Salak Nglumut: Potensi Salak Pondoh Super di Desa Nglumut

Desa Nglumut terkenal sebagai desa penghasil salak dengan tanaman salak varietas Nglumut (salak pondoh super) mencapai 6.500 batang

Oleh: Zhafira M.I.P

Desa Nglumut merupakan desa di wilayah perbatasan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Sleman dengan potensi buah salak sebagai ciri khasnya. Hal ini mendorong munculnya wacana desa agrowisata petik buah salak di Desa Nglumut.

Luas wilayah di Desa Nglumut sekitar 135 hektare dan sebagian besar adalah lahan perkebunan salak. Desa Nglumut mulai menjadi desa penghasil salak sejak 1994.

“Desa Nglumut menjadi salah satu desa yang masuk dalam Inpres Desa Tertinggal 1994 dengan program utama pemberdayaan perkebunan salak,” kata Mugi, Dukuh di Desa Nglumut. Mugi menambahkan bahwa salak dari desa Nglumut telah diakui sebagai Salak Pondoh dengan varietas super oleh Kementerian Pertanian.

Siti, salah satu petani dan pengepul salak di Desa Nglumut, mengatakan bahwa ia telah bekerja sebagai petani salak selama 13 tahun dengan modal awal lahan seluas 1500m2 dan 100 pohon salak. Kini, lahan yang dimiliki mencapai 5000m2 dan menghasilkan 12 kwintal salak dengan keuntungan sekitar Rp 10 juta tiap masa panen.

Siti, salah satu petani dan pengepul salak di Desa Nglumut, mengatakan bahwa ia telah bekerja sebagai petani salak selama 13 tahun dengan modal awal lahan seluas 1500m2 dan 100 pohon salak. Kini, lahan yang dimiliki mencapai 5000m2 dan menghasilkan 12 kwintal salak dengan keuntungan sekitar Rp 10 juta tiap masa panen.

Jumlah petani salak yang terdata di Desa Nglumut sekitar 120 kepala keluarga yang masing-masing memiliki lahan sekitar 1.000-1.500m2

Salak Nglumut dijual dengan harga Rp 2.500-3.000 per kilo di Pasar Salak Tempel. Selain menjual di pasar, Siti juga memenuhi permintaan konsumen yang berasal dari Surabaya, Purworejo, dan Giwangan. “Pemasaran buah salak masih sebatas di tingkat lokal saja, karena jika ke luar daerah awal transaksi mungkin masih lancar tapi untuk seterusnya akan kesulitan,” kata Siti.

Jumlah produksi buah salak yang tinggi dan peluang pemasaran yang lebih massif mendorong munculnya wacana Desa Nglumut sebagai agrowisata.

“Sudah ada pembicaraan antara Pak Lurah dan warga desa tentang konsep agrowisata, namun sampai saat ini masih berupa rencana untuk mempersiapkan konsep desa agrowisata agar tidak mengganggu aktivitas bertani dan  perekonomian petani salak di Nglumut,” kata Siti.

Salah satu konsumen yang bernama Fian (23), mahasiswa asal Yogyakarta, mengatakan bahwa harga salak Nglumut di pasar memang relatif lebih mahal, namun harga ini sesuai dengan kualitas yang didapat yaitu salak yang lebih manis dan besar. Ia mengatakan, penjualan salak Nglumut harusnya dapat menembuas pasar di luar daerah.

“Penjualan salak seharusnya hingga pasar di luar daerah karena kualitas buah salak yang bisa bersaing di pasar, namun hal ini sebaiknya diikuti dengan kesepakatan yang baik antara pembeli, petani, dan tengkulak,” kata Fian.