lapaknya (4/9)

Ketua Paguyuban Pasar Prawirotaman, Pariyanto, mengungkapkan kesulitan lain yang dialami pedagang di pasar sementara. “Pedagang harus membayar iuran listrik sendiri yang dibebankan ke paguyuban pasar. Setiap tanggal 7 per bulannya kami menarik iuran ke semua pedagang, sedangkan pedagang yang menggunakan daya listrik besar akan membayar lebih banyak,” kata Pariyanto.

Pariyanto berharap revitalisasi Pasar Prawirotaman akan segera selesai karena sampai saat ini pasar hanya diratakan dan proses pembangunan belum dimulai. Sedianya pedagang dijanjikan akan kembali dipindahkan pada bulan Desember 2019, namun mundur hingga satu atau dua tahun menunggu penyelesaian revitalisasi tersebut.

Paguyuban pedagang pasar juga mengusulkan dibangunnya aula untuk pertemuan rutin pedagang supaya tidak harus menyewa gedung milik pemerintah dengan biaya sewa yang besar.

Situasi Pasar Prawirotaman belum memulai proses revitalisasi (4/9)

Pasar Prawirotaman akan direvitalisasi menjadi tiga lantai dan satu basement. Lantai pertama akan diisi oleh pedagang sayur, daging, dan buah-buahan, lantai kedua untuk pedagang pakaian dan peralatan rumah tangga, lantai ketiga untuk foodcourt dan kafe.

Situasi tampak depan Pasar Prawirotaman sebelum direvitalisasi (Sumber: Instagram @azam.afgani)
Situasi Pasar Prawirotaman sebelum direvitalisasi (Sumber: Instagram @ferwindusrm)

Revitalisasi Pasar Prawirotaman juga menuai pro dan kontra dari masyarakat, terutama pembeli. “Saya kurang setuju Pasar Prawirotaman dibangun jadi empat lantai, repot kalau belanja harus naik turun, capek,” kata Hamiyah, pembeli asal daerah Timuran, Yogyakarta. Salah satu pembeli lain yaitu Endang mengungkapkan betapa sulit mencari pedagang langganan di tempat relokasi sementara. Namun Endang mendukung revitalisasi Pasar Prawirotaman yang dinilainya akan menjadi pasar serbaguna seperti Pasar Beringharjo dan mengharapkan adanya sarana berupa eskalator untuk memudahkan mobilitas pedagang dan pembeli.