Somayoga Vegan: Restoran Vegan Yogyakarta Berkonsep Tradisi Jawa

Bangunan Somayoga Vegan yang berbentuk limasan (2/11).

Oleh: Indri Dwi Kumala Sari

Berdiri pada 2007, Restoran Somayoga Vegan menawarkan menu makanan dan minuman tanpa produk hewani sama sekali.  Ciri khas lainnya adalah bangunan restoran yang bergaya tradisi Jawa.

Pendirian restoran di Jl Kledokan Raya Gang Garuni II Seturan Raya, ini berawal dari gaya hidup sang pemilik yang suka mengonsumsi makanan bersih dan sehat. Bermodalkan Rp 100 Juta, restoran vegan menjadi pilihan bisnisnya selaras dengan dirinya sebagai seorang vegan. Seorang vegan tidak mengonsumsi makanan dari produk hewani, berbeda dengan vegetarian yang masih mengonsumsi produk dari hewani seperti susu dan telur.

“Sebelum menetap di Yogyakarta, saya sempat bekerja di Jakarta. Untuk mencari restoran yang memiliki menu makanan sehat yang benar-benar vegan, saya mengalami kesulitan. Saya menemukan restoran vegetarian tetapi itu pun belum vegan. Setelah pensiun dan kembali ke Yogyakarta, saya berinisiatif untuk mendirikan restoran vegan,” kata Marina, pemilik Restoran Somayoga Vegan (2/11).

Nama restoran “Somayoga Vegan” berasal dari bahasa Sansekerta yang maknanya jiwa yang bersih yang sedang berdoa. Bunga teratai menjadi lambang dari restoran ini. Teratai melambangkan kehidupan yang tidak pernah mati dan menggambarkan kehidupan damai di alam semesta. Hal ini menggambarkan Somayoga Vegan sebagai restoran yang berdiri di sekitar persawahan dan kental dengan suasana alam.

Sebagai restoran vegan, Somayoga merupakan satu-satunya restoran vegan di Yogyakarta yang memiliki konsep bangunan tradisional Jawa. Hal itu terlihat dari bangunannya yang berbentuk rumah Limasan.

“Dengan konsep restoran yang etnik dan bangunannya Limasan, secara tidak langsung saya juga ikut melestarikan budaya masyarakat Jawa melalui bisnis restoran ini. Selain itu menurut saya bangunan yang terbuat dari kayu akan membuat pengunjung merasa damai dan tentram,” kata Marina (2/11).

Desain interior Somayoga Vegan, sebagian besar pernak-perniknya terbuat dari kayu, tentu saja memberikan suasana hangat, tentram dan ramah, (3/11).

Letaknya yang berada di samping persawahan membuat pengunjung bagaikan menikmati suasana di pedesaan. Pengunjung yang datang tidak hanya menikmati berbagai pilihan menu vegan, tetapi juga bisa menikmati suasana damai, tentram, dan nyaman.

Keunikan lain dari restoran ini terlihat dari ornamen yang dipajang seperti sepeda ontel, gong, dan sebagainya yang menambah kesan tradisional. Selain itu, musik yang diputar di Somayoga pun gamelan dan gending-gending Jawa.

Ornamen Somayoga Vegan yang memberikan kesan etnik dan tradisional. (3/11)

“Sebelum ke Yogya saya sempat cari di internet restoran vegan di Yogya, salah satunya Somayoga Vegan ini yang muncul. Dari beberapa restoran vegan yang direkomendasikan Google, saya memilih restoran ini karena unik dan saya suka dengan bentuk bangunannya yang tradisional. Setelah saya tiba di sini, benar-benar merasakan suasana desa, nyaman, serta meneduhkan hati dan pikiran,” kata Retno, pengunjung Somayoga Vegan yang berasal dari Bandung (2/11).

Banyak pengunjung Somayoga yang berasal dari luar kota bahkan mancanegara. Hal ini yang mengantarkan Somayoga Vegan dijadikan sebagai percontohan dalam Uji Sertifikasi Dinas Pariwisata DIY, karena hampir 70% pengunjungnya dari mancanegara.

Pengunjung Somayoga Vegan yang berasal dari Eropa Timur. Sumber : Akun Instagram @somayogavegan. (20/10/19).

Salah satu menu Somayoga Vegan yang menjadi favorit pengunjung adalah Nasi Bakar. Sementara lauk yang menjadi favorit adalah sate jamur bumbu kacang dan belut dari daun singkong, sedangkan untuk makanan kuah adalah bakso. Selain itu, wedang jahe sere dan wedang uwuh juga menjadi minuman yang sering pengunjung pesan.

Dengan harga Rp 30.000,00 pengunjung bisa menikmati paket nasi bakar yang isinya ada paha sere, empal jamur, ikan asin vegan nori, tahu goring, lalapan dan sambal, (2/11).

Omzet restoran Somayoga Vegan per harinya kira-kira bisa mencapai Rp 2,5 juta, apabila ada pesanan bisa mencapi Rp 5 juta. Akan tetapi sang pemilik Somayoga tidak pernah memiliki target omzet yang harus dikejar per harinya.

“Somayoga ini menurut saya bukan bisnis saya, tetapi lebih kepada tempat saya bisa menolong orang, seperti saya menolong orang dalam memberikan lapangan pekerjaan dan menggaji karyawan setiap bulannya” kata Marina (2/11).

Somayoga bukan hanya memberikan kenyamanan dan ketentraman kepada setiap pengunjung yang datang, melainkan juga memberikan kenyamanan untuk karyawannya.

“Sejak bergabung dengan Somayoga selama lima tahun, banyak manfaat yang saya dapatkan. Selain dalam aspek finansial, saya juga terdorong untuk hidup lebih sehat. Kebetulan saya dan Bu Marina sama-sama vegan, jadi saat bekerja di restoran vegan saya merasa nyaman, ” kata Ardian, karyawan Somayoga Vegan (3/11).